: Selamat Ulang Tahun, Presiden Penyair
Chavchay Syaifullah
Media Indonesia, 24 Juni 2007
PADA 1974, beberapa hari sebelun berangkat ke Iowa City, Amerika Serikat, penyair Sutardji Calzoum Bachri tampil membacakan puisi-puisinya di Gedung Teater Arena, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Di situlah, ketika botol-botol bir bersatu dengan aksi deklamasi puisi, saat Sutardji berguling-gulingan tanpa baju, ia berteriak pertama kalinya:
“Akulah Presiden Penyair….akulah Presiden Penyair….” Publik sastra saat itu tercengang dan kawula wartawan tidak lengah mencatat deklarasi diri itu. Sejak saat itu pula, Sutardji Calzoum Bachri dikenal dengan julukan Presiden Penyair hingga hari ini. Segenap pujian terus mengalir sebagai penyair yang mampu merumuskan proses kreatifnya secara jenius, termasuk sebagai penyair yang mampu bertahan hidup ‘susah’ menjaga kemandirian dalam bersastra. Segenap penghargaan pun telah ia raih dari dalam dan luar negeri, termasuk penghargaan sastra bergengsi South East Asia Write Award (SEA Award) pada 1979. Namun demikian, tidak ketinggalan, sebagai manusia biasa, ia juga dikenal sebagai makhluk yang ‘keras kepala’, senang konfrontasi, dan lari dari tugas-tugas rutin kelompok atau organisasi. Pada titik itulah, ia juga dikenal sebagai penyair yang selalu sendiri memutari ‘tanah air mata’-nya.
Di hari ini, Minggu 24 Juni 2007, sang Presiden Penyair genap berusia 66 tahun. Sejumlah agenda acara telah disiapkan menyongsong ulang tahunnya. Sejak awal bulan ini saja, kita bisa melihat bagaimana Jakarta dan daerah sekitarnya penuh poster dan banner pengumuman, ‘Lomba Baca Puisi Piala Sutardji Calzoum Bachri HUT ke-66: Memperebutkan hadiah Total Rp15 Juta, Piala, Piagam, dan Ziarah Budaya ke Pulau Penyengat, Tanjung Pinang (Situs Sejarah Sastrawan Raja Ali Haji)’. Pada puncaknya, dalam acara Pekan Presiden Penyair (14-19 Juli) di TIM, Jakarta, sebuah seminar bertaraf Internasional akan digelar dengan tajuk Seminar Internasional Sutardji Calzoum Bachri, dengan pembicara V Braginsky/Irena Katkova (Rusia), Dr Muhammad Zafar Iqbal (Iran), Henri Chambert-Loir (Prancis), Maria Emelia Irmler (Portugal), Prof Dr Koh Young-Hun (Korea), Dr Haji Hashim bin Haji Abd Hamid (Brunai Darussalam), Suratman Markasan (Singapura), Asmiaty Amat (Sabah), Dato Kemala (Malaysia), Dr Abdul Hadi WM/Taufik Ikram Jamil/Prof Dr Suminto A Sayuti (Indonesia).
Untuk seminar yang dikelola Yayasan Panggung Melayu itu, setiap peserta harus membayar uang pendaftaran sebesar Rp200.000. Dari informasi panitia, para pendaftar sudah mulai membludak. Itukah bukti kecintaan para pecinta sastra Indonesia kepada si ‘keras kepala’ itu?
Dari penyair ke masyarakat
Dalam proses kreatifnya, Sutardji sering menyampaikan kepada publik bahwa ia adalah orang yang lambat merumuskan pikirannya. Pengakuan itu tidak pernah ragu dan malu-malu ia ungkapkan. Kepada Media Indonesia beberapa hari lalu, di sela kesibukannya menyiapkan naskah pidato ulang tahun yang akan dibacakannya di Pekan Baru, Riau, pada 22 Juni, ia terus terang berkata, “Maaf baru bangun. Semalaman begadang menulis acara di Pekanbaru. Dan mulai sekarang sampai malam nanti akan melanjutkan tulisan lagi.” Tidak hanya itu, saat-saat kemarin, ia juga disibukkan pula dengan menulis pengantar buku kumpulan artikelnya dan naskah pidato untuk acara ulang tahunnya di Jakarta yang akan disampaikannya pada tanggal 19 Juli 2007.
“Sebenarnya untuk buku saya itu, tidak perlu lagi pengantar dari saya. Tapi Dorothea (Dorothea Rosa Herliani, seorang penyair di Magelang dan pengusaha buku) terus memaksa saya untuk menuliskan pengantar,” ungkapnya seraya menjelaskan bahwa meskipun mengaku lamban bekerja, ia merasa tertantang bila diberi tenggat.
Namun, harus diakui bahwa kerjanya yang lamban sebetulnya cermin dari kehati-hatian Sutardji dalam merumuskan pemikirannya. Sehingga, hasilnya seperti kita ketahui bersama adalah karya-karya yang orisinal, cemerlang, dan tahan waktu. Dengan kata lain, dialah penyair yang bekerja layaknya seorang filsuf.
Pada Kredo Puisi yang ia tulis 30 Maret 1973, sebuah pledoi yang ia tulis untuk membela puisi-puisi mantranya, terlihat bagaimana ia cukup dalam menelusuri pandangannya tentang kata, mantra, dan puisi. Ia menulis, ‘Dalam penciptaan puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas. Dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari di atas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri, mondar-mandir dan berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tidak sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang lain untuk memperkuat dirinya, membalik atau menyungsangkan sendiri dirinya dengan bebas, saling bertentangan sendiri satu sama lainnya karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sendiri untuk menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya.’
Tidak hanya sampai di situ, tetapi ia pun merumuskan bagaimana kerjanya sebagai penyair ketika kata-kata telah ia posisikan sebagai makhluk hidup yang bebas berkreasi. Ditambah ketika ia meyakini bahwa menulis puisi sama halnya mengembalikan kata kepada mantra.
“Sebagai penyair saya hanya menjaga–sepanjang tidak mengganggu kebebasannya–agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri, bisa mendapat aksentuasi yang maksimal. Menulis puisi, bagi saya, adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikan kata pada awal mulanya. Pada mulanya adalah kata. Dan kata pertama adalah mantra. Menulis puisi, bagi saya, adalah mengembalikan kata kepada mantra.”
Dalam periode kepenyairan itu, tepatnya periode 1966-1979, Sutardji mengakui bahwa saat itu ia benar-benar tertantang bagaimana ia mengambil sikap ketika dunia perpuisian Indonesia belum melirik kepadanya.
“Saat itu saya memang belum dikenal, tapi saya sudah merasa bahwa saya harus mengatakan kepada kawan-kawan penyair bahwa begitulah cara kerja penyair dalam menuliskan puisi. Jadi, pada masa itu, puisi-puisi yang saya tulis memang saya khususkan untuk mengajarkan penyair,” ujarnya sambil tertawa.
Baginya, menuliskan puisi sama dengan membuat patung. Atau secara ilustratif sebagaimana ia tuangkan dalam sajak Sculpture yang berbunyi, ‘Kau membiarkan perempuan dan lelaki meletakkan lekuk tubuh mereka, meletakkan gerak menggeliat bagai perut ikan dalam air dari gairah tawa sepi mereka dan bungkalan tempat kehadiran menggerakkan hadir dan hidup dan lobang yang menangkap dan lepas rahasia kehidupan kau tegak menegakkan lekuk bungkalan lobang dalam gerak yang tegak diam dan kau menyentak aku ke dalam lekukbungkalanlobangmu mencari kau.’
Namun demikian, sejak periode akhir 1990-an dan 2000-an, yakni pada periode penulisan puisi ‘Tanah Air Mata’ hingga puisi ‘Munafik Ismail’, Sutardji mengakui bahwa ia sudah mengubah target yang ia arahkan dari karyanya, yakni masyarakat umum.
Pergeseran dari target penyair ke masyarakat umum memang bagi beberapa kalangan sangat disayangkan. Sebab warna mantra tidak lagi bergolak dari puisi-puisinya, tetapi hanyalah larik-larik yang umum ditulis penyair kebanyakan. Begitu pun dengan tenaga puisinya yang tidak lagi eksplosif.
“Ini sudah perjalanan dalam hidup saya. Kalau dulu saya lebih banyak mengarahkan puisi-puisi saya untuk penyair dan sekarang kepada masyarakat luas, saya rasa tidak masalah. Yang penting bagaimana sang penyair bisa menjadi balok es yang bisa meneteskan airnya ke gelas-gelas kosong. Artinya, ia tidak lagi berguna hanya bagi dirinya, tapi untuk masyarakat luas,” tukas penyair kelahiran Riau itu.
Selamat ulang tahun ke-66, wahai Presiden Penyair! Semoga kemandirian, kesederhanaan, kedalaman, dan ketenangan Anda menjadi oase bagi orang-orang Indonesia yang nasibnya masih tergerus di tanah air mata.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2007/06/sendiri-memutari-tanah-air-mata.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar