Senin, 17 Juni 2013

Buah Hatiku, Sumber Inspirasiku

Nafsul Latifah *
http://sastra-indonesia.com

Setiap insan dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia, tentu mendamba kedamaian, kesejahteraan, saling berdamping serta berpasang-pasangan. Pabila sudah tiba waktunya, keduanya mengikat janji bertalian suci demi membentuk keluarga sakinah, mawadah, warohmah. Dari awal kebersamaannya selalu merindu sang buah hati, yang kan menambah keharmonisan.

Kehadiran sang anak dalam keluarga tentu selalu dinanti, itu pengharapan, berkah, rahmat, karunia juga amanah dari Allah SWT kepada kita, yang harus disyukuri dalam menempuh hayati. Suatu impian seorang istri, apabila dapat mengandung lalu melahirkan dan dipanggil “ibu“ oleh buah hatinya, dari hasil cinta kasih pernikahan.

Rasa syukur tak ternilai, kala Tuhan menganugerahi buah hati yang dapat mengisi lagi mewarnai kehidupan ini. Saat yang ditunggu pun tiba, terdengarlah tangisan bayi mungil nan cantik beralunan suara merdu menyejukkan hati, disambutlah penuh suka cita bahagia. Lengkap sudah kedamaian yang lama kunanti. Dengan belaian sayang, dan ketulusan oleh karunia-Nya, kuberi tanda kasih atas nama Futiya Nafi Husna. Semoga kelak menjadi wanita yang bermanfaat, baik bagi agama, orang tua, serta bangsa dan negara.

Hari-hari berganti minggu, minggu menuju bulan, bulan menanjaki tahun, kurawat dan kudidik buah hati, dengan penuh perhatian yang selalu tercurah demi kebahagiaannya. Sejak kanak-kanak, anakku tumbuh lincah dengan keceriaan pada kesehariannya, di dalam keluarga yang selalu melindungi, menjaganya. Aku besarkan anakku sambil bekerja di sebuah perusahaan yang bisa menopang ekonomi keluarga.

Karena tuntutan pekerjaan mengharap loyalitas, kedisiplinan tinggi, maka bergayuh di antara dua sisi; mendampingi buah hati yang merupakan kewajiban seorang ibu, dan kewajiban karyawan di sebuah perusahaan. Demi keselarasan keduanya, diusia kurang lebih 1½ tahun hingga 4½ tahun, aku percayakan di sebuah yayasan penitipan anak. Meski hanya 8 jam lamanya dalam sehari tak mendampinginya, terasa berat merindu.

Waktu terus melangkah dalam keceriaan dan gelak tawa seorang anak cantik nan lincah lagi periang menghiasi keluarga. Suatu hari buah hatiku menderita demam. Saya anggap biasa, dan diperiksakan ke dokter umum. Dokter menyatakan penyakit anakku demam biasa, lalu diberi resep obat untuk diminum teratur sesuai petunjuk. Dua hari berlalu, demamnya tetap tinggi belum juga turun. Aku jadi panik, cemas akan keadaan dan dengan apa seyogyanya dilakukan. Di pucuk perasaan bingung aku berdo’a, “Ya Allah, apa yang mesti aku perbuat, dengan melihat buah hatiku sakit demam, yang hanya diam tanpa mengucap kesakitan yang dirasa”.

Lantas ku bawa berobat ke dokter spesialis anak, yang lebih paham penyebab dideritanya. Atas hasil pemeriksaan, dokter mangatakan “Ananda harus dirawat dirumah sakit saat ini juga, karena ada suatu hal”. Lemas terasa seluruh tubuhku, bagai disambar petir siang hari. “Ya Allah, kenapa cobaan ini Kau berikan pada hambamu ini “. Sakit rasanya hati seorang ibu, melihat anaknya terbaring lemas dengan tusukkan jarum di tangannya, diserati oksigen pernafasannya. “Kalau boleh memohon kepada-Mu ya Allah, jangan Kau beri sakit pada buah hatiku, tapi biarlah aku ibunya, yang menggantikan deritanya“.

Aku senantiasa di sampingnya, seakan tak pernah beranjak meninggalkannya walau sesaat. Ku pandangi anakku, kubelai penuh sayang yang terlihat pucat tak berdaya. Hampir lima hari dalam perawatan rumah sakit di Ponorogo. Setiap jam kunjungan dokter aku berharap, semoga pemeriksaan hari itu terjadi perubahan positif. Lama menanti hasil pemeriksaan dengan kecemasan dan kesabaran, akhirnya aku dipanggil ke ruang dokter. Sangat besar harapanku akan kesembuhan sedari perkembangan kesehatan anakku.

Aku berjalan ke ruang dokter dengan pengharapan sambil berlinang air mata. Sangat lembut namun pasti, dokter menenangkan hatiku, “Ibu yang sabar ya, Ananda akan sembuh, tapi karena keterbatasan peralatan medis di rumah sakit ini, kami sarankan agar Ananda dibawa ke rumah sakit yang lebih besar dengan peralatan lengkap. Karena Ananda menderita radang otak, yang harus segera dilakukan tindakan“.

Lemas seluruh tubuh ini ketika dokter mengatakan hal itu. Tanpa terasa deraian air mataku tercurah tak terbendung. Dan tanpa berucap sepatah-kata, aku hanya ingin menjerit, menangis sekuat hatiku,”Ya Allah…? Mengapa cobaan ini Kau berikan pada anakku, ya Allah”. Terasa sesak dada ini, seolah tak bisa menghela nafas lagi.

Namun, alunan kalimat toyyibah dari jiwaku, mendorongnya bangkit tegar menerima ini ikhlas, berserah kepada-Nya. Dengan teriring do’a sepenuh hati kepada-Nya, kuputuskan dirawat di rumah sakit di Madiun. Semangat yang sertai deraian air mata; kudekap buah hatiku penuh perhatian dalam mengiringi perjalanan, menuju kota Madiun.

Selama 7 hari anakku dirawat, terasa berat beban yang Allah beri. Sungguh cobaan ini, suatu penderitaan terbesar dalam hidupku. Keceriaan anakku kala beranjak usia 3 tahun, seakan hilang oleh sakit dideritanya. Dengan terganggunya motorik buah hatiku, penyembuhan dimulai dari nol lagi; proses berjalan, bergerak, dan bicara, hingga harus dilakukan berkesabaran dan terapi khusus oleh dokter spesialis. Ini mendorong ku selalu berusaha mencari cara, agar dapat membantu proses penyembuhan, selain dengan memberi perhatian khusus untuk membesarkan hatinya.

Makin berat derita yang kulalui, dalam rangkain kesembuhannya. Kadang berputus asa, berkeluh kesah, “Ya Allah, begitu beratnya ujian Kau berikan pada hamba-Mu. Kapankah cobaan ini berakhir? Ya Allah, inikah jalan-Mu sebagai penghubung menuju-Mu”. Itulah ujian kesabaran yang ku hadapi saat itu. Harus mampu tabah serta berkeyakinan, bahwa Allah tak kan memberi cobaan hambanya, melebihi batas kemampuannya. Alhamdulillah, berkat rahmat-nya, do’a yang selalu kupanjatkan hari ke hari, seakan nampak pada diri buah hatiku, meski masih dalam pengawasan dokter.

Menginjak usia 4½ tahun, anakku memasuki tahap sekolah jenjang pertama. Aku percayakan di sebuah Taman Kanak-Kanak di dekat tempatku bekerja. Perkembangan anakku dari waktu ke waktu dengan pengawasan guru TK dipaparkan, bahwa ia tergolong pendiam, dan tak seperti anak seusianya. Mendengar laporan gurunya, sebagai orang tua aku menjelaskan latar belakang kesehatannya, lalu akhirnya dimengerti.
***

Perjalanan di TK masih satu semester, anakku mulai bosan, dan menunjukkan kekesalannya, serta tiada keinginan berangkat sekolah. Selalu marah dengan emosional tinggi, menolak apabila ku ajak ke sekolah. Dengan kasih sayang serta kesabaran, ku dekati anakku dan coba selami yang jadi penyebab perubahannya.

Saat di pangkuanku, dalam belaian dekapan lembut, aku bertanya; “Nak, mengapa tak mau belajar dengan teman-teman di sekolah?” Setelah lama bersegala bujuk rayu, ujungnya bersuara lirih lembut, “Bunda, aku mau sekolah di TK Qurrota A’yun”. Ya Allah, ternyata ia merasakan kejenuhan belajar di TK, tempat aku menitipkannya mulai usia 1½ tahun.

Demi semangat pendidikan dan perkembangannya, aku berusaha memindahkan di TK Qurrota A’yun. Pihak sekolah belum dapat menerima, karena pelajaran baru berjalan setengah semester, namun bisa diterima di TK B nanti. Lega rasanya hati ini, mendengar jawaban tersebut. Setibanya di rumah, aku menjelaskan pada buah hatiku “Nafi, boleh pindah di TK Qurrota A’yun nanti, kalau sudah di TK B“. Dari sorot mata bening nan polosnya, terlihat keceriaan terpancar kembali di mukanya, setelah kujelaskan dan mendengarnya. Aku ikut lega bahagia, karena mulai ada kemauan masuk sekolah, walau di setiap harinya harus menjelaskan serta memberi semangat untuk pindah. Melihat kembalinya senyuman serta kemauan belajarnya, seakan terasa bagai panas setahun terhapus hujan sehari di hatiku, sangat sejuk nan nyaman sekali.

Usia 5½ tahun, aku pindahkan di TK B Qurrota A’yun atas kehendak buah hatiku sendiri. Sebenarnya, hati kecilku berat mengikuti kemauannya, karena keterbatasan kemampuannya. Namun oleh semangatnya yang kuat, dan demi perkembangan pendidikannya, aku hanya mampu memberi do’a pengharapan serta membimbing untuknya. Sebelum memasuki pendidikan di sekolah TK B Qurrota A’yun, aku juga menceritakan latar belakang kesehatan anakku. Hasil pengamatan guru pembimbing menjelaskan anakku dalam mengikuti pelajaran, dipandang bisa melanjutkan di Sekolah Dasar. “Alhamdulillah, Ya Allah, inikah jawaban dari kesabaran dan keraguanku terhadap perkembangan buah hatiku“. Itulah syukur kebahagiaan pertama terucap di atas perkembangannya, selama dia sembuh sedari sakit.

Usia 6½ tahun mulai memasuki Sekolah Dasar. Sebagai ibu yang tahu kemampuan serta perkembangan buah hati, sebisa mungkin mengarahkannya bersekolah di Sekolah Dasar umum, dengan berbagai pertimbangan. Tapi buah hatiku menangis dan memohon untuk bersekolah di SDIT Qurrota A’yun. Maka dengan Bismillah, aku melangkah mendaftarkan buah hatiku di sana. Semoga Allah meridhoi kemauan buah hatiku yang besar dan tak dapat dirubah.

Saat proses pendidikan kelas 1 mulai, aku langsung menemui wali kelas untuk menyampaikan riwayat kesehatan anakku, dengan harapan ada dukungan dan perhatian khusus atas kekurangannya. Namun timbul kurang percaya diri serta keraguan sebagai ibu, terhadap kamampuan anakku. Karena seiring perjalanan proses pembelajaran berlangsung, mendapati memo yang dituliskan guru pembimbing. Kalimatnya, “Mohon motivasi dan bimbingan belajar Ananda”.

Dari awal mendapatkan memo, kami berusaha memahaminya. Namun hal itu sering dituliskan di buku penghubung siswa, dengan tak menunjukkan problema yang terjadi terhadap buah hatiku, sehingga terasa keberatan aku baca tulisan tersebut, seakan tiada hal positif sedikitpun pada anakku. Tanpa tahu makna terkandung dari tulisan memo, lalu solusi bagaimana, dan apa yang harus kulakukan. Padahal seorang ibu, akan berusaha maksimal demi menyelesaikan masalah pendidikan untuk buah hatinya, tidak harus selalu dengan memo yang tiada penjelasan pasti.

Itulah awal keraguanku terhadap kemampuan anakku dalam menuntut ilmu, atas seringnya mendapati memo. Padahal hari-hariku sudah tercurahkan sepenuh perhatian, hanya untuk buah hatiku satu-satunya. Aku selalu mencari metode tepat, demi kemandiriannya dalam belajar. Bahkan pekerjaan kantor, terkadang berantakan olehnya.

Sebenarnya, sering aku utarakan riwayat kesehatan buah hatiku ke pihak sekolah, dan sempat aku bertanya kepada guru pembimbing, maksud memo tersebut. Jawabannya “Ananda tolong diberikan motifasi belajar, karena dengan pertanyaan lisan Ananda mampu menjawab, tetapi dalam hal membaca dan menulis tertinggal dengan teman di kelasnya“ tanpa ada solusi untuk mengatasi kondisinya.

Hal itu problema baru yang harus diselesaikan dan mencari solusi sendiri. Karena usaha terasa belum ada hasil, sempat ingin ambil putusan untuk memindahkan ke sekolah lain, sesuai kemampuannya. Sebagai ibu pernah berkata pada buah hatiku, untuk pindah sekolah lain saja. Tapi setelah anakku mendengarnya, dengan raut polos menundukkan kepala, matanya berkaca-kaca meneteskan air mata, tak berucap sepatah-kata. Tak sampai hatiku katakan itu ke anakku, tapi demi masa depan pendidikannya, terpaksa ku katakan. Itu pun kulakukan semata tak dapat mengarahkan, atau memilih antara kemampuan, dan kemauan kuat buah hatiku untuk tetap di SDIT Qurrota A’yun.

Dengan penuh semangat dan kesedihan tersirat di wajahnya, anakku berucap “Bunda, aku janji mau belajar lebih rajin, tapi jangan dipindah sekolahku ya” Sakit hati ini, mendengar harapan buah hatiku. Sambil kudekap, kupeluk dengan kasih sayang, serasa menetes air mata dalam hatiku, “Ya Allah, tunjukkanlah kuasa-Mu, berilah jalan kemudahan bagi buah hatiku, untuk menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi. Serta bimbinglah, demi menggapai impiannya. Hanya kepada-Mu, hambamu ini berserah memohon pertolongan. Kabulkanlah do’a kami”…

Dalam hatiku bersuara, “Jangan jenuh dalam langkahmu, teruslah berlatih, dan tunjukkan kau hebat, bahkan lebih bisa menjadi indah bersinar. Bersabarlah buah hatiku, harapanmu semoga terwujud. Allah selalu membimbing dan mengarahkan setiap langkahmu”. Aku senantiasa berpegang teguh firman Allah SWT, Surat Al-Inssyiroh ayat 6:“Sesungguhnya, setelah kesulitan ada kemudahan”. Amiin…Ya Robbal’alamiin.

*) Nafsul Latifah, lahir di Ponorogo, 18 Nopember 1972, adalah Wali dari Ananda Futiya Nafi Husna (siswa kelas 2-Ali). Alamat sekarang di Jl. Menur Gg.V Perum Griya Asa No 31 Ponorogo. Penulis adalah istri dari Agus Setyo Budi.
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2013/06/buah-hatiku-sumber-inspirasiku/

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae