Imamuddin SA
Siapa yang tidak kenal dengan Kuntowijoyo! Ia seorang sastrawan, budayawan, sekaligus akademisi yang lahir di Yogyakarta 18 September 1943. Ia salah seorang maestro yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Karya-karyanya sungguh luar biasa dan menjadi karya besar. Melalui karya-karyanya, Kuntowijoyo mengantongi berbagai macam gelar.
Cerpenya yang berjudul “Laki-Laki yang Kawin dengan Peri “(1995), “Resolusi Perdamaian” (1996), “Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan” (1997), dan “Jalan Asmara Dana” (2005), meraih penghargaan sebagai cerpen terbaik Kompas. Cerpenya yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” (1968) memperoleh hadiah pertama dari majalah Sastra. Naskah dramanya yang berjudul “Rumput-Rumput Danau Bento” meraih hadiah harapan dari BTNI (1968). Sedangkan baskah dramanya yang berjudul “Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda, Cartasm” dan “Topeng Kayu” memperoleh hadiah kedua dari Dewan Kesenian Jakarta.
Kuntowijoyo merupakan seorang sastrawan yang produktif dan konsisten. Ini tampak terlihat dari eksistensi menulisnya hingga akhir hayatnya. Empat hari sebelum meningal dunia (wafat 22 Februari 2005), ia bahkan berhasil merampungkan sebuah artikel yang berjudul “Maklumat Sastra Profetik” yang kemudian dikirimkannya pada majalah sastra Horison. Inilah yang pada gilirannya menjadi karya terakhir yang digurat oleh Kuntowijoyo.
Dengan hadirnya karya terakhir tersebut, Kuntowijoyo tampaknya bermaksud membangun jembatan dalam memahami karya-karyanya dan memberi hujjah dalam menelorkan sastra kreatif bagi sastrawan-sastrawan tunas mendatang. Ibarat ingin merasakan asin, seseorang harus mengetahui bentuk dan warna garam. Kesadaran inilah yang mungkin menuntut Kuntowijoyo untuk membangun jembatan pemahaman dengan menguliti karya-karyanya sendiri melalui “Maklumat Sastra Profetik”. Pada hal, ia sadar betul bahwasanya, seorang pengarang yang berani menguraikan esensi karyanya sendiri sama halnya dengan melakukan tindakan bunuh diri.
Ini merupakan sebuah pengorbanan besar. Tampaknya, tindakan ini dilakukan oleh Kuntowijoyo untuk membentengi menjamurnya karya sastra populer di Indonesia. Kuntowijoyo ingin melahirkan karya-karya yang bermutu melalui tangan-tangan kreatif sastrawan muda Indonesia.
Melalui “Maklumat Sastra Profetik”, Kuntowijoyo berusaha berjuang mengembalikan eksistensi karya sastra Indonesia yang berfungsi untuk “dulce et utile” di tengah maraknya budaya konsumerisme dan glamorisme. Harapan besar Kuntowijoyo untuk karya sastra Inonesia yang akan terlahir kelak yaitu dapat merepresentasikan nilai-nilai kenabian, yang meliputi amar ma’ruf (humanisme), nahi munkar (liberasi), dan tu’minu billah (transendensi). Ketiga unsur itu harus menyelimuti karya sastra Indonesia yang keberadaannya saling mengisi satu sama lain, seperti badan dengan ruh, bukan malah berdiri sendri-sendiri.
Petunjuk yang diberikan oleh Kuntowijoyo tentang gambaran etika sastra profetik yang ditawarkan bertumpu pada dua hal. Menurutnya, sastra profetik itu harus ditulis dari dalam dan dari bawah. Maksudnya menulis dari dalam yaitu sastra profetik hendaknya peristiwa-perstiwa dipahami sebagaimana tokoh-tokohnya memahami dunianya sendiri dalam cerita. Pengarang harus bisa membiarkan tokoh-tokoh imajinernya mereaksi peristiwa-peristiwanya sendiri. Dengan kata lain, “ke-aku-an” tokoh imajiner yang berfikir, berbicara, dan berbuat. Jika tokoh imajiner itu orang sederhana maka pikiran, perkataan, dan perbuatannya juga harus sederhana. Dengan demikian, nilai-nilai yang dimunculkan pengarang tidak akan mengabdi pada ide atau gagasan subjektifnya, melainkan nilai-nilai yang muncul benar-benar terkesan murni dan alami melalui gambaran karakter, konflik, dan beban peristiwa dalam pribadi tokoh imajinernya.
Menulis sastra dari bawah maksudnya pengarang tidak berangkat dari teori dan konsep etika profetik, melainkan pengarang hanya dituntut untuk konsisten dalam pelukisan ceritanya dan koheren dengan tema serta plotnya. Dengan kata lain, pengarang hanya menuliskan apa yang ada dalam pikiran dan apa yang dibisikan oleh hati nurani secara runtut yang bersumber dari realitas kehidupan yang ada.
Sebagai contoh, dalam “Maklumat Sastra Profetik”, Kuntowijoyo membongkar esensi beberapa karyanya agar dapat diteladani oleh pembaca dan sastrawan muda, baik sebagai jembatan pemahaman atas karya maupun sebagai usaha mengembalikan kualitas sastra Indonesia. Paling tidak, ada satu isyarat, membuat cerita itu hendaknya seperti “saya” (Kuntowijoyo). Ada nilai-nilai yang disisipkan dan ceritanya mengalir tanpa kesan menggurui atau mengabdi pada ide subjektif pengarang. Biarkan ide subjektif pengarang itu implisit dan lebur dalam tokoh imajiner.
Beberapa karya yang telah dikuliti oleh Kuntowijoyo dalam “Maklumat Sastra Profetik” yaitu “Mantra Penjinak Ular”, Warsipin & Satinah”, “Sepotong Kayu untuk Tuhan”, “Khotbah di atas Bukit”, “Suluk Awang Uwung”, “Makrifat Daun, Daun Makrifat”, “Topeng Kayu”, “Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan”, dan “Gerobak Itu Berhenti di Muka Rumah”. Tindakan pengulitan ini tidak sampai menggores daging cerita. Kuntowijoyo hanya menyayat sedikit kulit ari karyanya. Namun hal itu sudah dapat memberi gambaran umum tentang esensi karyanya.
Dalam “Mantra Penjinak Ular”, Kuntowijoyo menjelaskan bahwa penolakan yang dilakukan oleh seorang buruh rendahan di kecamat untuk menjadi pegawai yang lebih tinggi karena ia tidak ingin menjadi mesin politik dan objektivitas oleh negara. Ia ingin menjadi pribadi yang utuh dan menolak dehumanisasi modern. Tokoh lain, yang membuang ular, memutus mata-rantai mantra penjinak ular, dan tidak memakai sesaji saat mendalang merupakan wujud penolakan terhadap dehumanisasi tradisional. Ia juga menjelaskan bahwa semua tokoh imajiner dalam karya ini tidak pernah tahu-menahu masalah objektivitas modern dan tradisional, padahal objektivitas itulah yang menjadi tema dalam novel itu. Para tokoh hanya bereaksi sewajarnya atas peristiwa yang dihadapi.
Dalam novel “Warsipin & Satinah”, Kuntowijoyo menguraikan bahwa tema utamanya yaitu marjinalisasi umat Isalam yang dilambangkan melalui penyishan imam surau (Pak Modin) dari Pilkades karena dituduh sebagai anggota PKI. Pak Modin akhirnya dipermak daam penjara. Sementara itu, rekayasa politik yang digambarkan melalui tuduhan atas Warsipin yang macam-macam dan akhirnya berujung pada tuduhan menyiapkan pemberontakan. Dalam novel ini, tokoh-tokoh dan para nelayan tidak pernah memahami bahwa mereka sedang menghadapi penindasan negara yang bernama marjinalisasi umat Islam. Mereka hanya tahu sedang berhadapan dengan Muspika, polisi, pengadilan, dan penjara, tetapi tidak pernah tahu bahwa mereka menghadapi negara yang otoriter.
Kuntowijoyo telah menjelaskan bahwa tema transendensi juga menjadi pondasi utama dalam cerpen “Sepotong Kayu untuk Tuhan”. Dalam novel ini dikisahkan bahwa seorang lelaki tua dengan susah payah menebang pohon dan mendorongnya ke sungai untuk sumbangan pembangunan surau. Kayu itu diletakkan di tepi sungai, akan tetapi banjir membawa pergi kayunya dan ia gagal menyumbang. Nilai yang terdapat di dalamnya yaitu nilai sufisme yang berupa keikhlasan dalam beribadah kepada Tuhan, bukan soal sampai atau tidaknya kayu itu untuk disumbangkan.
Dalam novel “Khotbah di atas Bukit”, Kuntowijoyo menegaskan bahwa karya tersebut mengangkat tema transendensi non-teistik yang bersifat a statment of intent, dan bukannya a statment of position, karena ia cenderung pada transendensi teistik Islam. Puisi “Suluk Awang Uwung”, menurutnya bersifat transendensi teistik jawa-Islam. Sedangkan dalam puisi “Makrifat Daun, Daun Makrifat”, karya ini menurutnya jelas-jelas murni transendensi Islam.
Kuntowijoyo juga menegaskan bahwa semua karyanya adalah transendensi, karena ia menganggap hidup ini sebagai misteri yang mengagumkan. Akan tetapi berdasarkan pada uraian sebelumnya, ketransendensian karya itu tidak terikat atau mengabdi pada ide subjektif pengarang, karena Kuntowijoyo selalu menjauh dari tokoh-tokoh imajinernya sehingga ide subjektif pengarang bersifat implisit dan alami. Inilah yang disebut menulis dari dalam.
Selain itu, Kuntowijoyo juga menyatakan secara mutlak bahwa hampir semua karyanya ditulis dari bawah. Karya-karya itu ditulis bukan berpatokan pada konsep teoretis, melainkan menuliskan segala sesuatu yang muncul dalam hati dan pikiran yang berangkat dari realitas yang serba sederhana, yaitu kekaguman atas “misteri kehidupan”. Realitas sederhana itulah pada giliranya akan berposisi sebagai pengalaman. Seperti novel “Pasar” yang diilhami dengan adanya perubahan sosial dari pasar tradisional menjadi pasar modern, novel “Warsipin & Satinah” diilhami dari peristiwa tahun 1978 tentang pencidukan dua orang warga desa oleh tentara yang dituduh akan mendirikan negara Islam, cerpen “Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan” diilhami dari adanya adat menjaga kuburan baru selama tujuh hari untuk orang yang meninggal hari Selasa Kliwon di Yogyakarta pada tahun 1990.
Kuntowijoyo menjelaskan bahwa karya sastra itu strukturalisasi dari pengalaman, imajinasi, dan nilai. Akan tetapi, dari ketiga unsur tersebut yang kerap terlupakan oleh pengarang yaitu nilai. Pengarang terkadang terlalu menggebu dengan ide nilai yang ingin disisipkan sehingga terkesan tidak alami dan menggurui. Pengarang kadang pula lupa menyisipkan nilai sehingga timbullah karya ngepop. Minimnya nilai dalam karya sastra mampu mengurangi kualitas karya. Untuk mengantisipasi fenomena tersebut, perlu adanya keseimbangan dalam menyisipkan nilai-nilai.
Sekali lagi, tujuan utama ditulisnya “Maklumat Sastra Profetik” oleh Kuntowijoyo ini untuk menjembatani pemahaman pembaca atas karya-karya Kuntowijoyo dan untuk meningkatkan kualitas karya sastra Indonesia, supaya sastra lebih berperan dalam masyarakat. Kini artikel itu hadir dalam bentuk buku terbitan Grafindo Litera Media Yogyakarta yang dilengkap dengan lampiran karya-karya yang dikupas sendiri oleh Kuntowijoyo dalam maklumat tersebut. Dengan demikian, pembaca tidak hanya mendapat gambaran kulit ari melainkan dapat mendalami esensi karya sendiri.
6 Oktober 2014, Lamongan, Jawa Timur
http://sastra-indonesia.com/2014/10/kuntowijoyo-dalam-maklumat-sastra-profetik/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar