Senin, 24 Desember 2012

Kabuki Terbukti (Kisah Cinta yang Akrobatik)

Rakhmat Giryadi*
http://teaterapakah.blogspot.com/

Tubuh hanyalah yang terbaik dari objek yang dimiliki,dimanipulasi, dipakai secara fisik.-Jean P. Baudrillard.

Adagium Freudian yang menyatakan bahwa “wanita menginginkan cinta, laki-laki menginginkan seks” agaknya sudah tidak berlaku lagi dalam masyarakat modern. Tubuh, mengalami suatu fase revolusioner dalam masyarakat modern jika dibandingkan periode sebelumnya. Berjalan seiring dengan ledakan seksual, tubuh mengalami transformasi makna sekaligus penampakan.
Selama ini pengekangan terhadap tubuh yang dilakukan oleh konstruksi budaya dan agama tertentu cukup efektif menutup celah pengumbaran tubuh. Tetapi, di sisi lain beberapa identitas budaya tertentu memiliki konstruksi makna yang bertolakbelakang dengan identitas budaya lainnya. Secara khusus, tubuh wanita mendapat apresiasi yang berlebih jika dibandingkan dengan pria. Ada apa dengan tubuh wanita?

Polemik tentang tubuh sulit dirangkai dan dipertemukan dalam belantara ideologi. Antara ideologi yang mengagungkan spiritualitas (platonis) dan ideologi yang mengagungkan tubuh (Freudian). Ada perbedaan cukup tajam di antara keduanya. Ideologi spiritualis cukup gencar melancarkan kritik terhadap ideologi tubuh yang sangat esploitatif memanfaatkan wanita untuk kepentingan pasar. Tetapi di sisi lain, wanita bisa saja memandang pembebasan tubuh dan seksualitasnya tidak bersifat eksploitatif, tetapi upaya menunjukkan sikap emansipasi dan perlawanan wanita.

Kini semuanya tergantung dalam arena pertarungan diskursus. Kemenangan suatu diskursus tidak serta merta disebabkan oleh penilaian benar salah oleh subjek penilai, tetapi tergantung kemampuan setiap bentuk diskursus melakukan negosiasi dengan subjek. Fenomena inilah yang ditawarkan dalam pertunjukan Kabuki Terbukti, Maka Tuhan Menciptakan Perempuan oleh Kelompok Teater Respectlines dari Bandung di gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), 23 Desember 2006 lalu.

Namun sebenarnya apa yang diungkapkan oleh sutradara bukan hanya pertanyaan tetapi juga pernyataan. Dalam ungkapan sutradara, kehadiran perempuan tidak saja sebagai obyek, tetapi subjek yang melengkapi eksisntensi laki-laki. Karena itu kehadiran perempuan dalam dunia laki-laki tidak melulu sebagai patner (seks) tetapi sebagai bagian dari eksistensinya.

Antara Freudian dan Platonis

Kabuki Terbukti, Maka Tuhan Menciptakan Perempuan, yang ditulis Yukino Ayuku yang juga bertindak sebagai sutradara merupakan, kisah yang menggambarkan cinta, kesakitan, penghianatan, perebutan, amarah, benci, tertekan, perselisihan, pertentangan, penyiksaan, dan segala bentuk kekerasan yang masih terjadi dalam kehidupan, mulai wilayah yang kecil (dalam kehidupan sehari-hari/rumah tangga) sampai dengan wilayah yang besar… (Katalog pertunjukan).

Drama ini bermula dari kehidupan dua insan yang penuh dengan cinta kasih. Tiba-tiba datang perempuan penggoda. Dengan segala cara, ia berusaha merebut perhatian si laki-laki. Laki-laki itu pun jatuh ke pelukan perempuan penggoda dan mencampakkan kekasihnya. Dalam kesakitan, kesal, dan benci, perempuan yang dicampakkan kekasihnya itu mencoba bangkit. Segala pergumulan dengan batin dan orang-orang yang ia temui dilewatinya dengan tegar.

Dalam hal ini Ayuku seperti ingin memperlihatkan (mempertentangkan) antara cinta freudian (birahi) dan cinta platonis (idea). Antara yang ‘palsu’ dan yang sejati. Dalam konflik ini, tampaknya Ayuku lebih memilih laki-laki tetap sebagai subyek yang dominan. Dengan kekuatan (kekuasaannya) laki-laki memilih pada cinta pertamanya (idea). Sementara perempuan penggoda (birahi) harus mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Tidak jelas benar konflik yang terjadi, mengapa pada akhirnya sang laki-laki kembali pada cinta pertamanya. Apakah ini gejala eros? Alias cinta yang penuh nafsu, kecemburuan, dan otoritas kaum laki-laki. Apakah ini sudah kodrat laki-laki atau lemahnya posisi perempuan? Tidak jelas betul alasan laki-laki itu memilih cinta pertamanya dan mengorbankan cinta perempuan penggoda hingga mengakhiri hidupnya.

Dalam cinta platonis, cinta, tidak terbatas pada persoalan seksualitas belaka. Cinta platonis lebih menghidupkan kodrat manusia sebagai makluk sosial yang saling berinteraksi dan saling membutuhkan tanpa memandang status kelamin. Karena itu, cinta platonis tidak memihak pada eros atau birahi. Kalau perempuan, seperti diidealkan Ayu, bagian dari subyek yang melengkapi laki-laki, ini merupakan perwujudan dari konsep platonisnya.

Namun dalam hal ini kehadiran perempuan, oleh Ayuku masih dilihat dari sisi perbedaan seksual yang merujuk pada kondisi biologis dan anatomi ragawi, namun tidak menukik pada pemahaman konstruksi sosial yang terus berproses. Pemberontakan dan sikap oposan kaum perempuan untuk lepas dari jeratan dominasi kekuasaan patriarki, sebagaimana ditiupkan oleh kaum feminisme kurang dinyatakan secara eksplisit. Dalam hal ini Ayuku justru seperti mengamini dominasi patriaki itu, dengan menyingkirkan sikap platonisnya.

Dengan demikian sikap freudianlah yang sangat menonjol dalam pertunjukan ini. Karena itu, bunuh diri yang dipertontonkan oleh perempuan penggoda menjadi tidak tragic, melainkan malah mencerminkan sikap konyol. Bunuh diri itu tidak dalam rangka pembelaan atas sikap kritisnya terhadap cinta, tetapi justru bagian dari sikap tidak berdayaanya menghadapi cinta itu sendiri.

Dalam hal ini, Ayuku lebih condong melihat persoalan cinta dari sudut pandang Freudian. Dikotomi struktur anatomi tubuh merupakan takdir yang menempatkan posisi maskulin lebih kuat dan aktif ketimbang feminin yang lemah dan pasif. Makna emansipasi sebagai wujud kesetaraan sosial, yang ingin lepas dari jebakan format pikiran yang memandang tubuh perempuan dikaitkan secara kultural dengan sistem selera dan representasi patriarki, terabaikan. Bahkan tak mampu diberontaknya.

Tampaknya Ayuku masih kebingungan menempatkan jiwa keperempuannannya. Pemberontakan yang ewuh pekewuh itu menjadi ciri khas sikap perempuan timur terlihat jelas. Sebenarnya, sebagai pilihan sikap feminismenya, Ayuku bisa menyelesaikan kisah itu, menjadi kisah cinta yang kompromis. Yang memaklumi adanya perbedaan dan tidak memaksakan diri untuk merobohkan garis demarkasi kedua wacana itu. Atau mengakhiri dengan harapan mendapat cinta sejatinya, tanpa penyatuan fisik, tetapi lebih pada rohani. Atau, membiarkan cinta bersenyawa dengan keabadian dan tidak mudah bertekuk lutut oleh waktu. Pecinta platonis mempunyai sikap kebertahanan yang luar biasa pada kesunyian dan pada kesendirian. Inikah sikap orang timur (Jawa)?

Kabuki Tak Terbukti

Kebingungan Ayuku itu menjadi lengkap ketika Ayuku dan beberapa pemainnya tidak mampu membahasakan teks verbal (konsep) menjadi bahasa tubuh, maupun dalam pertunjukan kabuki yang penuh dengan ketrampilan teknik yang mengagumkan. Tampaknya, kabuki yang dimaksud Ayuku hanya merujuk pada pemain yang didominasi laki-laki. Dari sana, Ayuku mencoba menganalogikan antara laki-laki dan perempuan punya peran yang sama. Hal itu –menurut Ayuku- tergambarkan dalam kesenian kabuki, seorang aktor laki-laki bisa memerankan perempuan.

Karena itu, pertunjukan itu tidak mencerminkan pertunjukan kabuki yang sebenarnya. Dalam pertunjukan itu, tak ada orang yang berpakaian yang tidak umum dan tarian yang kelihatan aneh. Minim trik panggung (kérén) seperti yang terjadi di kabuki yang syarat dengan ketrampilan trik panggungnya. Tak ada suasana takjub. Tak ada kejutan, sehingga penonton ‘merasa’ dalam dunia ‘ajaib.’ Tidak. Dalam pertunjukan itu, kabuki tak terbukti.

Meski demikian, gerakan pemain laki-laki yang akrobatik, merupakan penawaran tersendiri. Namun, tawaran ini pun masih sebatas garak akrobatik yang disusun sedemikian rupa, tanpa menimbulkan pesan apa-apa. Hal ini terlihat unsure-unsur gerak yang banyak diulang-ulang, sehingga gerak itu sendiri tidak timbul berdasarkan struktur dramaticnya.

Gerak ketika mengekspresikan kesenangan, bahagia, keceriaan, dan percintaan hampir memiliki bobot yang sama dengan gerak-gerak ketika drama mencapai konflik. Dalam hal ini gerak tidak mengikuti struktur dramatiknya, sehingga efek yang ditimbulkan dari gerak itu adalah, suasana yang mekanik, tidak sublime, dan terkesan monoton.

Untuk mengembalikan makna yang lebih utuh, tampaknya Ayuku perlu mengembalikan pada konsep dasarnya, tentang pertentangan tema cinta itu sendiri, dan konsep kabuki sebagai spirit pertunjukan sekaligus pusat eksplorasi gerak tubuh. Dengan demikian, kita berharap tubuh tidak lagi sebagai pusat orientasi fisik –akrobatik- belaka sebagai mana seperti diungkapkan Jean P. Baudrillard di atas, tetapi tubuh sebagai pusat orientasi makna (idea).

*) Pekerja teater, pemerhati seni pertunjukan, tinggal di Sidoarjo-Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae