Senin, 24 Juni 2013

‘Plastik Dicintai Sekaligus Dibenci’

: Analisa Pesan dalam ‘Penggambaran Kembali’ Pengalaman dari Teater ‘Segera’’ Karya Rahman Sabur
Jefri al Malay
Riau Pos, 23 Juni 2013

PESAN dalam sebuah pementasan teater atau drama menjadi sesuatu yang dapat digambarkan kembali tatkala ia mengusik minda kita. Pesan yang didapat itu bisa saja menjadi beragam tafsir, tergantung latar belakang (perspektif) dari mana hal itu dipandang. Kelompok Teater Payung Hitam dengan pementasannya berjudul ‘’Segera’’ karya Rahman Sabur yang telah dipentaskan di Anjung Seni Idrus Tintin (18/6), saya kira akan menjadi sesuatu yang menyimpan misteri di kepala kita, dalam arti kata akan bermunculan beragam tafsir setelah kita menyaksikannya.
Dan saya dari sekian banyak penonton akan mencoba menafsir pesan yang tersembunyi diantara ‘teror’ gerak dan set properti yang telah dieksplorasi sedemikan rupa oleh sutradara Rahman Sabur. Tentu saja dalam hal ini, saya sudah memiliki ‘konsep’ saya sendiri dengan berusaha melihat adanya pola-pola hubungan di balik pengalaman pentas tersebut.

Dengan demikian ‘’Segera’’ karya Rahman Sabur dapat dilihat dari dua macam jenis aspek yakni teater sebagai pengalaman wujud pandangan mata (apa yang tampak) dan teater sebagai rasa yakni tatkala bentuk-bentuk gerak, bunyi, cahaya, seni rupa, musik dan pesan yang terbaca mengalami proses ‘pencernaan’.

Teater Sebagai Apa yang Tampak

Sebagai pengalaman wujud pandangan mata, teater ‘’Segera’’ yang apabila dilihat secara kasat mata adalah sebuah panggung teater yang menghadirkan penggal atau sketsa-sketsa hidup gambaran dari nilai-nilai ‘kebaikan’ yang bertembung dengan ‘keburukan’. Ia menjadi semacam ironis dalam kehidupan. Betapa tidak, setiap aktor dan set properti yang telah dieksplorasi oleh sutradara, menggambarkan kesan kekerasan, kemuakan, kengerian, ketakutan, kecemasan, kecintaan dan juga kemirisan yang pada akhirnya harus ditertawakan.

Hal itu dapat kita temui di beberapa penggal dalam pementasan tersebut. Perempuan yang duduk di kursi plastik, mengarahkan senter dimukanya kemudian menjatuhkan diri atau terjatuh berkali-kali dengan gerakan serupa itu juga. Tidakkah ini mengisyaratkan apa yang saya maksudkan di atas. Laki-laki yang kakinya terikat tali plastik dan jiregen kecil, merasa risih dengan hal itu ia pun berusaha melepaskannya. Dalam kecemasan dan kemuakannya itu, pada akhirnya menghancurkan setting yang telah tertata di atas panggung. Tentu saja hal itu sudah diatur sedemikian rupa oleh penata artistiknya. Dan hal itu pula yang jadi menarik, kejelian sutradara dalam menempatkan detil-detil set properti menjadi hal yang akrobatik. Dalam sekejap mata, seting hancur dan menjadi tumpukan sampah plastik di atas panggung.

Saya kira di sinilah semuanya bermula. Di sinilah bermula ketakutan itu, kecemasan, kemuakan, kemirisan, kelucuan terhadap kebodohan. Karena memang yang terhidang di depan mata adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri dari hal yang tersebut di atas. Tetapi ia-nya tentu saja tidak dalam bentuk verbal. Ia hadir dalam bentuk simbol dan bisa saja hadirnya bahkan tidak kita kenal. Tetapi bukankah simbol merupakan dunia batas antara yang dikenal dan ‘yang lain’ yang tak dikenal itu.

Rahman Sabur sebagai sutradara saya kira dalam pementasannya itu tidak pula menempatkan simbol yang tidak berlandaskan budaya kita. Artinya kita akan menemukan dari apa yang ternampak berbagai kemungkinan-kemungkinan pesan dari simbol yang dihadirkan. Namun perlu saya paparkan bahwa kesan yang muncul tersebut tidaklah menyamai ketika kita menyaksikan langsung dengan peristiwa-peristiwa pembunuhan atau tindak kekerasan lainnya seperti perut tebusai, kepala terpenggal, dan lainnya. Kesan yang kita tangkap sudah terkemas ke dalam wilayah estetika seni.

Nah, ke semua itu bila dikaitkan dengan pesan yang hendak disampaikan Pentas ‘’Segera’’ ini menurut hemat saya adalah persoalan keberaadan plastik. Sebagaimana yang tertera di ulasan pada booklet yang diberikan bahwa dampak negatif sampah plastik tidak sebesar fungsinya. Butuh waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air. Jika dibakar akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain, dapat memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem syaraf, dan memicu depresi.

Tahukah kita selama ini bahaya plastik sedemikian mengerikan? Sementara itu, dalam keseharian kita hampir keseluruhan kebutuhan membutuhkan dan menggunakan plastik yang telah di daur ulang. Bahkan sampai kepada permainan anak-anak. Inilah yang barangkali disebut dengan ironis oleh sutradara. Sesuatu yang kita cintai karena efesien, ekonomis dan sekaligus pula harus kita benci.

Teater Sebagai Rasa

Mari pula kita kaitkan pesan dengan simbol gerak, set properti dari pengalaman pementasan ke dalam sebutan saya tadi yaitu teater sebagai rasa.

Teater Payung Hitam dengan sadar sebenarnya menghadirkan pesan dalam bentuk eksplorasi bahasa tubuh dan set properti untuk kemudian kita rasakan dengan penuh kesadaran. ‘Rasa’ yang saya maksudkan di sini adalah hasil tangkapan inderawi terhadap suatu objek yang kemudian dikaitkan pula dengan tema yang disuguhkan sebuah pementasan atau karya. Tentu saja di sini perlu proses pencernaan.

Kita atau katakanlah saya, begitu terasa mengasyikkan tatkala mengapresiasi pentas ‘’Segera’’ meskipun sebenarnya diteror dengan berbagai simbol, emosi yang terbangun, ketegangan, tensi meninggi, keterkejutan, kelucuan tetapi kemudian begitu pementasan selesai, ada semacam rasa yang hinggap bahwa sketsa-sketsa yang telah dikemas oleh sutradara adalah sebuah peristiwa ironis yang merasuk ke dalam diri.

Awalnya kita terpana dengan gerak atau pilihan komposisi bloking namun kemudian sutradara ‘mematahkannya’ dengan kejutan atau bahkan sentakan yang tak disangka-sangka. Awalnya kita merasa nyaman dengan set properti tapi sekejap kemudian hancur menjadi sampah-sampah plastik yang menyelerak di atas panggung. Dan banyak lagi sketsa yang hadirnya serupa demikian.

‘Rasa’ ini yang kemudian saya kira dialihkan dalam proses pementasan ini. Kita begitu dekat dengan yang namanya plastik tapi kemudian ternyata plastik itu berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Kita begitu membutuhkan, begitu merasa dimudahkan oleh fungsi plastik tetapi kita justru akan tersiksa olehnya. Begitu riang anak-anak bermain dengan permainan yang terbuat dari plastik namun diantara keriangan mereka ternyata ada bencana di kemudian harinya. Nah, demikian yang saya maksudkan teater sebagai rasa. Di sebalik teror yang terhidang di atas panggung, terselip rasa ironis tersebut.

Teater Payung Hitam dengan ciri khasnya adalah menghilangkan kata-kata verbal dari pentas. Para pemain menjadi aktor sekaligus benda-benda yang ‘berbahasa’. Imaji kita terbangun dari tawaran bentuk tubuh dan gerak manusia, bunyi-bunyi yang biasa dan tak biasa, tata cahaya dan ke semua teknik yang terus digali kemungkinannya. Tetapi itu pula yang kemudian menurut saya menjadi menarik untuk diapresiasi. Karena meskipun kesempurnaan komunikasi itu adalah bahasa ternyata sesuatu yang bukan kata-kata verbal mampu juga mengantarkan sepaket pesan di pangkuan kita. Syabas Teater Payung Hitam yang sudah pentas di Negeri Lancang Kuning.

*) Jefri al Malay, Dikenal sebagai sastrawan muda Riau yang telah menghasilkan banyak karya sastra seperti sajak, cerpen dan esai. Buku kumpulan puisinya yang baru terbit berjudul ‘’Ke mana Nak Melenggang’’ Selain itu, alumni Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) dan saat ini sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unilak. Jefri tergabung di Sanggar Teater Matan. Bermastautin di Kota Bertuah Pekanbaru.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/06/plastik-dicintai-sekaligus-dibenci.html

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae