Rabu, 19 Desember 2012

Sastra Lisan di benak Mochtar Lubis Sangat Kuat

Syarbaini
Harian Analisa, 18 Nov 2012

Pada saat Mochtar Lubis masih hidup, Sastra Hijau daerah belum begitu ditinggalkan. Sastrawan kondang pada zamannya sempat melakukan seminar dan penelitian di sebuah perpustakaan di negeri Belanda. Ternyata hasilnya cukup banyak mengagumi sastra Indonesia yang tersimpan di perpustakaan negara kincir angin itu. Hal ini disebabkan pada zaman penjajahan Belanda tempo doeloe kaum penjajah yang pulang ke negerinya, membawa oleh-oleh buku-buku sastra lisan asal Indonesia.

Pengakuan Mochtar Lubis, kalangan pecinta buku, peneliti dan penggemar pembaca Belanda cenderung mencintai sastra lisan Indonesia dalam jenis, cerita rakyat, dongeng, hikayat-hikayat atau sastra lisan lainnya. Dalam benak Mochtar Lubis berpendapat Bangsa Belanda waktu masih menjajah Indonesia ternyata memiliki perhatian penuh terhadap jenis sastra lisan daerah sebagai bacaan yang mengasyikkan.

Perhatian Bangsa Belanda terhadap sastra lisan Indonesia ternyata mengilhami diri Mochtar Lubis untuk mengabdikan perbendaharaan sastra-sastra lisan baik ditingkat pusat maupun daerah yang sebenarnya cukup banyak bila dihitung-hitung secara rinci.

Saat masih hidup dan berkecimpung dalam dunia sastra Mochtar Lubis berpendapat alangkah besarnya kerugian budaya Bangsa Indonesia, seandainya sastra lisan yang terdiri cerita rakyat, dongeng dan hikayat-hikayat sempat punah dari bumi nusantara ini. Warga asing saja menyimpannya dengan baik, lalu waktu-waktu luang dijadikan bacaan yang mengasyikkan.

Aneh bin ajaib, itu adalah kenyataan. Berapa jumlah buku-buku sastra lisan, baik cerita rakyat, dongeng-dongeng atau hikayat-hikayat di perpustakaan maupun lembaga pendidikan di daerah. Disana yang tinggal dapat dihitung dengan jari. Pada masa-masa lalu, sebutlah masa penjajahan tempo dulu buku-buku jenis itu menjadi bacaan populer baik di kalangan penjajah, maupun kelompok intelektual kita masa itu. Kini di abad dimensi “cinta buku” malah bacaan yang bernilai pendidikan, tidak nampak lagi di perpustakaan-perpustakaan umum maupun di sekolah.

Dalam seminar bahasa yang dilakukan beberapa tahun lalu, pihak Dikbud memang pernah melaksanakan semacam proyek pengumpulan sastra lisan baik asal pusat maupun daerah untuk dikembangkan kembali. Sayang proyek yang intinya hendak membangkitkan budaya sastra dalam bentuk pendidikan moral bangsa, hingga kini belum terealisasi. Kapan dan kapan kalangan sastrawan masa kini, hanya dapat menanti dan menanti.

Layak sebagian besar kalangan sastrawan sangat mendukung gagasan Mochtar Lubis yang justru si Empu Sastrawan pada masanya. Seminar dunia sastra ini juga tidak banyak bisa berbuat karena berbagai hal, antaranya modal dan fasilitas-fasilitas lain dalam menangani produks budaya yang sangat bermanfaat untuk mempertahankan kepribadian bangsa menurut naluri tradisi nenek moyang ini. Hal ini merupakan sesuatu yang dapat mempertahankan dedikasi anak bangsa agar tradisi leluhur dapat dipertahankan demi martabat bangsa.

Pendidikan Moral

Kembali ke pendapat Mochtar Lubis, nilai sastra lisan memang sepertinya tidak dapat diabaikan. Ditinjau lagi peranan dalam pendidikan generasi muda melalu isi yang terkandung, keinginan melestarikan sastra lisan itu merupakan hal yang patut di puji. Dengan semaraknya sastra lisan, secara langsung nenek moyang dapat dipelajari secara seksama oleh generasi penerus sebagai bahan pertimbangan dalam memegang tradisi hidup yang lebih bermakna. Seperti banyak sastra lisan yang dapat dijadikan pendidikan kehidupan remaja baik laki-laki maupun wanita, baik mereka di desa maupun kota-kota. Misalnya saja sastra lisan asal Jawa Tengah, antaranya Serat Candrarini sebagai sarana nasehat bagi gadis-gadis Jawa menjelang memasuki gerbang rumah tangga, lalu sastra lisan Wulang Reh sebagai sarana pengajaran kaum remaja untuk selalu hati-hati dan waspada.

Masih terngiang oleh penulis tatkala berkunjung ke daerah Sumatera Barat, tatkala datang menyaksikan helatan dengan pergelaran hiburan “Dendang Panah” yang merupakan sastra lisan Minangkabau dalam bentuk seni musik tradisional yang secara umum hampir tenggelan tersisih oleh desakan seni musik modern yang mendominasi dunia musik masa kini.

Dalam penuturan salah seorang tokoh tua yang mengenal seluk-beluk seni musik tradisional, menceritakan pada penulis “Dendang Panah” merupakan sastra lisan dalam bentuk bait-bait tembang yang didendangkan pada acara tertentu di malam hari. Unsur penting dalam sastra lisan, makna dalam kaba (cerita) yang menguraikan cara menasehati kalangan remaja. Baik, gadis atau pemuda agar mereka tidak meninggalkan nalurinya sebagai masyarakat, patut menjunjung tinggi adat istiadat daerahnya. Bait-bait nasehat dalam lantunan seni musik “Dendang Panah” itu sempat dikutip penulis melalui terjemahan bahasa Indonesia yang sedang pemain lantunkan dengan suaranya yang mengiba, antaranya;

Ke pasar anak rang Holong
Membeli sutera dan beludru
Bulu ayam bisa dihitung
Sifat manusia siapa tahu

Ke pasar anak Rang Bengkel
Akan pulang tengah hari
Yang besar kita muliakan
Yang kecil kita kasihi.

Sudah masak padi di tengah sawah
Dituai anak nang jati
Sesat surat salah ubah
Agar jangan terulang lagi

Burung balam terbang sejoli
Seekor menyerap ke tepian
Antara awak dan si dia
Sudah lama berutang budi

Burung balam terbang sejoli
Mengisap minum masuk lebakan
Anak sudah besar jangan hanya dipandangi
Lebih baik disekolahkan

Berdasarkan studi perpustakaan di Sumatera Barat, pengakuan mantan Direktur Akademi Karawitan Minangkabau Padang Panjang Chairul Harun menyebutkan, ragam sastra lisan memang yang sepat di inventarisasi ada 15 ragam sastra lisan. Di antaranya berupa tesis sarjana sastra fakultas Sastra Andalas Padang. Selainnya hasil pengumpulan bentuk inventarisasi Depdiknas daerah Sumbar yang peduli akan sastra lisan daerah untuk riwayatnya.

Ke lima belas jenis sastra lisan ini umumnya mengandung unsur-unsur pendidikan. Jadi memang sangat disayangkan bila sastra yang justru bisa dijadikan sarana pendidikan remaja ini punah terabaikan ditelan gelombang jenis seni luar yang justru keberadaan masih diragukan.

Masih pengakuan Chairul Harun, mendukung pendapat Mochtar Lubis Almarhum yang justru empu dari kelompok sastrawan di tanah air di masa hidupnya sangat tepat. Karena itu remaja sekarang perlu dididik melalui bacaan. Dengan membaca mereka dapat mengambil hikmah sastra yang dibacanya. Sastra lisan adalah wadahnya karena, memang oleh penulisnya, baik masa lalu dan sekarang bertujuan mengetengahkan cerita yang berkaitan dengan pendidikan dan dedikasi.

Tidak hanya jenis sastra lisan Jawa dan Minangkabau yang mampu memberi solusi dalam pendidikan remaja. Jenis-jenis cerita rakyat yang dulu menjadi bahan bacaan di sekolah-sekolah tingkat rendah, misalnya cerita Datu Gunja, di Sidikalang, Hang Tuah, di Melayu Deli,Sri Mersing, untuk daerah Langkat dan Batu Berkatuk untuk daerah Bengkulu. Semua sastra lisan daerah ini isinya memiliki unsur pendidikan bagi generasi penerus, antaranya bentuk nasehat, kebersamaan, kejujuran dan ketabahan dalam menghadapi tantangan.

Sayang buku-buku cerita rakyat dalam bentuk sastra lisan, kini hanya tinggal beberapa buah, itupun dalam keadaan tingkah lengkap, kover sudah lepas dan halamannya tidak lengkap lagi.

Bagaimana sang penerbit? Tentang dedikasi anak bangsa perlu mendapat perhatian khusus. Mungkin saja melalui bacaan-bacaan jenis sastra lisan dapat dicari jalan keluarnya untuk menghindari minat ikut-ikut dalam jebakan narkoba yang membahayakan dirinya. Dengan rajin membaca, seseorang dapat mencerna, memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang merugikan, mana yang menguntungkan. Disinilah bacaan sastra kita berperan. Mochtar Lubis dalam mengembangkan sastra lisan sangatlah tepat.

Tidak hanya Mochtar Lubis yang menginginkan perkembangan dan pelestarian sastra hijau daerah ini. Seluruh masyarakat sebenarnya memiliki niat yang sama. Sastra dapat dijadikan semacam keteladanan bagi pendidikan remaja di daerah masing-masing.

Tidak saja daerah Sumatera Barat yang kaya akan sastra-sastra lisan sebagai bukti kepedulian kalangan sastrawan dan pengarang Minangkabau masa lalu untuk berbuat lebih baik demi kekayaan perbendaharaan khasanah budayanya. Di daerah lain juga memiliki kekayaan perbendaraan budaya dalam bentuk sastra lisan.

Di Jawa ada Serat Centhani di Bengkulu ada Batu Terkatuk, di Tapanuli Selatan ada cerita Sampu Raga, di Tanah Deli ada cerita Hang Tuah, semua merupakan khasanah perbendaraan budaya yang patut dilestariakn. Keberadaan sastra lisan maupun cerita rakyat, merupakan sarana pendidikan pada generasi penerus bangsa.

Atas gagasan Mochtar Lubis yang telah tiada, patut kita cermati. Keberadaan sastra lisan perlu dikembangkan, justru sastrawan muda mulai bermunculan seiring dengan perkembangan perguruan tinggi jurusan sastra kian meningkat. Layak mereka diharapkan mampu menyikapi akan tantang semakin redupnya sastra-sastra lisan di negeri ini. Sastrawan muda yang mulai bermunculan, perlu bergerak membangkitkan kembali sastra-sastra lisan, karena mampu membawa moral anak bangsa ke tingkat martabat yang lebih luhur dan terhormat.

Medan, 22 Juli 2009
Dijumput dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/11/18/88208/sastra_lisan_di_benak_mochtar_lubis_sangat_kuat/#.UNDP66x2Na8

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae