Rabu, 19 Desember 2012

Sepeda "Onthel"

Sartika Dian Nuraini *
Bali Post, 2 Des 2012

Kita cukup kaget dan salut saat mengetahui banyak orang di Indonesia menekuni hobi bersepeda. Bersepeda pada akhirnya adalah implementasi keinginan yang memadukan banyak hal, antara lain olahraga, wisata, petualangan, identitas. Bersepeda di antara masyarakat yang kecanduan sepeda motor dan mobil mungkin saja kisah yang membutuhkan alasasan-alasan masuk akal.

Indonesia sampai saat ini belum begitu identik dengan sepeda jika dibandingkan dengan Belanda, Jepang, Cina, atau Jerman yang warganya di berbagai kota lebih memilih sepeda onthel sebagai sarana transportasi. Pemerintah dan warga bersinergi mempromosikan penggunaan sepeda yang memiliki banyak timbal balik dalam hal mengurangi kemacetan, polusi, dan kesehatan. Bersepeda sepertinya tidak menjatuhkan gengsi. Bersepeda adalah gaya hidup. Akhirnya, kita dapat mengingat bahwa mengayuh sepeda onthel sebenarnya mengingat sejarah kota dan gaya hidup.

Sejarah sepeda onthel adalah sejarah kota. Sepeda onthel menandai pertumbuhan kota yang bergerak cepat lewat implementasi modernitas. Sebagai alat transportasi, sepeda onthel pernah mengantarkan kita ke gerbang modernitas, sebab sepeda onthel memang diciptakan untuk mengatur kehidupan manusia yang ingin efisiensi waktu, energi, dan jarak. Pada zaman dulu, sepeda onthel dibuat untuk kepentingan kapitalistik. Manusia yang enggan berjalan kaki, memilih sepeda guna mengantarkannya pergi ke mana-mana. Efisiensi itulah yang dikehendaki manusia modern dalam mobilitas diri.

Sejak pertama kali ditemukan, sepeda onthel menuai antusiasme dari orang-orang Inggris, Perancis, dan Amerika. Pembangunan jalan raya dilakukan secara besar-besaran demi memudahkan kolonialisasi dan industrialisasi yang edan-edanan. Jalan kian ramai, mesin-mesin dan teknologi bersliweran di jalan. Egon Larsen dalam A History of Invention (1978) mengisahkan penemuan sepeda onthel. Peristiwa bermula saat tahun 1813, di sebuah kota yang damai di Jerman. Seorang pemuda bernama Baron Karl Friedrich Christian Ludwig Drais von Sauerbronn meluncur di jalan raya naik kendaraan yang aneh sekali.

Kendaraan itu terbuat dari dua buah roda yang dikaitkan dengan kayu dan pelana di tengah-tengahnya. Kendaraan itu berjalan dengan dorongan kaki kiri dan kanan secara bergantian. Ia berhasil mendapatkan paten untuk “mesin berlari” atau Draisine ciptaannya karena bisa menempuh jarak kota Karlshure ke Strasbourg dalam waktu cuma empat jam. Padahal, jika berjalan kaki jarak itu ditempuh dengan waktu enam belas jam. Orang Inggris dan Prancis menyambutnya dengan riuh. Sejak saat itu, Draisine mulai memadati boulevard-boulevard Paris dan London yang sangat digemari oleh pria-pria di waktu senggang.

Di Indonesia, iklan promosi yang menandai pertama kali masuknya sepeda di Jawa tercatat pada tahun 1898. Sepeda itu bermerek Clveland Cycles yang tertera dalam surat kabar De Nieuwe Vorstenlandan. Iklan sepeda dibuat dari dan untuk kalangan kolonial, serta para bangsawan di pulau Jawa. Kaum pribumi melihatnya sebagai benda mewah, khas Eropa. Kalau mereka memiliki sepeda, tandanya naik martabat seperti orang Eropa. Mereka berpawai mengelilingi kota dan desa menggunakan sepeda-sepeda yang menentukan martabat kolonialistik. Sepeda menjadi pembeda antara ras kaum penjajah dan yang dijajah. Jalan-jalan itu menjelmakan kekuasaan dan kontestasi politik kolonial yang memakai sepeda untuk menyapa dan pamer pada pribumi.



Intelektual

Pada awal abad ke-20, sepeda onthel menjadi representasi sekaligus indikasi intelektualitas anak-anak bangsawan yang bersekolah di institusi kolonial. Arnold Mononutu, seorang lulusan Sekolah Dokter Jawa pertama, contohnya. Di masa kecil, ayahnya yang seorang ambtenar membelikannya sepeda untuk menyetarakan diri dengan teman-temannya dari kalangan Eropa di ELS (Europeesche Lager School) Gorontalo. Sepeda menjadi indikasi keterasingan tradisi dan identitas. Monomutu mengakui dirinya saat itu memiliki mentalitas kolonial. Demi menunjukkan kekayaan dan kekuasaan, kalangan intelektual dan ambtenar saat itu malu bila harus berjalan apalagi bertelanjang kaki seperti pribumi. Pendefinisian ini serasa sangat membebani, bahkan mengafirmasi ketegangan rasisme-kultural masyarakat di Hindia Belanda.

Waktu berlalu, tetapi makna sepeda onthel bisa ditengok dalam pelbagai wacana pergerakan dan perjuangan kemerdekaan kita. Sepeda onthel menjadi alat transportasi utama bagi para pejuang kemerdekaan, selain mobil maupun truk. Sepeda-sepeda itu simbolisasi spirit dan nyawa. Sepeda-sepeda mengantarkan kita pada kemerdekaan. Dengan sepeda onthel, kita sebenarnya mengayuh nasonalisme.

Pada paruh abad ke-20, sepeda onthel mulai mencitrakan romantisisme kaum muda di Indonesia. Visualisasi kisah cinta itu tampak dalam iklan sepeda Alpino di Madjalah Star (1958), yang dipasarkan di wilayah Jakarta, Sukabumi, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Sepeda Alpino mengisahkan ikon pemuda-pemudi kota yang romantis. Mereka sedang memadu cinta dengan sepeda onthel. Keduanya berjalan beriringan jalan di pematang sawah dan melihat panorama alam. Karakterisasi dimunculkan sebagai idealisasi cinta picisan. Sepeda mendapatkan tempat di hati para pecintanya. Hingga kini, mengendarai sepeda menjadi indikasi kesederhanaan, cinta kasih, persahabatan dan kehangatan rumah tangga.

Di belahan dunia yang lain, W Sommerset Maugham pernah menulis tentang sepeda dan dirinya dalam Cakes and Ale (1953). Saat ia berusia sangat muda, ia pernah mengendarai sepeda dan menabrak seorang perempuan yang berjalan berlawanan arah dengannya. Perempuan itu Mrs Driffield yang masih sangat muda berjalan beriringan dengan suaminya. Saat terjatuh, Maugham sengaja menolongnya dan timbullah rasa cemburu si suami. Ceritanya berakhir kala suatu hari Maugham memperistri perempuan tadi. Rupanya, ia mendapat jodoh saat gara-gara berkendara sepeda.

Sepeda onthel telah meriwayatkan kita dengan seribu nostalgia yang tak mungkin karatan. Kini, orang-orang mulai tak sudi ngonthel lagi. Takut panas matahari menyengat kulit dan terkena polusi yang kian menjadi-jadi. Bersepeda onthel sepertinya keanehan di abad ke-21 yang serba cepat dan penuh pesona.

*) Sartika Dian Nuraini, esais dan penyair
Dijumput dari:  http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=18&id=72155

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae