Senin, 13 Agustus 2012

MILLENIUM DAN DILEMA MASAKINI

Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/

1.
Pada salah satu bagian dari “Serat babad Dipanegara” terurai kisah, bahwa Pangeran yang mencetuskan perang jawa terbesar (antara 1825-1830) ini pernah berkeinginan menciptakan satu legalisme populatif, yang diemban oleh “nilai datu-datu”. Sang Pangeran, yang nama kecilnya adalah Raden Mas antawirya itu pergi bertapa di Gunung rasamuni, pesisir kidul, dan bertapa sedemikian kerasnya, hingga ruhnya sempat berdialog dengan ratu Kidul.

”Apakah sebenarnya yang kaukehendaki lewat tarakbrata ini, nanda Pangeran?” Tanya sang Ratu Kidul. Jawab Dipanegara : “Hamba ingin menjadi juruselamat Tanah Jawa, sepanjang masa, dalam gelar Ratu Adil Herucakra Amurilmukminin. Adapun dengan cara ini, hamba ingin melaksanakan pembebasan rakyat dari kongkongan si kulit putih.” Kalau demikian halnya, maka zaman-zaman Masadatang, suatu Millenium yang dijanjikan, niscaya akan didukung oleh tugas suci yang diwakilinya. Ratu Kidul merestui, dan Dipanegara mengakhiri tapabrata ini. Sejarah kemudian mencatat, bahwa gerakan yang dicanangkan dan diderukan di atas gelombang kemiskinan rakyat, akan diuji situasi. Dan mungkin, ia hanya seorang di antara yang mencobanya!

2.
Berbicara tentang millennium, dapatlah kita ungkap sebagai berikut. Seorang peneliti sosial dari Swedia, Prof. Bernward Joerges dalam tulisannya di harian “Dagens Nyeheter” tahun silam mengatakan, akibat dari kolonialisme dan imperialisme maka kronologi Gregorian kita, yang dimulai dengan tanggal yang diduga sebagai kelahiran Kristus, telah diterima di bagian terbesar dari dunia.” Maka tahun 2000 kelak akan menjadi tanda dari suatu zaman baru seluas dunia bagi bagian terbesar manusia. Dikatakannya, semua orang cenderung dengan peristiwa tersebut.” Ada pihak-pihak meramalkan, millennium yang baru itu akan mengantarkan suatu masa, manakala pertambahan penduduk dunia tidak terkendali dan hancurnya lingkungan hidup kita. Polusi udara akan mengubah atmosfir bumi menjadi rumah kaca yang teramat panas. Puncak-puncak gunung es akan mencair dan permukaan air laut akan naik, membanjiri daerah-daerah produktifdan berpenduduk, namun mengubah jutaan hektar tanah pertanian menjadi padang gurun. Rasanya, para peramal akan punya spekulasi yang panjang, tetapi keyakinan yang pendek sekali bila menyangkut millennium yang sedang mendekat. Apa sebenarnya yang akan ditawarkan oleh tahun 2000, hanya sang waktu yang akan menyingkapnya. Jikalau alkitab bisa dipercaya, limpahan bukti tersedia bahwa kita sudah berada di ambang suatu meillenium yang akan mulai kurang dari satu decade yang akan datang, dan ini akan jauh melebihi pengharapan manusia manapun sepanjang sejarah.

3.
Sejumlah ahli sejarah pernah mencatat perkembangan nasionalisme, yang diawali dari kuatnya golongan menengah dan sistem kapitalisme yang membantu pertumbuhan ilmu pengetahuan, sebagai akibat pengaruh reformasi. Niscayalah Reformasi merupakan salah satu faktor penting yang mendorong gagasan-gagasan berfikir independen yang tidak selalu sejajar dengan pandangan dunia yang resmi, sebagaimana dituntut oleh hirarki Katolik. Hal ini menumpuk kepentingan-kepentingan nasional, yang mendorong usaha-usaha industri dan juga riset-riset keilmuan yang ditopang oleh “gengsi” nasional. Umumnya, sarjana Inggris yang aktif antara abad 16 dan awal abad 17 adalah kaum pendeta. Di sini nampak, kelapangan gerak birokrat gereja yang langsung memasuki persoalan politik, pemerintahan perdagangan, bahkan juga falsafah ilmu pengetahuan. Malah, akibat soal ini, maka kaum imam kemudian cenderung limbung pada pemikiran-pemikiran rasional gaya Descrates dan Newton. Maka intuitif, tokoh-tokoh gereja dipacu pula untuk memberikan sumbangsihnya kepada teknologi, sebagai pangkal tumbuhnya ilmu dan pembangunan bangsa, dari aspek duniawi.

4.
Wejangan-wejangan keIslaman mengatakan, tujuan tasawuf adalah makrifat Tuhan dalam suatu kondisi rohani yang merasakan kemesraan dekat denganNya. Sebab itu, tasawuf juga disebut Irfan, sedang para pengamalnya dinamakan ahlul irfan. Sehubungan dengan itu, Ibn Sina berkata, para pencari Ketuhanan terbagi dalam jenis zahid (asketik) dan abid (pengamal ibadah) dan arif (tingkat tertinggi dalam upaya mencari kebenaran dimaksud). Para ahli tasawuf misalnya, selain shalat lima waktu yang wajib mengenal tata cara zikir (ingat selalu pada Tuhan), yang disampaikan secara “jahar” (suara), juga zikir dengan “khafi” (hatinya), di mana kesejatian iman akan terpelihara lewat kebiasaan ini. Situasi rohani yang terhadap “Kawusanan Ingkang sampurna” (Kasunyatan Akhir). Sebagai upaya mendandani akhlak diri sendiri dan akhlak masyarakkat. Ajaran-ajaran ikhsan kaum sufi misalnya menekankan, bagaimana dia harus menyelamatkan kaumnya, kini dan hari nanti, dalam satu rangkaian-penyelamatan dunia yang intensif-positivistis. Kalau demikianlah tiada mustahil, bagaimana petilasan Wali’ullah, sebagai umumnya tokoh sufi dunia, dihormati hingga setelah dia tiada, dan menjadi mysterium tramendum et fascinosum, yang memiliki daya tarik maha besar bagi mereka yangmerasakan getaran-juangnya.

5.
Betapapun juga, usaha untuk mencari pengertian dalam agama telah menimbulkan penggunaan bahasa dengan lambing-lambang atau simbol, analogi-analogi dan model-model. Lambang-lambang itu misalnya “Raja, Terang, Anak Domba, Api dan Mega”—sebagai istilah-istilah biasa dalam bahasa keagamaan. Lambang-lambang keagamaan itu tentunya tiada setepat istilah-istilah dalam ilmu pasti dan ilmu-ilmu lainnya.Kita misalnya terdorong mengatakan seraya menggunakan istilah-istilah kedalaman dan ketinggian mengenai hakikat Allah atau mengenai transendensiNya, sama artinya dengan menggunakan suatu analogi buat menyatakan sesuatu secara sederhana, tetapi jelas. Ini untuk menghindari bahasa berbelit-belit yang hanya dipahami oleh ahli-ahli teologi professional. Dalam pada itu, lambang-lambang keagamaan punya hubungan yang lebih mesra dengan kejadian-kejadian historic serta pengalaman umum manusiawi.Maka dalam aspek-aspek tertentu, lambing-lambang religious berlaku sebagai perlambang puitis yang bersifat mengajak, memberikan semacam kesan tentang rasa aman dan damai—sedangkan wujud dari cerah-terangnya sinar ini, sedemikian jauh mengajak ummat untuk mecari pola kepemimpinan yang paling tepat.

6.
Dewasa ini, ahli sosiologi makin memperhatikan gejala sosial dari agama sebagai “kefaktaan sosiologis”, dan di mana studi baru-baru ini makin menunjukkan, misalnya bagaimana suatu masjid di tengah perkampungan padat, dapat lebih menyejukkan hati manusia yang hidup berdempet-dempet (yang biasanya lemah secara moral), sehingga mereka terpanggil untuk beribadah secara tetap, dan menahan diri dari perilaku-perilaku yang tercela. Sebuah gereja yang terletak di dekat pabrik rokok misalnya, akan mendorong banyak orang berfikir, bagaimana korelasi antara usaha untuk hidup bersih dan menanggulangi nekotin, dan betapa agungnya ibadah bagi manusia yang tak menyia-nyiakan uangnya untuk sesuatu yang muspra. Di Inggris, diteliti, kenapa belakanagan ini rumah-rumah Tuhan itu makin dibanjiri oleh para pensiunan dan para jompo, dan kenapa justru kaum remaja seperti “kalis” dari percaturan merembug Sabda dan Kalam Illahi ini.

7.
Barangkali alam kerohanian tak boleh dicampuradukkan dengan alam material, tanpa menghidupkan kembali pengertian-pengertian tentang “Allah yang mengisi tiap telempap, tiap lubang, dan tiap sesuatu yang gothang” dalam kehidupan. Gagasan seperti kebebasan insani, termasuk bidang bahasa mengenai pribadi, dan tak termasuk ilmu pengetahuan eksakta. Paham-paham adikodrati niscaya berhubungan pula dengan bidang-bidang adikodrati, yang membuat kita merasakannya sebagai bagian penting dalam filsafat konservatitisme yang seutuhnya. Setiap keadaan determinis dapat dijlentrehkan dengan suatu keterangan ilmiah mengenai pikiran serta tidakan manusia—di mana kerangka empirik merupakan sesuatu yang menekankan fungsinya. Hubungan sebab-akibat dari sesuatu gejala, namun tafsirannya terhadap peristiwa tersebut adalah langkah realistic-konkrit dan bukan dilihat dari tatanilai yang sakral. Lain soal, jika kita berbicara tentang mukjizat-mukjizat dari sang Nabi, termasuk dari kedahsyatan azimat yang diperlihatkan oleh Wali dan Rasul, dengan misteri-misteri yang meliput kesanggupannya dalam dakwahnya. Mungkin, ada benarnya jika katerkaitan daya linuwih semacam ini dengan sinar Yang Maha Rahman-Rahim, yang dari proses kesejarahannya masih dapat kita lacak dari sesuatu yang purbawi.

8.
Dengan menyimak akar budaya yang terdapat pada tarekat-tarekat dan mazhab-mazhab yang dicetuskan, buat penyelamatan kehidupan yang lebih panjang daripada “kesementaraan singgah di dunia” ini, maka dunia ethnologi dan sosiologi harus memahami peranan institusi-institusi masyarakat yang tergolong luwes, longgar, seraya aktif mempercepat perubahan strukturnya. Model ini pada hakikatnya berupa struktur simbolis, yaitu sistem pemikiran serta gagasan umum yang terkandung dalam kata-kata, benda-benda, perilaku, yang lazim di tengah kita. Maka tindakan sosial takkan terpaham, tanpa acuan kepada struktur simbolis semacam ini, yang oleh beberapa pakar disebut sebagai paradigma budaya. Unsur-unsur paradigma ini seringkali ditarik dari masa lalu, dari sistem kuno yang berasal dari kelompok-kelompok yang berdiri sendiri dan bergabung secara longgar pada kawasan distrik, desa dan kampung yang kecil, terisolir. Banyak pengamatan akan tertuju kepada pribadi-pribadi, tokoh penyandang dana, pemilik pusaka, ulama dan pelungguh (tuan tanah) dan kaum ningrat. Manakala perhatian serta aspirasi masyarakat baru datang dari etika yang lebih kuat, bahkan juga nasionalisme radikal, maka nilai kelompok yang tadinya begitu kokoh itupun barubah, bahkan terlumat.

9.
Darimanapun pengamatan itu diletakkan, kita takkan bisa mengelak, bahwa selalu harus ditekankan sumbangan kelompok yang sadar, yang tahu kapan harus menciptakan buhulan baru, simpulan baru, bahkan interpretasi baru. Persoalannya jangan sampai dikaburkan, hanya lantaran orang mulai jenuh untuk menyaksikan adanya perbedaan kepentingan antara si tua dan si muda, dalam deretan tokoh yang ditunjuk dan diurapi. Seraya mengingat tentang Millenium Yang Akan Datang—bukan dengan kecemasan baru, melainkan denngan keperkasaan lama, sesuai dengan nubuat-nubuat yang kita warisi—maka penggunaan ilmu teknologi akan lebih berhasil menyelamatkan dunia seisinya. Faktor menonjol yang abadi ini, misalnya rasa setiakawan, rasa ingin mendukung falsafah yang popular (dan lebih menjamin prospek kemanusiaan) dan juga interpretasi budaya yang tahan cuaca, tahan jaman. Kewigatian yang menyatu dengan aspirasi kaum muda, akan menjadi sumbu dari lillin bernyala terang ini.

* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae