Syarbaini
Harian Analisa, 18 Nov 2012
Pada saat Mochtar Lubis masih hidup, Sastra Hijau daerah belum begitu ditinggalkan. Sastrawan kondang pada zamannya sempat melakukan seminar dan penelitian di sebuah perpustakaan di negeri Belanda. Ternyata hasilnya cukup banyak mengagumi sastra Indonesia yang tersimpan di perpustakaan negara kincir angin itu. Hal ini disebabkan pada zaman penjajahan Belanda tempo doeloe kaum penjajah yang pulang ke negerinya, membawa oleh-oleh buku-buku sastra lisan asal Indonesia.
Pengakuan Mochtar Lubis, kalangan pecinta buku, peneliti dan penggemar pembaca Belanda cenderung mencintai sastra lisan Indonesia dalam jenis, cerita rakyat, dongeng, hikayat-hikayat atau sastra lisan lainnya. Dalam benak Mochtar Lubis berpendapat Bangsa Belanda waktu masih menjajah Indonesia ternyata memiliki perhatian penuh terhadap jenis sastra lisan daerah sebagai bacaan yang mengasyikkan.
Perhatian Bangsa Belanda terhadap sastra lisan Indonesia ternyata mengilhami diri Mochtar Lubis untuk mengabdikan perbendaharaan sastra-sastra lisan baik ditingkat pusat maupun daerah yang sebenarnya cukup banyak bila dihitung-hitung secara rinci.
Saat masih hidup dan berkecimpung dalam dunia sastra Mochtar Lubis berpendapat alangkah besarnya kerugian budaya Bangsa Indonesia, seandainya sastra lisan yang terdiri cerita rakyat, dongeng dan hikayat-hikayat sempat punah dari bumi nusantara ini. Warga asing saja menyimpannya dengan baik, lalu waktu-waktu luang dijadikan bacaan yang mengasyikkan.
Aneh bin ajaib, itu adalah kenyataan. Berapa jumlah buku-buku sastra lisan, baik cerita rakyat, dongeng-dongeng atau hikayat-hikayat di perpustakaan maupun lembaga pendidikan di daerah. Disana yang tinggal dapat dihitung dengan jari. Pada masa-masa lalu, sebutlah masa penjajahan tempo dulu buku-buku jenis itu menjadi bacaan populer baik di kalangan penjajah, maupun kelompok intelektual kita masa itu. Kini di abad dimensi “cinta buku” malah bacaan yang bernilai pendidikan, tidak nampak lagi di perpustakaan-perpustakaan umum maupun di sekolah.
Dalam seminar bahasa yang dilakukan beberapa tahun lalu, pihak Dikbud memang pernah melaksanakan semacam proyek pengumpulan sastra lisan baik asal pusat maupun daerah untuk dikembangkan kembali. Sayang proyek yang intinya hendak membangkitkan budaya sastra dalam bentuk pendidikan moral bangsa, hingga kini belum terealisasi. Kapan dan kapan kalangan sastrawan masa kini, hanya dapat menanti dan menanti.
Layak sebagian besar kalangan sastrawan sangat mendukung gagasan Mochtar Lubis yang justru si Empu Sastrawan pada masanya. Seminar dunia sastra ini juga tidak banyak bisa berbuat karena berbagai hal, antaranya modal dan fasilitas-fasilitas lain dalam menangani produks budaya yang sangat bermanfaat untuk mempertahankan kepribadian bangsa menurut naluri tradisi nenek moyang ini. Hal ini merupakan sesuatu yang dapat mempertahankan dedikasi anak bangsa agar tradisi leluhur dapat dipertahankan demi martabat bangsa.
Pendidikan Moral
Kembali ke pendapat Mochtar Lubis, nilai sastra lisan memang sepertinya tidak dapat diabaikan. Ditinjau lagi peranan dalam pendidikan generasi muda melalu isi yang terkandung, keinginan melestarikan sastra lisan itu merupakan hal yang patut di puji. Dengan semaraknya sastra lisan, secara langsung nenek moyang dapat dipelajari secara seksama oleh generasi penerus sebagai bahan pertimbangan dalam memegang tradisi hidup yang lebih bermakna. Seperti banyak sastra lisan yang dapat dijadikan pendidikan kehidupan remaja baik laki-laki maupun wanita, baik mereka di desa maupun kota-kota. Misalnya saja sastra lisan asal Jawa Tengah, antaranya Serat Candrarini sebagai sarana nasehat bagi gadis-gadis Jawa menjelang memasuki gerbang rumah tangga, lalu sastra lisan Wulang Reh sebagai sarana pengajaran kaum remaja untuk selalu hati-hati dan waspada.
Masih terngiang oleh penulis tatkala berkunjung ke daerah Sumatera Barat, tatkala datang menyaksikan helatan dengan pergelaran hiburan “Dendang Panah” yang merupakan sastra lisan Minangkabau dalam bentuk seni musik tradisional yang secara umum hampir tenggelan tersisih oleh desakan seni musik modern yang mendominasi dunia musik masa kini.
Dalam penuturan salah seorang tokoh tua yang mengenal seluk-beluk seni musik tradisional, menceritakan pada penulis “Dendang Panah” merupakan sastra lisan dalam bentuk bait-bait tembang yang didendangkan pada acara tertentu di malam hari. Unsur penting dalam sastra lisan, makna dalam kaba (cerita) yang menguraikan cara menasehati kalangan remaja. Baik, gadis atau pemuda agar mereka tidak meninggalkan nalurinya sebagai masyarakat, patut menjunjung tinggi adat istiadat daerahnya. Bait-bait nasehat dalam lantunan seni musik “Dendang Panah” itu sempat dikutip penulis melalui terjemahan bahasa Indonesia yang sedang pemain lantunkan dengan suaranya yang mengiba, antaranya;
Ke pasar anak rang Holong
Membeli sutera dan beludru
Bulu ayam bisa dihitung
Sifat manusia siapa tahu
Ke pasar anak Rang Bengkel
Akan pulang tengah hari
Yang besar kita muliakan
Yang kecil kita kasihi.
Sudah masak padi di tengah sawah
Dituai anak nang jati
Sesat surat salah ubah
Agar jangan terulang lagi
Burung balam terbang sejoli
Seekor menyerap ke tepian
Antara awak dan si dia
Sudah lama berutang budi
Burung balam terbang sejoli
Mengisap minum masuk lebakan
Anak sudah besar jangan hanya dipandangi
Lebih baik disekolahkan
Berdasarkan studi perpustakaan di Sumatera Barat, pengakuan mantan Direktur Akademi Karawitan Minangkabau Padang Panjang Chairul Harun menyebutkan, ragam sastra lisan memang yang sepat di inventarisasi ada 15 ragam sastra lisan. Di antaranya berupa tesis sarjana sastra fakultas Sastra Andalas Padang. Selainnya hasil pengumpulan bentuk inventarisasi Depdiknas daerah Sumbar yang peduli akan sastra lisan daerah untuk riwayatnya.
Ke lima belas jenis sastra lisan ini umumnya mengandung unsur-unsur pendidikan. Jadi memang sangat disayangkan bila sastra yang justru bisa dijadikan sarana pendidikan remaja ini punah terabaikan ditelan gelombang jenis seni luar yang justru keberadaan masih diragukan.
Masih pengakuan Chairul Harun, mendukung pendapat Mochtar Lubis Almarhum yang justru empu dari kelompok sastrawan di tanah air di masa hidupnya sangat tepat. Karena itu remaja sekarang perlu dididik melalui bacaan. Dengan membaca mereka dapat mengambil hikmah sastra yang dibacanya. Sastra lisan adalah wadahnya karena, memang oleh penulisnya, baik masa lalu dan sekarang bertujuan mengetengahkan cerita yang berkaitan dengan pendidikan dan dedikasi.
Tidak hanya jenis sastra lisan Jawa dan Minangkabau yang mampu memberi solusi dalam pendidikan remaja. Jenis-jenis cerita rakyat yang dulu menjadi bahan bacaan di sekolah-sekolah tingkat rendah, misalnya cerita Datu Gunja, di Sidikalang, Hang Tuah, di Melayu Deli,Sri Mersing, untuk daerah Langkat dan Batu Berkatuk untuk daerah Bengkulu. Semua sastra lisan daerah ini isinya memiliki unsur pendidikan bagi generasi penerus, antaranya bentuk nasehat, kebersamaan, kejujuran dan ketabahan dalam menghadapi tantangan.
Sayang buku-buku cerita rakyat dalam bentuk sastra lisan, kini hanya tinggal beberapa buah, itupun dalam keadaan tingkah lengkap, kover sudah lepas dan halamannya tidak lengkap lagi.
Bagaimana sang penerbit? Tentang dedikasi anak bangsa perlu mendapat perhatian khusus. Mungkin saja melalui bacaan-bacaan jenis sastra lisan dapat dicari jalan keluarnya untuk menghindari minat ikut-ikut dalam jebakan narkoba yang membahayakan dirinya. Dengan rajin membaca, seseorang dapat mencerna, memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang merugikan, mana yang menguntungkan. Disinilah bacaan sastra kita berperan. Mochtar Lubis dalam mengembangkan sastra lisan sangatlah tepat.
Tidak hanya Mochtar Lubis yang menginginkan perkembangan dan pelestarian sastra hijau daerah ini. Seluruh masyarakat sebenarnya memiliki niat yang sama. Sastra dapat dijadikan semacam keteladanan bagi pendidikan remaja di daerah masing-masing.
Tidak saja daerah Sumatera Barat yang kaya akan sastra-sastra lisan sebagai bukti kepedulian kalangan sastrawan dan pengarang Minangkabau masa lalu untuk berbuat lebih baik demi kekayaan perbendaharaan khasanah budayanya. Di daerah lain juga memiliki kekayaan perbendaraan budaya dalam bentuk sastra lisan.
Di Jawa ada Serat Centhani di Bengkulu ada Batu Terkatuk, di Tapanuli Selatan ada cerita Sampu Raga, di Tanah Deli ada cerita Hang Tuah, semua merupakan khasanah perbendaraan budaya yang patut dilestariakn. Keberadaan sastra lisan maupun cerita rakyat, merupakan sarana pendidikan pada generasi penerus bangsa.
Atas gagasan Mochtar Lubis yang telah tiada, patut kita cermati. Keberadaan sastra lisan perlu dikembangkan, justru sastrawan muda mulai bermunculan seiring dengan perkembangan perguruan tinggi jurusan sastra kian meningkat. Layak mereka diharapkan mampu menyikapi akan tantang semakin redupnya sastra-sastra lisan di negeri ini. Sastrawan muda yang mulai bermunculan, perlu bergerak membangkitkan kembali sastra-sastra lisan, karena mampu membawa moral anak bangsa ke tingkat martabat yang lebih luhur dan terhormat.
Medan, 22 Juli 2009
Dijumput dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/11/18/88208/sastra_lisan_di_benak_mochtar_lubis_sangat_kuat/#.UNDP66x2Na8
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar