Rabu, 27 Maret 2013

Tentang Permulaan Kesusastraan Indonesia Modern *

Agung Dwi Ertato **
http://agungdwiertato.blogspot.com

Kehadiran kesusastraan Indonesia saat ini tentu saja mempunyai kesejarahan yang begitu panjang. Boleh jadi kesejarahan tersebut berkaitan dengan banyak hal, semisal masalah sosial, politik, ide kebangsaan, kebahasaan, maupun bentuk formal kesusastraan itu sendiri. Tentu saja faktor-faktor tersebut memengaruhi jawaban menyoal kapan kesusastraan Indonesia atau lebih tepatnya kesusastraan Indonesia modern tersebut lahir.
Tentang kapan kelahiran kesusastraan Indonesia modern telah banyak diperbincangkan dan diperdebatkan oleh ahli-ahli kesusastraan Indonesia, bahkan hingga sekarang. Walaupun demikian, seperti ada “kesepakatan” bahwa awal mula kesusastraan Indonesia modern bersamaan dengan kemunculan Balai Pustaka yang didirikan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1917. A. Teeuw dalam karangannya Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan Indonesia Baru tidak secara tegas menyebutkan awal mula kelahiran kesusastraan Indonesia Baru. Ia hanya memaparkan bahwa pada tahun 1920-an merupakan masa kecil kesusastraan Indonesia modern (1953: 122). Melihat angka tahun yang diungkapkan oleh Teeuw, tentu saja hal tersebut merujuk pada Balai Pustaka dan roman yang pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka yaitu Azab dan Sengsara (1920) karya Merari Siregar. Teeuw menekankan pada titik tolak “inovasi” dalam kesusastraan yang modern. Inovasi yang dimaksud Teeuw adalah pembaruan-pembaruan yang terdapat dalam karya sastra Modern dan tentu saja yang membedakan dengan yang klasik, misalnya individualitas, bentuk, dan bahasa.

Berbeda dengan Teeuw yang menekankan pada ihwal inovasi, Ajip Rosidi berpendapat lain soal kelahiran kesusastraan Indonesia Modern. Menurut Ajip Rosidi, bahasa dan kesusastraan Indonesia modern lahir akibat pertemuan bahasa dan sastra Melayu dengan paham-paham yang berasal dari kebudayaan Eropa modern (1991: 10). Kebudayaan Eropa modern yang dimaksud oleh Ajip Rosidi adalah semangat nasionalisme. Periode kelahiran kesusastraan Indonesia modern versi Ajip Rosidi tidak berdasarkan pada novel terbitan Balai Pustaka tetapi pada puisi Muh. Yamin yang berjudul “Tanah Air” dalam majalah Jong Sumatra (1922).

Permulaan kesusastraan Indonesia modern versi Umar Junus lebih mengejutkan. Umar Junus menekankan bahwa sastra Indonesia lahir setelah bahasa Indonesia lahir. Dengan demikian Junus mengambil titik Sumpah Pemuda (1928) sebagai titik permulaan kesusastraan Indonesia modern. Sebelum tahun tersebut, karya yang diterbitkan tidak dapat dimasukkan dalam kesusastraan Indonesia melainkan kesusastraan Melayu (1988: 1).

Ketiga pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa kelahiran kesusastraan Indonesia modern berkisar antara tahun 1920-an. Dari angka tahun tersebut, barangkali “kesepakatan” bahwa Balai Pustaka merupakan penanda kelahiran kesusastraan Indonesia modern terbentuk. Namun, beberapa pertanyaan kemudian muncul ke permukaan, lalu bagaimana dengan karya-karya sastra yang dipublikasikan sebelum angka tahun tersebut? Apakah karya-karya tersebut termasuk khazanah kesusastraan Indonesia modern? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita tilik sebentar apa itu Balai Pustaka.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Balai Pustaka seringkali dianggap sebagai penanda awal mula kesusastraan Indonesia modern. Balai Pustaka sendiri dibentuk oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1917 (Teeuw, 1953: 119; Eneste, 1988: 6; Rosidi, 1991: 16). Sebelum bernama Balai Pustaka, lembaga ini dahulunya bernama Commissie voor de Inlandsche School em Volkslectuur (Komisi Sekolah Pribumi dan Bacaan Rakyat) yang didirikan pada tanggal 14 September 1908 (Teeuw, 1955: 119). Tujuan Balai Pustaka adalah “mengadakan sjarat ‘batjaan yang bersifat membangun’ dengan tjorak ‘membentuk budi pekerti’ atau ‘membawa ketjerdasan’ (ibid: 122). Selain itu pula, bahasa yang digunakan dalam terbitan Balai Pustaka adalah bahasa Melayu Tinggi—bahasa Melayu yang sesuai dengan ejaan yang disusun oleh Van Ophuysen (Samuel, 2008: 146). Dengan demikian, tentulah tujuan utama Balai Pustaka adalah melakukan sensor terhadap bacaan yang layak bagi pribumi di Hindia Belanda—layak dalam hal isi juga layak dalam hal bahasa.

Pembentukan Commissie voor de Inlandsche School em Volkslectuur yang kemudian berubah menjadi Balai Pustaka tentulah tanpa sebab. Dengan melihat tujuannya saja, kita dapat berasumsi bahwa sebelum terbentuknya Commissie voor de Inlandsche School em Volkslectuur telah muncul fenomena sosial yang menyebabkan kemunculan komisi bacaan tersebut. Fenomena sosial yang pertama adalah masalah pendidikan. Pada awal abad ke-20, sebagian pribumi mampu membaca dan telah mendapatkan pendidikan dasar di sekolah. Oleh sebab itu, kebutuhan bacaan begitu tinggi bagi pribumi sedangkan penerbit swasta telah banyak didirikan dan banyak pula menerbitkan buku cerita terutama penerbit yang didirikan oleh peranakan Tionghoa. Banyaknya terbitan dari pihak swasta itulah yang menyebabkan pemerintah kolonial membentuk komisi bacaan guna menentukan mana bacaan yang “baik” dan mana bacaan yang “liar” (Damono, 2011: 13). Fenomena sosial lainnya adalah pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 perkembangan surat kabar di Hindia Belanda begitu pesat. Sama halnya dengan penerbitan, persuratkabaran tersebut juga banyak dikelola oleh peranakan Tionghoa, Indo-Belanda, dan Pribumi. Di dalam surat kabar tersebut juga terdapat sisipan cerita bersambung yang kemudian dicetak dalam buku oleh penerbit-penerbit swasta. Surat-surat kabar tersebut di antaranya adalah Bianglala, Bintang Betawi, Medan Prijaji, Sin Po, Taman Sari, Warna Warta, dsb. Surat kabar tersebut menggunakan bahasa Melayu perhubungan yang dalam istilah pemerintah kolonial disebut sebagai bahasa Melayu Rendah.

Gambaran umum tersebut setidaknya mengilustrasikan bahwa sebelum terbentuknya Balai Pustaka terdapat karya sastra yang dimuat dalam beberapa surat kabar. Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian tentang karya sastra sebelum perang dan lebih khususnya sebelum Balai Pustaka. Claudine Salmon mencatat pada tahun 1886 terdapat syair iklan yang berjudul “Sair dari adanja Boekoe Tjerita Tjina njang soeda disalin bahasa Melajoe”. Syair tersebut ditulis oleh Ting Sam Sien (2010: 62). Sapardi Djoko Damono juga menemukan puisi yang dimuat dalam majalah Bianglala pada tahun 1870 yang berjudul “Amin” ditulis oleh A.D (2004: 17). Selain Claudine Salmon dan Sapardi Djoko Damono, Ibnu Wahyudi dalam penelitiannya mencatat bahwa pada tahun 1893, A. Rogensburg telah menerbitkan novel yang berjudul Hikajat Roh Manoesia yang diterbitkan oleh t.n.p. (1988: 90).

Temuan-temuan tersebut setidaknya mewarnai khazanah kesusastraan Indonesia modern. Sekalipun temuan-temuan tersebut tidak dimasukkan dalam kesusastraan Indonesia modern, toh pada akhirnya pembentukan Balai Pustaka bertujuan untuk menyensor bacaan-bacaan yang beredar. Dengan demikian pembentukan Balai Pustaka secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh peredaran-peredaran karya sastra sebelum Balai Pustaka. Jika karya sastra terbitan Balai Pustaka dianggap sebagai tonggak kesusastraan Indonesia modern, pemicunya pun harusnya juga dimasukkan dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern.

Permasalahan yang ditimbulkan sebenarnya berada pada kata “modern” yang membedakan dengan yang “klasik”. Tentunya kita harus bersikap arif dengan kata “modern”. Pengertian kata “modern” yang ditekankan oleh Sapardi Djoko Damono setidaknya melenturkan makna kata tersebut. Sapardi menggarisbawahi kata “modern” dengan pengertian telah digunakannya aksara latin dan disebarluaskannya dalam bentuk tercetak juga tidak secara langsung berkaitan dengan pandangan hidup atau sikap hidup yang tersirat atau tersurat di dalamnya (1999: 15). Dengan demikian, perbedaan tradisi literal di Indonesia antara yang “klasik” dan yang “modern” pun kentara. Jika tradisi literal “klasik” ditulis dalam aksara jawi maupun aksara daerah lainnya dan disebarkan dalam bentuk salinan (tulisan tangan) terbatas, tradisi literal “modern” ditulis dalam aksara latin dan disebarluaskan dalam bentuk cetakan. Dengan demikian pula, kita dapat melihat permulaan kesusastraan Indonesia modern baik bentuk maupun isinya alih-alih hanya melihat isinya saja.***

KEPUSTAKAAN
Damono, Sapardi Djoko. 1999. “Awal Perkembangan Sastra Modern di Indonesia: Kasus Sastra Melayu dan Jawa” dalam Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida. Jakarta: Pustaka Firdaus.
___________________. 2004. Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaa. Bandung: Remaja Rosada Karya.
___________________. 2011. “Kesusastraan Indonesia Sebelum Kemerdekaan” dalam makalah kuliah umum di Komunitas Salihara pada tanggal 21 September 2011.
Eneste, Pamusuk. 1988. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Penerbit Jambatan.
Rosidi, Ajip. 1991. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Binacipta.
Salmon, Claudine. 2010. “Awal Kesusastraan Melayu-Tionghoa Dicerminkan oleh Sebuah Syair Iklan Tahun 1886” dalam Sastra Indonesia Awal: Kontribusi Orang Tionghoa. Jakarta: KPG.
Samuel, Jerome. 2008. Kasus Ajaib Bahasa Indonesia?: Pemodernan Kosakata dan Politik Peristilahan.Jakarta: KPG.
Teeuw, A. 1953. Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan Indonesia Baru. Jakarta: Yayasan Pembangunan.
________.1994. “Hamzah Fansuri Sang Pemula Puisi Indonesia” dalam Indonesia: Antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wahyudi, Ibnu. 1988. “Perkembangan Novel Indonesia Sebelum Balai Pustaka”/ Laporan penelitian. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
*) Esai ini merupakan pengantar diskusi MarkasSastra, Kamis, 29 September 2011. Belum disunting.
**) Cuma mahasiswa yang suka sastra.
Dijumput dari: http://agungdwiertato.blogspot.com/2011/09/tentang-permulaan-kesusastraan.html

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae