Jumat, 13 Oktober 2017

CRAZYBRO, NASKAH DRAMA AWAL ABAD DUA PULUH DUA

Naskah Drama: Rodli TL

Pengantar Penulis
Dua naskah drama ini ditulis sabagai tanda. Tanda saya ada, lantaran menulis, tanda ada penulis drama dan panggung, tanda masih ada hidup, tanda kebudayaan masih berkembang, tanda tempat dimana penulis tinggal ada peristiwa estetis dan intelektual yang menghubungkan dengan semuanya, bahkan pada hal yang trasendental, Tuhan.

Kapak Berhala Namrudz
Dendam Namrud Bin Kan’an Bin Kusy. Sang Raja besar Kerajaan Babilon.  Sebuah lecutan perang urat saraf.  Keadaan yang mulai berbalik, nilai menjadi abu-abu, dan yang putih ditenggelamkan, lantaran dendam berhala Namrudz pada Ibrahim yang dianggap telah menfitnah dirinya atas pengrusakan berhala-berhala kecil di sekelilingnya. Ibrahim telah meninggalkan kapak pada pundak berhala yang masih utuh. Kapak Ibrahim telah berada di tangan Berhala Namrudz, menjadi senjata, berbalik merusak ajaran Ibrahim sampai akhir jaman. Sebagaimana sumpah nenek moyangnya pada Tuhan kala di surga. Mereka ingin hidup selamanya sampai hari akhir hanya untuk menyesatkan manusia.

Crazybro
Pertarungan bisnis, semuanya bisa dijual, hingga muncul transplantasi liver dalam dunia medis. Hal ini menjadi komoditi empuk. Sampai kapan pun laku, berapapun harganya akan dibeli. Persoalannya adalah stock barang yang akan dijual. Tidak bisa dipungkiri, permintaan pasar terus semakin meningkat. Orang-orang gila itu lalu menjadi ide gila sebagai loncatan prestise dunia bisnis pencakokan hati manusia. Dua naskah drama ini semoga menjadi tonggak dan bagian proses menuju jalan maju teater dan manusianya, panggung dan budayanya. Mungkin hanyalah kecil manfatnya, namun masih ada manfaat.   

Lamongan, Oktober 2014

CRAZYBRO

MEREKA ADALAH PULUHAN ORANG-ORANG GILA. SAMPAH PUSAT KOTA METROPOLIS. BERBICARA SENDIRI-SENDIRI, BERTERIAK. 
RAMAI LALU SEPI.
DUA ORANG BERADA PADA RUANG KERJA.  MEREKA SEDANG DIRUNDUNG MASALAH BESAR. TAMPAK DI MEJA BEBERAPA BOTOL MINUMAN, NAMUN KOSONG. 

Johl : Sejak krisis politik berkepanjangan, bisnis kita satu persatu gulung tikar. Bank yang menjadi topangan usaha pun mulai tidak percaya, bahkan ikut bangkrut juga.
Gugu : Kita tidak boleh berfikir  ke  belakang. Bayangan itu akan semakin memperosokkan pada jurang yang dalam.
Johl : Bagaimana bisa melepaskannya bila setiap rekanan menghubungi dan menanyakan kesanggupan untuk segera membayarnya.
Gugu : Kita harus bisa melawan walau berat. Kita harus bisa hidup merdeka.
Johl : (Tertawa) Kau gila, mana mungkin kita bisa melakukannya.
Gugu : (Tertawa) Ya, kita harus seperti orang gila alias crazy. Kita harus merdeka seperti mereka, nampak tidak punya beban, apalagi hutang. Kita harus crazy, bro (Tertawa bangga)
Johl : (Tertawa) lakukanlah! Ganti pakaianmu, acak rambutmu. Lalu ke luar dari ruangan ini.
Gugu : Bukan penampakan secara lahir yang kita lakukan, namun kita harus carzy memutar otak, bro. Fikiran ini harus dibuat gila agar kita bisa merdeka
Johl : (Tertawa keras)
Gugu : (Tertawa keras) Ternyata kegilaan itu dunia kenikmatan tersendiri
Johl :  (Tertawa) kita lupa
Gugu : (Tertawa) kita memasuki ruang yang amat berbeda
Johl : (Tertawa) kita gila, crazy
Gugu : (Tertawa) kita temukan keindahan yang paling ajaib.
Johl : (Tertawa)

DIAM

Gugu : Dalam kegilaan ini, aku menemukan ide yang gila, betul-betul crazy, bro. Ya kita akan survive lagi. Kita akan bisa mengembalikan modal kita lagi
Johl : Crazy macam apa itu, bro?
Gugu : (Berbisik) Dengar, aku yakin, hanya orang-orang gila lah yang mampu menggenggam dunia ini. Kita harus merebutnya dari orang-orang gila itu. Kita harus berani melakukannya agar kita tidak menjadi orang kalah
Johl : Ya, aku akan mengikutimu kalau usaha itu membuat kita kembali bangkit, dan kita tidak terjerat hutang lagi.
Gugu : Dan jangan ada kata hutang, jangan berfikir mundur.
Johl : Akan aku lakukan.
Gugu : Berfikir matang-matang, ini bisnis yang tidak akan pernah berjalan mundur. Selagi dunia ini belum hancur, bisnis ini tidak akan pernah bisa tidur.
Johl : Kata-katamu mulai bisa menyemangatiku untuk hidup kembali crazy dan  crazy, bro
Gugu : Ini adalah bisnis sehat yang paling crazy
Johl : (Tertawa mencibir) Tahu apa kita tentang kesehatan
Gugu : Tapi kita mengerti tentang pasar (tertawa)
Johl : Kesehatan macam apa yang akan kita jual.
Gugu : Semahal apapun kesehatan itu. Orang pasti akan membelinya
Johl : Itu bukan ide carzy, bro. Itu ide primitive, kuno, ndesit orang Lamongan bilang. Sebelum nenek kita lahir. Mereka sudah amat pandai membuat ramuan kesehatan dari  rempah-rempah yang ada di sekeliling rumah kita.
Gugu : (Tertawa) Namun tidak bisa menjualnya, juga tidak bisa menjelaskan kepada anak cucunya.  Kemudian ramuan kuno lebih dekat dengan dunia paranormal,  tidak perlu dijelaskan secara ilmiah. Ramuan adalah dogmatis, seperti aji-aji.
Johl : (Tertawa) Sudah kadaluwarsa apa yang kau fikirkan itu, bro. Kau mau mencoba membuat kemasan baru ramuan-ramuan itu? (tertawa) Bro, dunia farmasi yang telah ditemukan orang-orang barat sudah tidak mampu ditandingi. Kita akan gigit jari kalau hanya melawan mereka.
Gugu : Urusan kita, bukan urusan farmasi atau medis, urusan kita adalah pasar.
Johl : Sudahlah, jangan bermimpi menjadi penjual jamu!
Gugu : Bro, bukalah sedikit cakrawalamu, ini jaman keemasan dunia komunikasi, jangan hanya habiskan waktumu mengupdate status saja. Baca dengan detail bagaimana dunia berputar!
Johl : Sudahlah, aku lebih baik mengistirahatkan fikiranku ini, daripada melayani omong kosongmu itu
Gugu : Bro, kita harus bangkit!
Johl : Bagaimana kita bisa bangkit kalau kau melarangku berfikir ke belakang namun kamu melakukannya. Itu adalah dosa yang paling besar. Seperti maling berteriak maling, penjahat berseragam pejabat
Gugu : Dengarkan dulu, itu bukan inti dari ide crazy yang ingin aku sampaikan.
Johl : Sudahlah, crazy yang paling nikmat adalah kita berani telanjang di tempat umum. Sekarang kita istirahat dulu, dan pagi-pagi akan kita lakukan, berani?
Gugu : Itu bukan crazy bro, itu ketololan
Johl : Terserah apa kata kau, aku sudah malas berfikir untuk mendifinisikan kata-katamu.
Gugu : Bro, ayolah. Kita tidak boleh menyerah
Johl : Kita perlu istirahat. Bersabarlah, masih ada hari esok.

JOHL  NAMPAK KELELAHAN. IA MEREBAHKAN TUBUHNYA DI ATAS MEJA.
ORANG-ORANG GILA BERKELIARAN

Gugu : Istirahatlah, tapi perlu kau ketahui. Aku harus lakukan mulai sekarang. Aku harus kembali memasang strategi untuk mulai berperang lagi. Aku harus bisa mensiasatinya, dan regulasi pasar harus berada dalam kendali kekuasaanku. Ini bukan ketololan. Ini adalah kegilaan. Ya, orang-orang gila itu. Mereka akan aku make up menjadi sesuatu yang amat berharga. Mereka akan menjadi produk pasar termahal, yang tidak akan tertandingi apapun. Ingat, bro! Siapa yang tidak ingin sehat, siapa yang tidak ingin punya umur panjang. Jawab dengan spontan! Semua orang pasti menginginkan hidup selamanya. Kesehatan adalah harta karun yang akan diburuh oleh siapapun. Berapapun harganya mereka akan membelinya, dan aku akan menjualnya. Orang gila dengan ide gila (tertawa lebar). Ya, orang gila dengan ide gila (tertawa lagi)  Berapapun harga nyawa itu, akan ia bertaruhkan semua hartanya untuk membelinya. Ide gila itu akan aku siapkan.  Dan tempat ini akan aku jadikan ruang operasi dan penelitian. Akan aku pasang iklan pada segmen pasar yang akan aku tujuh, ya para konglomerat itu. Dan bisnis terelit yang akan aku kendalikan adalah jual beli organ tubuh manusia. 

LAMPU PADAM.
MUSIK.
SUARA EFEK RUANG OPERASI.
LAMPU MENYALA.
NAMPAK RUANG OPERASI BEDAH DENGAN KESIBUKAN PARA AHLI.

Gugu : (Tertawa) Keinginanku untuk  menjadi pengusaha besar pertama di negeri ini yang memiliki rumah sakit transplantasi liver bukan hanya isapan jempol. Terbukti para pemodal sangat tertarik dengan rencana gilaku ini. Mereka mendukung penuh agar cita-cita tersebut segera terkabul.

Bentuk dukungan mereka bermacam-macam, bahkan kepala daerah menfasilitasi  kekurangan anggaran sebesar 1,2 trilliun rupiah, untuk pengadaan peralatan medis maupun sarana lainnya. Anggaran itu akan segera disiapkan oleh pemerintah, karena direncanakan bulan mendatang Pusat Transplantasi Liver akan diresmikan. Dengan terbentuknya pusat transplantasi liver atau lebih dikenal dengan istilah cangkok hati ini, merupakan bagian tugas bagaimana aku membangkitkan bisnisku yang mulai kolap.
Apapun akan aku lakukan  termasuk mendatangkan tenaga ahli transplant itu dari Oriental Organ Transplant Center yang disingkat dengan OOTC, bernaung di bawah bendera Tianjin First Central Hospital di Tianjin, Cina. Bolehlah sedikit mengikuti ajaran yang mengatakan kita harus ke negeri cina untuk belajar. Atau darimanapun juga. (tertawa)

TIBA-TIBA BANGUN TERBELALAK

Johl : (Tiba-tiba bangun, berlari memanggil-manggil temannya.) Gu, gugu! Aku bermimpi  indah. Kita harus bangkit! Aku bermimpi kita memiliki perusahaan besar. Kita memiliki perusahaan pemasok organ tubuh manusia. Kita memiliki  rumah sakit tercanggih di dunia.
Gugu : Mesin operasinya masih terdengar di telingahmu
Johl : Benar, indah betul suara mesin yang menghasilkan uang banyak itu
Gugu : Lalu bagaimana rupa dokter-dokter itu?
Johl : Mereka masih mudah dan cerdas,
Gugu : Bagaimana etos kerjanya?
Johl : Sangat tinggi, mereka sangat cekatan
Gugu : Lalu bagaimana dengan pasien-pasiennya?
Johl : Itu yang segera ingin aku ceritakan. Yang datang adalah orang-orang istimewa dari berbagai negeri manca.
Gugu : Penyakit apa yang diderita?
Johl : Bukan penyakit yang diderita yang membuat mereka istimewa
Gugu : Mereka datang dari mancanegara?
Johl : Tidak hanya itu
Gugu : Lalu?
Johl : Jangan dipotong, bro. Aku ingin menceritakan mimpiku terindah dan termahal. Para pasien itu sangat istimewa
Gugu : Kalimat itu kau ulang lagi, letak istimewanya dimana?
Johl : Haduuuh, bro. Jangan dipotong. Beri keleluasaan aku untuk menceritakan sesuatu., tolong sesekali jadilah pendengarku yang setia. Begini, bro. Para pasien itu sangat istimewa. Mereka datang dari berbagai negara terkaya di dunia, dan yang paling istimewa, mereka pasti berjanji akan memberikan separoh kekayaanya apabila penyakitnya berhasil disembuhkan. Bahkan ada yang paling aneh. Salah satu pasien itu dari negeri kita sendiri. Ia adalah kepala daerah yang baru saja memenangkan pemilu. Ia berjanji akan memberikan lima  pulau di daerah kekuasaanya sebagai hadiah.

Gugu: Apa, hadiah lima buah pulau?
Johl : Ya, lima pulau, bukan lima buah durian, apalagi buah dada. Sekali lagi, lima pulau rata-rata besarnya lebih besar dari pulau bawean.
Gugu : (Tertawa) itu carzy, bro
Johl : Ya, aku juga berfikir itu crazy, namun…
Gugu : Namun itu tidak masuk akal. Dimana ada kepala daerah yang memiliki pulau. Masa kerja mereka hanya lima tahun. Kalau kepala daerah punya lima pasang buah dada sih umum (mengejek)
Johl : Itu tidak bisa dikalkulasi dengan akuntansi bisnis, bro
Gugu : Lalu?
Johl : Mereka mengkalkulasinya dengan strategi kebijakan politik, apa saja menjadi masuk akal
Gugu : (Terheran) Aneh,
Johl : Tidak ada yang aneh di laku politik, bro. Politik hanya mengenal dua sisi, menang dan kalah
Gugu : Sungguh, mimpimu semakin, aneh
Johl : Kalau persoalan politik, saya sangat faham betul, sama sekali tidak ada kaitannya dengan mimpiku yang akan membawa keberuntungan
Gugu : Bukan persoalan politik yang aneh, tapi kau yang cukup aneh, tiba-tiba cerdas dan mengerti persoalan apapun
Johl : Maaf, saya bukan pelaku politik yang haus akan segala pujian
Gugu : Sungguh, kau semakin aneh, hari ini kau betul-betul teramat cerdas alias crazy
Johl : Ajaran kebaikan, lemparlah segenggam pasir pada seseorang yang suka memuji
Gugu : (Tertawa)
Johl : Kembali lagi ke persolalan mimpiku yang akan membangkitkan bisnis kita lagi

KESIBUKAN RUANG OPERASI

Gugu : (Tertawa) Apa yang kau ceritakan dalam mimpimu bukan lagi mimpi, bro. Namun kenyataan. Dengar suara-suara yang kau dengar seperti yang terjadi dalam mimpimu itu. lihat kenyataan yang hadir. Semuanya masih terdengar dan nampak di pelupuk mata kita kan! Semuanya telah menjadi nyata. Rumah sakit dan kebangkitan bisnis kita yang telah kau ceritakan kini benar-benar nampak megah. Coba lihat bagaiamana mereka bekerja, dan pelototi dengan seksama para pasien itu!

Johl : Bagaimana semuanya bisa menjadi nyata. Kita tidak hidup pada jaman keemasan sulaiman kan, yang semuanya bisa dengan bim sala bim..
Gugu : Sebagai seorang pengusaha, tidaklah pas memanjakan waktu tidur. Bila itu yang kita lakukan, kita akan semakin tergilas. Jantung seorang intrepeneur adalah seperti jantung kota metropolitan. Mereka tidak akan pernah berhenti berdetak. Semua hari menjadi seperti siang

PARA DOKTER AHLI BEDAH SIAP MELAKUKAN OPERASI, SIBUK SEKALI. NAMUN SUNYI. YANG TERDENGAR HANYA SUARA MONITOR KONTROL DAN DEGUB JANTUNG.
SEPI.
ORANG-ORANG GILA LALU LALANG. SIBUK MENJADI MANUSIA METROPOLIS.

Gugu : Mulai muncul masalah baru dalam bisnis ini. Tidak mudah orang mendonorkan organ dalam mereka. Dogma agama sangat kuat. Haram, haram, haram
Johl : (Tertawa) siapkan amplop, pasti akan menjadi seratus persen halal
Gugu : Bukan sekedar fatwa, bro. Ini sudah menjadi dogma, alias takdir hidup dan mati. Mereka tidak berani merekayasa.
Johl : Oh, takdir, hidup dan mati?
Gugu : Dogma yang cukup kuat dan berkembang itu semakin menyulitkan kita, bahwa Individu itu bukan sekedar kepala dan jasad, namun sebenarnya adalah segumpal darah, bila baik maka baiklah semua, bila buruk, maka buruklah semua. Segumpal darah itu adalah hati, alias liver.
Johl : Segumpal darah, hati…..?!
Gugu : Akhirnya mereka tidak mau memisahkan sebagian liver apalagi mendonorkan semunya.
Johl : Benar-benar akan menjadi hantu yang sangat menakutkan. Bisnis kita akan mengalami kesulitan yang cukup besar. Kehabisan stok liver dan ginjal. Harus secepatnya kita bicarakan dengan pengelola hutan lindung, bila perlu dengan menteri kehutanan.
Gugu : Apa, kita mau alih bisnis, melakukan illegal logging?
Johl : Terlalu rendah dan beresiko
Gugu : Terus  apa maumu?
Johl : Meminta untuk menyuplai organ dalam
Gugu : Ide gila macam apa itu?
Johl : Menyuplai beberapa monyet.
Gugu : Akan muncul persolan baru lagi. Betul, kita akan punya banyak persediaan, namun bila calon pasien tahu, bahwa hati mereka akan diganti dengan hati monyet, pasti mereka tidak mau. Bayangkan bila para pengusaha, pejabat tinggi berhati monyet, cukup berbahaya.

Akibatnya pasti suka kawin, bro. (Tertawa) Jangan-jangan ide kau itu sudah kadaluwarsa. Secara sembunyi-sembunyi sudah ada yang melakukan transplantasi liver dengan hati monyet. Melihat gejala yang semarak sepertinya sudah berkembang. Para pejabat tinggi dan pengusaha besar pasti suka kawin. Ya, suka kawin sebagaimana tabiat monyet. Wah, bila benar, kita akan punya competitor yang cukup berat, sudah cukup berpengalaman. Mereka telah jauh mendahului kita.
Johl : Benar juga, akan menjadi bisnis yang usang.

GUGU DAN JOHL MULAI NAMPAK KEBINGUNGAN. PARA DOKTER BEDAH JUGA IKUT LESU, KARENA MEREKA TIDAK MELAKUKAN OPERASI LAGI.

Johl : Bagaimana ini, bro?! kontrak kita dengan para ahli bedah itu cukup mahal, bila satu minggu saja mereka tidak melakukan operasi, kita akan mengalami devisit milyaran rupiah. Sedang permintaan pasar cukup besar.
Gugu : Kita coba berbicara dengan para tokoh agama, kita minta dukungan mereka untuk mengkampanyekan, bahwa donor organ dalam akan mendapatkan surga kelak di hari akhir, bahkan mereka akan masuk surga tanpa dihisab, layaknya mati dalam medan membela Tuhan. Agar cepat dipercaya, kita meminta para tokoh agama itu untuk bisa mencuci otak ummatnya. Dari pada menghadapi hidup yang sulit untuk lepas dari dosa, lebih baik mati mulia dengan mendonorkan bagian tubuhnya, akan mati syahid. Kain yang berlumuran darah akan disemayamkan, tanpa dimandikan. Sebab akan menjadi saksi bahwa mereka adalah syahid. Ia masuk surga tanpa antri untuk dihisab, ia akan melesat ke surga tertinggi.

Johl : Sepertinya mereka tidak mungkin mendukung ide gila itu. Mereka tidak akan menelan ludah yang telah dikeluarkan. Mereka adalah panutan. Sekali bilang A tidak akan berubah menjadi B.
Gugu : Dengan terpaksa, separuh dari keuntungan bisnis ini untuk mereka bila berhasil. Untuk membangun tempat ibadah, panti asuhan, pesanten, pergi ke tanah suci setiap bulan. Pokoknya semua kepentingan syiar agama mereka kita support seribu satu persen. Mereka pasti mau, karena manfaatnya lebih besar daripada mudhorotnya (Tertawa) Gila bukan, benar-benar crazy, bro….(Tertawa).

MEREKA BERSIAP-SIAP MELOBI PARA TOKOH AGAMA. MEREKA PERGI DAN DATANG DENGAN MEMBAWA KEGAGALAN

Johl : Romo Seto menolak
Gugu : Gus Rahman tidak merespon
Johl : Pendeta Mangun mencibir
Gugu : Kyai Maksum tidak mau
Johl : Ki Joko menertawai
Gugu : Ustdaz Rofik malah berbalik memberi nasihat, tidak baik berlomba-lomba mengumpilkan harta. (LEMES) Rasanya hidup gila ini harus berakhir, bro. Untuk apa memeras otak dan keringat untuk mengejar semua itu. pada akhirnya kita masuk liang lahat, dan semuanya pasti kita tinggal.  Ini adalah titik kulminasi hidup saya, telah sampai puncak, dan saya harus kembali ke titik nol untuk memulai hidup baru. Menjadi sosok yang sublime, melepas diri dari hingar bingar metropolis. Aku akan berhijrah ke sebuah kampong yang tenang. Aku ingin menenangkan hidup, menyepi dan menghening. Aku akan memasrahkan hidup ini pada Sang Pemilik Hidup.

Johl : Pikiran ini memang terasa lelah. Namun terkesan rendah bila kita berbalik arah begitu saja. Kita bukan entrepreneur sejati. Pengecut, bukan spekulan berbobot, dan akhirnya mati dalam kubangan lumpur  kefakiran yang paling menjijikkan. Konyol! (Bangkit) camkan kalimat ini, money breeding money. kita berada pada era working capital. Be the have atau terlempar menjadi sampah.
Gugu : Silakan kau kejar mimpimu sendiri, aku juga akan menata mimpiku yang abadi
Johl : Ini bukan lagi mimpi, tapi sudah menjadi kenyataan yang sedang kita hadapi. Aku sangat mengerti dengan mimpimu..
Gugu : Nah, itu lebih baik. Dengan rendah hati, saya memohon undur diri dari dunia ini, izinkan saya memulai untuk menemui kehidupan baru.
Johl : Bukan aku bermaksud menghalangimu, namun sungguh sayang, bila kau mengejar mimpimu dengan rasa takut. Padahal Tuhan paling tidak suka dengan orang-orang pengecut
Gugu : Saya takut semakin tidak bisa menemuiNya, karena terlalu sibuk dengan urusan pragmatisme
Johl : Bahkan kau mulai mengejar mimpi menemui Tuhanmu  itu lantaran kau sedang terpelanting dari dunia lama. Kau menemui Tuhan lantaran kau tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Tuhanmu hanya kau jadikan pelarian terakhir. Kau tidak sungguh-sungguh mencintainya.
Gugu : Kau memang kawanku paling cerdas dan hebat. Ucapanmu nampak gagah. Namun ijinkan sejenak saya untuk merenung. Izinkan sejenak untuk menyepi

GUGU MENINGGALKAN JOHL BERDIRI SENDIRIAN.  JOHL BERDIRI DENGAN SINAR MATA YANG OPTIMIS. JOHL PUN MENINGGALKAN TEMPAT TERSEBUT.
ORANG-ORANG GILA LALU LALANG NAMUN SEPI
HENING.

GUGU KEMBALI MUNCUL DENGAN WAJAH SEMRINGAH. DALAM KEPALANYA MUNCUL CAHAYA BARU

Gugu : (Berdiri gagah) Dalam hening aku temukan cahaya, dalam hening aku temukan jalan lurus menuju puncak. Johl datanglah kemari, ayo kita berlari menuju puncak kapitalisme. Kita temui para pemangku negeri ini. Mereka pasti akan menyambut kita dengan gembira. Tetap pada Medical Bussines, Transplantasi Liver terajaib di dunia. Kanan kiri, kita dapatkan provitable yang mengejutkan. Kita akan menemukan puncak prestise konglomerat tertinggi.
JOHL :  (Gagah)  senang melihatmu, Gugu. Dalam heningmu kau menemukan sepuluh kali lipat dirimu yang sesungguhnya. Aku yakin kau menemukan ide yang sangat brilliant. Gugu, kawanku. Ceritakan padaku, apa ide sesungguhnya itu?

SUARA INDUTRI METROPOLIS BERGEMURUH

Gugu : ini kegilaan yang paling ajaib. Gila nomer seribu satu.
Johl : Kegilaan macam apa, bro?
Gugu : Tentang orang-orang gila itu?
Johl : Orang-orang gila yang mana, tokoh-tokoh agama, pimpinan, kau, saya, apa kita yang kau maksud?
Gugu : orang-orang gila yang sesungguhnya, sinting alias tidak normal, mereka yang berada di jalan-jalan, yang merusak pemandangan kota
Johl : Orang-orang gila yang merusak pemandangan kota?! Apa maksudmu, kawan?
Gugu : Mereka adalah stock yang tidak pernah habis. Bisnis transplantasi kita akan mencapai puncak. Sebuah bisnis jasa yang spectakuler pada awal abad dua puluh dua.
Johl : Stock organ tubuh kita bukan lagi monyet, tapi manusia, sama seperti kita, hanya saja akal mereka sedang konslet.

Gugu : Bayangkan bila ide ini kita sampaikan pada pimpinan daerah. Pasti mereka melompat sambil berkata ya, setuju. Begini ekspresi mereka (Menirukan gaya pimpinan daerah menyetujui idenya). Mereka tidak perlu memutar anggaran pengeluarannya. Bila perlu anggaran itu tetap ada, dan masuk kantong mereka. Dan kita yang mengerjakan proyek kelola kota yang aduhai itu untuk membuat angka nol orang gila berkeliaran di pusat kota. Bahkan yang lebih gila lagi. Ide ini harus memiliki ijin HAKI, Hak Kekayaan Intelektual.jadi tidak seoarangpun yang menirunya. Bahkan dimanapun orang gila itu berada, mereka adalah kekayaan kita. Bahkan secara hukum keluarga tidak memiliki hak dan tanggungjawab apapun pada orang gila tersebut. Sejak mulai gila, seseorang itu otomatis menjadi milik kita.  Organ tubuhnya menjadi stock yang tidak ternilai harganya. Kita butuh ahli bedah sebanyak-banyaknya untuk kita pekerjakan di tempat kita, bahkan bila perlu kita harus import ahli bedah dari berbagai manca Negara, katakan bahwa gaji mereka lebih tinggi daripada dokter ahli kepresidenan atau kerajaan.

Johl : Orang-orang gila itu sudah terkumpul di warehouse, gudang yang cukup luas.  Dan para dokter sedang beraksi.  Sekarang perintah petugas untuk masuk kampung-kampung. Ambil orang-orang gila itu dari keluarganya.

PANGGUNG DAN SEMUA TEMPAT PERTUNJUKAN NAMPAK PENUH DENGAN ORANG GILA, PARA AHLI BEDAH DENGAN OPERASINYA. JOHL DAN GAGU BERADA DI TENGAH-TENGAH MEREKA, LALU MENYEBUTKAN BEBERAPA ASAL DAN KUALITAS STOK ORGAN TUBUH ORANG-ORANG GILA.

TAMAT
Lamongan, 28 September 2014.

*) Rodli TL, seorang dramawan Jawa Timur yang telah menulis puluhan naskah drama sekaligus menyutradarainya. Ia lahir di Lamongan pada tanggal 17 Juni 1976. Sejak lulus dari Teater Tiang di Universitas Jember tahun 2004, ia mendirikan sanggar anak Sang_BALA, Kelompok Belajar Bermain Drama yang sampai sekarang memiliki ratusan anak asuh yang terus-menerus berlatih di sanggar yang berdiri kokoh, serta memiliki tempat pertunjukan permanen di kampung halamannya, Candi Tunggal, Kalitengah, Lamongan. Ia juga dosen CCU, Creative Writing, Sastra dan Film di Universitas Islam Darul Ulum Lamongan. Di tahun 2008, mendapatkan penghargaan dari Mendiknas sebagai pengajar kreatif di bidang seni pertunjukan anak pada Festival Seni Internasional. Tahun 2010, karyanya kembali menjadi yang terbaik di Festival Seni Internasional tersebut.
Puluhan naskah drama yang telah ditulisnya; ‘Mulut’ 2000, ‘Tarian Tanah’ produksi 2001, ‘Eksekusi Suatu Hari Kemudian’ 2002, ‘Ketinggalan Kereta’ 2003, ‘Adam Hawa,’ produksi 2004, ‘Si Lita’ 2004, ‘Ubah Bintang’ 2005, ‘Kibar Bendera Sarto’ 2006. Novel ‘Dazedlove’ diterbitkan Pustaka Ilalang 2005, ‘Hah’ 2007, ‘Kapak Berhala’ diterbitkan PUstaka puJAngga 2008, ‘Mimpi Buruk Penari’ 2007, ‘Bunglon dan Kupu-Kupu’ 2005, ‘Past Game’ Festival Seni Internasional 2008 PPPPTK Seni Budaya Yogyakarta, ‘Ibu Bumi,’ diproduksi Teater Nafas Kata 2009, ‘Kesetiaan Sang Istri,’ produksi Teater Roda dan DISBUDPAR JATIM  2009, ‘Perempuan Bunga Kamboja’ 2009, ‘Roh Jahat’ 2009, ‘Membunuh Hayalan’ produksi Teater Kotak Hitam 2010, ‘Dewi Sri’ karya pertunjukan terbaik Festival Seni Internasional PPPPTK Seni Budaya Jogjakarta 2010, ‘Wasiat Gelap’ 2010, ‘Anoman Kecil’ 2012, ‘Manusia Kardus’ 2012, ‘Orang Asing’ 2012, ‘Kadet Suwoko,’ Sutradara Terbaik Lomba Teater Bulan Bahasa UM 2011, ‘Prahara Amitunon’ 2013, ‘Kupatan,’ pertunjukan terbaik II Drakolah Jawa Timur 2014, ‘Nyanggring’ 2013, Novel Pertunjukan ‘Anak Kalap’ 2013, ‘Raja Kasa’ 2013, ‘Klebon Grasak’ 2014, ‘Situ Bagendit’ 2014, ‘Ada Yang Menangis Sepanjang Hari’ 2014, ‘Dhaeng Sekara’ 2014, ‘Iblis Menangis’ 2014. Puluhan naskah drama tersebut telah menjadi bagian penting perkembangan dunia teater di Lamongan sampai ke panggung Internasioanal.
http://sastra-indonesia.com/2017/10/crazybro-naskah-drama-awal-abad-dua-puluh-dua/

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae