Minggu, 01 Juni 2014

Sajak di Kampung dan Kafe-kafe

Tulus Wijanarko, Olivia Kristina Sinaga, Syaiful Amin, Faidil Akbar
http://majalah.tempointeraktif.com/

SUATU hari pada tahun 2000. Di sebuah warung Internet di Depok, Gratiagusti Chananya Rompas duduk mencangkung di depan komputer. Tangannya memencet-mencet papan tombol, mengisi kolom-kolom pada tampil-an Yahoogroups. Anya, begitu ia biasa dipanggil, be-lum lama kenal Internet. Tetapi ia tahu, di ranah maya ini bisa terbentuk ruang diskusi. Ia memilih Bunga Matahari sebagai nama milis.


Selama beberapa waktu, milis itu hanya beranggotakan dua orang. Anya dan temannya, Danar Pramesti. Keduanya adalah mahasiswa Universitas Indonesia penyuka puisi. Bunga Matahari semula mere-ka bangun sebagai ajang rendezvous pertukaran puisi antar-mereka. “Sebelum di milis, kami tuker-tukeran puisi kalau ketemu di kampus,” kata Anya.

Kini, enam tahun kemudian, Danar sudah bekerja di bidang periklanan. Dan Anya baru saja kelar kuliah S2-nya di Universitas Stirling, Skotlandia. Ke-dua sahabat itu tak berubah, tetap menulis puisi. Tetapi- yang tak sama lagi adalah milis Bunga Matahari (Buma). Jumlah anggotanya kini sekitar 600 orang. Belum lama ini Buma meluncurkan kumpulan puisi pertama mereka, Antologi Bunga Matahari.

Jangan cari penyair bernama dalam buku itu. Tak ada Sutardji Calzoum Bachri, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, atau Acep Zamzam Nor. Para penulis Buma tak pernah dikenal di dunia sastra tanah air. Kebanyakan bahkan menggunakan nickname-Pepsi-_golda, Sihirhujan, Skeptical_jo, Yohihup, Stormix_jungle, Bercaspa, Redi@nfield, plus sederet nama ajaib lainnya. Datang dari manakah “makhluk-makhluk” itu? Pada halaman identitas penulis, terungkap bahwa kebanyakan mereka adalah kalang-an profesional: perancang grafis, periklanan, perbankan, staf manajemen artis, konsultan arsitektur, otomotif, aktivis LSM, ada juga pemain band.

l l l

PUISI dan sastra tiba-tiba menjadi akrab. Di ranah- Internet, sastra menjadi membumi. “Saya pertama kali belajar menulis puisi di Buma. Makin sering nulis, makin ingin terus belajar,” kata Festi Noverini, seorang peserta milis yang bekerja di kantor manajemen artis. Seno Gumira Ajidarma dalam pengantar buku itu menyebut gejala ini sebagai keberhasilan sosialisasi sastra. “Prestasi sosialisasi sastra tercapai- ketika kesan sastra (sebagai sesuatu) yang kurang gaul dihancurkan. Sastra menjadi sesuatu yang sehari-hari saja,” katanya.

Kata kuncinya adalah komunitas. Selain berinteraksi di milis, Buma juga memiliki Kebun Kata-acara bulanan pembacaan puisi yang digelar di kafe-kafe. Selain Buma, ada pula milis sastra lainnya seperti Penyair, Bumi-manusia, Puisi Kita, Gedong Puisi, Musyawarah Burung, Apresiasi Sastra, Cerpen Indonesia, Sastra Pembebasan, dan sebagainya.

Perjalanan milis Penyair cukup unik. Semula milis- ini “dimiliki” dan dimoderatori Nanang Surya-di, seorang penyuka puisi dari Malang. Belakangan, milis ini dikelola oleh Yayasan Multimedia Sastra (YMS), lembaga yang didirikan sesama aktivis milis.

Soal peralihan “kepemilikan” ini, ada ceritanya. Awalnya ada posting dari seorang anggota milis yang minta dukungan dana agar bisa berangkat ke Amerika Serikat. Ia baru saja menang dalam sebuah kompetisi penulisan puisi- di sana. Tapi duit cekak. Perserta milis lainnya trenyuh.

Maka, bertemu daratlah beberapa anggota yang sebelumnya tak saling kenal. “Akhirnya kita sepakat membentuk suatu badan yang bisa mengayomi bakat-bakat muda seperti ini,” kata Medy Loekito, mantan Presiden YMS. Lembaga inilah yang kemudi-an me-ngelola milis Penyair, situs Cybersastra.net, dan menggelar berbagai kegiatan sastra. Dari sini komunitas terbentuk.

Mei 2001, komunitas ini meluncurkan antologi puisi pertama mereka, Graffiti Gratitude: Sebuah Antologi Puisi Cyber. Pada saat itu ikut pula diperkenalkan situs Cybersastra.net kepada khalayak. Sejumlah kalangan menyebut momentum ini sebagai semacam “proklamasi” sastra cyber.

Tahun-tahun berikutnya, YMS kembali menerbitkan antologi dari beberapa genre sastra. Misalnya: Cyber-Graffiti (kumpulan esai), Graffiti- Imaji (antologi cerpen-pendek), Les Cyberlettres (puisi), dan Cyberpuitika (lihat, Hutan Kata dari Internet).

Seperti Buma, anggota komunitas milis Penyair da-tang dari pelbagai kalangan. “Saya kira lebih dari 60 persen anggotanya dari kalangan profesional,” ka-ta Yono Wardito, Presiden YMS yang menggantikan- Me-dy Loekito. Yono adalah eksekutif di bidang teknologi informasi di Balikpapan. Hingga pertengahan Fe-bruari, anggota milis Penyair sekitar 2.600 orang.

Milis lainnya adalah Apresiasi Sastra (Apsas). Dijaga oleh sembilan moderator, secara rutin mereka menggelar pembahasan karya-karya anggotanya secara online. Tidak hanya itu, Apsas juga menggelar berbagai workshop yang berkaitan dengan dunia kata-kata.

l l l

TAK semua orang bisa menghargai komunitas sastra Internet ini-meski harus diakui kualitas pu-isi atau prosa mereka banyak yang biasa-biasa saja. Sutardji Calzoum Bachri mengkritik keras mutu sastra- cyber pada peluncuran Graffiti-Gratitude tahun 2001. Penulis Ahmadun Y. Herfanda di sebuah koran Ibu Kota mengibaratkan sastra cyber sebagai tong sampah. Resistansi masih berlanjut ketika Antologi Puisi Digital diluncurkan pada 2002. Beberapa penyair di Yogyakarta dan Bandung memandang skeptis. Tapi ini tak menciutkan nyali penggiat sastra cyber. “Puisi adalah milik semua orang,” kata Anya. “Ini milis asyik-asyik saja, kok. Yang penting teman-teman merasa pede menulis puisi.”

Menurut penulis Linda Christanty, pada dasarnya setiap orang ingin menulis puisi. “Lalu setelah itu se-lalu ada keinginan untuk berbagi,” kata pengarang- kumpulan cerpen Kuda Terbang Mario Pinto ini. Linda bersama Eka Kurniawan adalah pendiri mi-lis Bumi Manusia (lihat, Sejumlah Oasis Sastra Vir-tu-al-)-.

Sejatinya, milis sastra dipergunakan untuk mewadahi hasrat penulis yang karyanya tak lolos terbit di media cetak. Selain itu, menurut Saut Situmorang, penulis Yogyakarta, sastra ini menjadi “perlawanan” terhadap media cetak yang kerap menjadi “pembaptis” para penulis. Mereka yang karyanya pernah muncul di koranlah yang berhak menyebut diri penyair atau penulis. Jika lahan koran hanya bisa memuat lima dari 1.000 puisi yang masuk, “Tidak berarti 995 puisi lainnya itu sampah, kan?” kata Medy Loekito.

Tumbuhnya komunitas sastra ini disambut gembira Jamal D. Rahman, seorang pekerja harian di Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Menurut dia, komunitas yang menyandarkan kegiatannya di dunia maya itu membuka kemungkin-an bagi sosialisasi sastra lebih jauh. Berbagai milis sastra dan situs sastra baginya adalah medan di mana orang-orang bisa saling berekspresi melalui sastra. “Karya sastra yang dulu terasing menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat kita,” katanya.

l l l

BICARA sosialisasi sastra, sebuah cerita datang dari Desa Ciloang, Serang, Banten. Di lahan seluas 1.000 meter, di kompleks Hegar Alam, ada sebuah komunitas yang menjadikan kesusastraan aktivitas sehari-hari. Inilah Rumah Dunia, yang dirikan pasang-an suami-istri Heri Hendrayana Harris (Gola Gong) dan Tias Tatanka.

Rumah Dunia, yang didirikan pada 1990-an, mela-tih anak-anak desa menulis. “Mere-ka dilatih menulis puisi dan jurnalistik,” ujar Gola Gong. Selain itu-, ada pula latihan teater dan seni rupa. Semua gratis.

Untuk menggerakkan aktivitas itu, Gong dibantu sahabat-sahabatnya, antara lain Toto St. Radik, Firman Venayaksa, Qizink La Aziva, Ade, Piter Tamba, Indra Kesumah, Ibnu Adam Avicena, dan Deden. Ha-silnya, lumayan. Dalam tiga tahun terakhir, beberapa buku kumpulan puisi dan cerpen pernah diterbitkan Rumah Dunia. “Mereka jadi lebih percaya diri,” kata Gola Gong.

Gagasan mendirikan Rumah Dunia berawal ketika Gola Gong kuliah di Universitas Padjadjaran, Ban-dung, 1982. Idenya terkesan muluk: mereka ingin terlibat dalam per-ubahan masyarakat. “Saya bukan yang- paling berkemampuan secara finansial, tapi sa-ya terdorong untuk memulai.”

Maka, dengan modal perpustakaan milik ayahnya. Harris Sumantapura, seorang pensiunan guru, dimulailah langkah itu. Tekad itu disokong oleh Tias Tantaka. Rumah Dunia kini menjadi semacam padepok-an bagi mereka yang ingin menggeluti sastra dan kesenian. Mereka datang dari berbagai kalangan. Termasuk guru-guru setempat yang ingin meluaskan wawasan dalam bidang tulis-menulis, seni rupa, dan teater.

Rumah Dunia terus bergerak. Sebuah perhelatan yang diberi tajuk Ode Kampung, Temu Sastrawan se-Kampung Nusantara, awal Februari lalu, menjadi arena mengasah kemampuan menulis dan bersastra-. Ada diskusi, ada pula pembacaan puisi dan pentas kesenian. Pelbagai penulis diundang, di antaranya Gus tf. Sakai (Payakumbuh), Isbedy Stiawan Z.S. (Lampung), Saut Situmorang (Yogya-karta), Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya), dan Ahmadun Y. Herfanda (Jakarta). Selain itu, datang pula 12 mahasiswa dari Universitas Sriwijaya.

Hujan sesekali mengguyur arena acara. Tetapi itu tak mampu membendung keakraban yang tumbuh di antara seniman dan masyarakat sekitar. Tidak ada jarak. Semua merasa “Ode Kampung” adalah wujud keprihatinan bersama: jalan-an yang rusak, harga gabah yang ren-dah, lampu penerangan jalan yang byar-pret, dan budaya mem-baca yang sangat kurang. Dari Bu-nga Matahari hingga Rumah Dunia. Sastra menyusup dari kafe gemerlap hingga kampung-kampung.

06 Maret 2006

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae