Agung Dwi Ertato **
http://agungdwiertato.blogspot.com
Kehadiran kesusastraan Indonesia saat ini tentu saja mempunyai kesejarahan yang begitu panjang. Boleh jadi kesejarahan tersebut berkaitan dengan banyak hal, semisal masalah sosial, politik, ide kebangsaan, kebahasaan, maupun bentuk formal kesusastraan itu sendiri. Tentu saja faktor-faktor tersebut memengaruhi jawaban menyoal kapan kesusastraan Indonesia atau lebih tepatnya kesusastraan Indonesia modern tersebut lahir.
Tentang kapan kelahiran kesusastraan Indonesia modern telah banyak diperbincangkan dan diperdebatkan oleh ahli-ahli kesusastraan Indonesia, bahkan hingga sekarang. Walaupun demikian, seperti ada “kesepakatan” bahwa awal mula kesusastraan Indonesia modern bersamaan dengan kemunculan Balai Pustaka yang didirikan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1917. A. Teeuw dalam karangannya Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan Indonesia Baru tidak secara tegas menyebutkan awal mula kelahiran kesusastraan Indonesia Baru. Ia hanya memaparkan bahwa pada tahun 1920-an merupakan masa kecil kesusastraan Indonesia modern (1953: 122). Melihat angka tahun yang diungkapkan oleh Teeuw, tentu saja hal tersebut merujuk pada Balai Pustaka dan roman yang pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka yaitu Azab dan Sengsara (1920) karya Merari Siregar. Teeuw menekankan pada titik tolak “inovasi” dalam kesusastraan yang modern. Inovasi yang dimaksud Teeuw adalah pembaruan-pembaruan yang terdapat dalam karya sastra Modern dan tentu saja yang membedakan dengan yang klasik, misalnya individualitas, bentuk, dan bahasa.
Berbeda dengan Teeuw yang menekankan pada ihwal inovasi, Ajip Rosidi berpendapat lain soal kelahiran kesusastraan Indonesia Modern. Menurut Ajip Rosidi, bahasa dan kesusastraan Indonesia modern lahir akibat pertemuan bahasa dan sastra Melayu dengan paham-paham yang berasal dari kebudayaan Eropa modern (1991: 10). Kebudayaan Eropa modern yang dimaksud oleh Ajip Rosidi adalah semangat nasionalisme. Periode kelahiran kesusastraan Indonesia modern versi Ajip Rosidi tidak berdasarkan pada novel terbitan Balai Pustaka tetapi pada puisi Muh. Yamin yang berjudul “Tanah Air” dalam majalah Jong Sumatra (1922).
Permulaan kesusastraan Indonesia modern versi Umar Junus lebih mengejutkan. Umar Junus menekankan bahwa sastra Indonesia lahir setelah bahasa Indonesia lahir. Dengan demikian Junus mengambil titik Sumpah Pemuda (1928) sebagai titik permulaan kesusastraan Indonesia modern. Sebelum tahun tersebut, karya yang diterbitkan tidak dapat dimasukkan dalam kesusastraan Indonesia melainkan kesusastraan Melayu (1988: 1).
Ketiga pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa kelahiran kesusastraan Indonesia modern berkisar antara tahun 1920-an. Dari angka tahun tersebut, barangkali “kesepakatan” bahwa Balai Pustaka merupakan penanda kelahiran kesusastraan Indonesia modern terbentuk. Namun, beberapa pertanyaan kemudian muncul ke permukaan, lalu bagaimana dengan karya-karya sastra yang dipublikasikan sebelum angka tahun tersebut? Apakah karya-karya tersebut termasuk khazanah kesusastraan Indonesia modern? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita tilik sebentar apa itu Balai Pustaka.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Balai Pustaka seringkali dianggap sebagai penanda awal mula kesusastraan Indonesia modern. Balai Pustaka sendiri dibentuk oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1917 (Teeuw, 1953: 119; Eneste, 1988: 6; Rosidi, 1991: 16). Sebelum bernama Balai Pustaka, lembaga ini dahulunya bernama Commissie voor de Inlandsche School em Volkslectuur (Komisi Sekolah Pribumi dan Bacaan Rakyat) yang didirikan pada tanggal 14 September 1908 (Teeuw, 1955: 119). Tujuan Balai Pustaka adalah “mengadakan sjarat ‘batjaan yang bersifat membangun’ dengan tjorak ‘membentuk budi pekerti’ atau ‘membawa ketjerdasan’ (ibid: 122). Selain itu pula, bahasa yang digunakan dalam terbitan Balai Pustaka adalah bahasa Melayu Tinggi—bahasa Melayu yang sesuai dengan ejaan yang disusun oleh Van Ophuysen (Samuel, 2008: 146). Dengan demikian, tentulah tujuan utama Balai Pustaka adalah melakukan sensor terhadap bacaan yang layak bagi pribumi di Hindia Belanda—layak dalam hal isi juga layak dalam hal bahasa.
Pembentukan Commissie voor de Inlandsche School em Volkslectuur yang kemudian berubah menjadi Balai Pustaka tentulah tanpa sebab. Dengan melihat tujuannya saja, kita dapat berasumsi bahwa sebelum terbentuknya Commissie voor de Inlandsche School em Volkslectuur telah muncul fenomena sosial yang menyebabkan kemunculan komisi bacaan tersebut. Fenomena sosial yang pertama adalah masalah pendidikan. Pada awal abad ke-20, sebagian pribumi mampu membaca dan telah mendapatkan pendidikan dasar di sekolah. Oleh sebab itu, kebutuhan bacaan begitu tinggi bagi pribumi sedangkan penerbit swasta telah banyak didirikan dan banyak pula menerbitkan buku cerita terutama penerbit yang didirikan oleh peranakan Tionghoa. Banyaknya terbitan dari pihak swasta itulah yang menyebabkan pemerintah kolonial membentuk komisi bacaan guna menentukan mana bacaan yang “baik” dan mana bacaan yang “liar” (Damono, 2011: 13). Fenomena sosial lainnya adalah pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 perkembangan surat kabar di Hindia Belanda begitu pesat. Sama halnya dengan penerbitan, persuratkabaran tersebut juga banyak dikelola oleh peranakan Tionghoa, Indo-Belanda, dan Pribumi. Di dalam surat kabar tersebut juga terdapat sisipan cerita bersambung yang kemudian dicetak dalam buku oleh penerbit-penerbit swasta. Surat-surat kabar tersebut di antaranya adalah Bianglala, Bintang Betawi, Medan Prijaji, Sin Po, Taman Sari, Warna Warta, dsb. Surat kabar tersebut menggunakan bahasa Melayu perhubungan yang dalam istilah pemerintah kolonial disebut sebagai bahasa Melayu Rendah.
Gambaran umum tersebut setidaknya mengilustrasikan bahwa sebelum terbentuknya Balai Pustaka terdapat karya sastra yang dimuat dalam beberapa surat kabar. Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian tentang karya sastra sebelum perang dan lebih khususnya sebelum Balai Pustaka. Claudine Salmon mencatat pada tahun 1886 terdapat syair iklan yang berjudul “Sair dari adanja Boekoe Tjerita Tjina njang soeda disalin bahasa Melajoe”. Syair tersebut ditulis oleh Ting Sam Sien (2010: 62). Sapardi Djoko Damono juga menemukan puisi yang dimuat dalam majalah Bianglala pada tahun 1870 yang berjudul “Amin” ditulis oleh A.D (2004: 17). Selain Claudine Salmon dan Sapardi Djoko Damono, Ibnu Wahyudi dalam penelitiannya mencatat bahwa pada tahun 1893, A. Rogensburg telah menerbitkan novel yang berjudul Hikajat Roh Manoesia yang diterbitkan oleh t.n.p. (1988: 90).
Temuan-temuan tersebut setidaknya mewarnai khazanah kesusastraan Indonesia modern. Sekalipun temuan-temuan tersebut tidak dimasukkan dalam kesusastraan Indonesia modern, toh pada akhirnya pembentukan Balai Pustaka bertujuan untuk menyensor bacaan-bacaan yang beredar. Dengan demikian pembentukan Balai Pustaka secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh peredaran-peredaran karya sastra sebelum Balai Pustaka. Jika karya sastra terbitan Balai Pustaka dianggap sebagai tonggak kesusastraan Indonesia modern, pemicunya pun harusnya juga dimasukkan dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern.
Permasalahan yang ditimbulkan sebenarnya berada pada kata “modern” yang membedakan dengan yang “klasik”. Tentunya kita harus bersikap arif dengan kata “modern”. Pengertian kata “modern” yang ditekankan oleh Sapardi Djoko Damono setidaknya melenturkan makna kata tersebut. Sapardi menggarisbawahi kata “modern” dengan pengertian telah digunakannya aksara latin dan disebarluaskannya dalam bentuk tercetak juga tidak secara langsung berkaitan dengan pandangan hidup atau sikap hidup yang tersirat atau tersurat di dalamnya (1999: 15). Dengan demikian, perbedaan tradisi literal di Indonesia antara yang “klasik” dan yang “modern” pun kentara. Jika tradisi literal “klasik” ditulis dalam aksara jawi maupun aksara daerah lainnya dan disebarkan dalam bentuk salinan (tulisan tangan) terbatas, tradisi literal “modern” ditulis dalam aksara latin dan disebarluaskan dalam bentuk cetakan. Dengan demikian pula, kita dapat melihat permulaan kesusastraan Indonesia modern baik bentuk maupun isinya alih-alih hanya melihat isinya saja.***
KEPUSTAKAAN
Damono, Sapardi Djoko. 1999. “Awal Perkembangan Sastra Modern di Indonesia: Kasus Sastra Melayu dan Jawa” dalam Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida. Jakarta: Pustaka Firdaus.
___________________. 2004. Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaa. Bandung: Remaja Rosada Karya.
___________________. 2011. “Kesusastraan Indonesia Sebelum Kemerdekaan” dalam makalah kuliah umum di Komunitas Salihara pada tanggal 21 September 2011.
Eneste, Pamusuk. 1988. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Penerbit Jambatan.
Rosidi, Ajip. 1991. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Binacipta.
Salmon, Claudine. 2010. “Awal Kesusastraan Melayu-Tionghoa Dicerminkan oleh Sebuah Syair Iklan Tahun 1886” dalam Sastra Indonesia Awal: Kontribusi Orang Tionghoa. Jakarta: KPG.
Samuel, Jerome. 2008. Kasus Ajaib Bahasa Indonesia?: Pemodernan Kosakata dan Politik Peristilahan.Jakarta: KPG.
Teeuw, A. 1953. Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan Indonesia Baru. Jakarta: Yayasan Pembangunan.
________.1994. “Hamzah Fansuri Sang Pemula Puisi Indonesia” dalam Indonesia: Antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wahyudi, Ibnu. 1988. “Perkembangan Novel Indonesia Sebelum Balai Pustaka”/ Laporan penelitian. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
*) Esai ini merupakan pengantar diskusi MarkasSastra, Kamis, 29 September 2011. Belum disunting.
**) Cuma mahasiswa yang suka sastra.
Dijumput dari: http://agungdwiertato.blogspot.com/2011/09/tentang-permulaan-kesusastraan.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar