Selasa, 20 Maret 2012

Parade Keseksian Sebuah Tema

Murniati Tanjung
Kompas, 26 Des 2010

BAGAIMANA seorang pengarang mengartikulasikan kecintaannya terhadap kampung halaman? Tidak semua pengarang sadar akan pengartikulasian ini. Bila sadar pun, tidak semua pengarang mau dan mampu melakukannya.

Visi kepengarangan ibarat batang dari sebuah proses kreatif. Visi kepengarangan adalah roh yang akan membuat karya estetis memiliki bobot. Ia juga bagai pemindai karakter karya. Kesadaran akan visi kepengarangan inilah yang kemudian akan membuat si pengarang memiliki ciri khas. Karya-karyanya akan teridentifikasi, tetapi tidak menimbulkan kemonotonan. Karya-karyanya akan ditunggu-tunggu karena para pembaca sudah kecanduan kemampuan pengarang memilih dan menggarap tema.

Sebagaimana kutipan Socrates bahwa sastra adalah mimesis (tiruan kehidupan), maka visi kepengarangan senantiasa lahir dari kesadaran menyuarakan kecintaannya terhadap apa-apa yang ia temui—atau ia khayalkan—dalam kehidupannya, termasuk kepada sesuatu yang bernama tanah kelahiran.

Ya, ketika ruang-ruang publik sudah begitu bising dan kabur oleh pelbagai kepentingan yang berkelindan, mengarang adalah aktivitas yang memungkinkan terjaganya kemurnian suara hati seseorang untuk diketengahkan. Mengapa? Karena mengarang adalah aktivitas yang memungkinkan swasunting (pra-evaluasi) sebelum sebuah karya dinikmati di ruang publik. Maka, beruntunglah orang-orang yang mengarang dengan kesadaran visi, dengan menyuarakan visi kehidupan, visi kecintaan (termasuk pada kampung halaman), dengan perenungan yang dalam!

Satir menyayat

Adalah Benny Arnas, cerpenis muda (26) yang sangat produktif, satu dari segelintir pengarang yang menunjukkan betapa ia mencintai kampung halamannya. Ia menerbitkan lebih dari 100 cerpen di pelbagai media hanya dalam kurun dua tahun usia kepengarangannya. Lewat Bulan Celurit Api (BCA), kumpulan cerpen teranyarnya, Benny bagai menantang orang-orang yang ”mengaku” menghargai seni, budaya, dan sebuah kemurnian peng-kreasi-an karya agar jangan minder dengan identitas kekaryaannya.

Dalam buku himpunan 13 cerpennya yang pernah dimuat media nasional, internasional, dan memenangi penghargaan tersebut, Benny seolah tak pernah kehabisan tema, tak pernah abai pada pemilihan kata, seolah selalu berkata: hei, ada sesuatu yang harus kalian tahu dari titik yang bernama Lubuk Linggau!

Bulan Celurit Api, cerpen pertama yang menjadi judul kumpulan ini, mengetengahkan sebuah ironi. Satir yang menyayat. Benny menampilkan gambaran kampung halamannya yang krisis identitas. Rumah Limas yang digadang-gadangkan sebagai rumah adat Lubuk Linggau (juga Sumatera Selatan) ternyata nyaris tak terdapat di kampung halamannya.

Alkisah, Mak Muna, perempuan 80 tahun yang tinggal di satu-satunya Rumah Limas yang terdapat di kampungnya. Mak Muna memiliki kemampuan membaca tanda-tanda yang ditunjukkan alam. Dan selalu benar. Malangnya, semua tanda yang selama ini ditafsirnya selalu mengarah pada kehancuran kehidupannya.

Suaminya meninggal dalam perang saudara antarpuak. Anak-anak meninggalkannya sendiri, bersama seorang cucu yang bisu, di Rumah Limas-nya yang hampir roboh. Terakhir, ia melihat bulan berbentuk celurit tepat di atas pucuk Rumah Limas-nya. Hatinya cemas. Karena ia merasa itu pertanda buruk bagi kampungnya yang sedang marak-maraknya menyongsong pemilihan kepala desa.

Dalam cerpen yang mendapat penghargaan Piala Balai Bahasa 2009 tersebut, Benny memang menjadikan kehadiran Rumah Limas sebagai twist. Namun, tak seperti twist umumnya, Benny berhasil memilih simbol (Rumah Limas) untuk menyindir pengambil kebijakan dan masyarakat yang mau tidak mau mesti berinteraksi dalam kehidupan sosial.

Eksperimentasi estetika

Sebagaimana siasat penerbitan, saya pikir cerpen Bulan Celurit Api adalah cerpen andalan dalam kumpulan ini. Ternyata tidak! Dua belas cerpen lainnya tidak hanya mengonfirmasi pujian maestro cerpen Indonesia terhadap buku ini yang ”eksotik, liar, dan memukau” adalah benar adanya.

Namun, lebih dari itu, cerpen-cerpen yang disajikan benar-benar menjelaskan kemampuan dan kematangan kualitas kesusastraan seorang pengarang. Bahkan, pada cerpen ketiga, Benny menyentak pembaca dengan pemilihan judul yang sangat panjang, yang saya pikir ini adalah judul cerpen terpanjang dalam sejarah. Tentang Perempuan Tua dari Kampung Bukit Batu yang Mengambil Uang Getah Para dengan Mengendarai Kereta Unta Sejauh Puluhan Kilometer ke Pasar Kecamatan. Berjumlah 22 kata!

Atau pada cerpen Anak Ibu, Benny menampilkan gaya penceritaan yang baru. Semacam kumpulan khotbah bijak yang dikemas jauh dari kesan menggurui. Cerpen-cerpen lain juga makin menegaskan bahwa peraih Krakatau Award dua kali berturut-turut (2009 dan 2010) ini adalah sastrawan muda yang cemerlang!

Dari Lubuk Linggau untuk Indonesia. Demikian istilah yang saya sematkan pada karya-karyanya setelah membaca BCA. Buku ini semacam manifestasi dari kegelisahan Benny terhadap apa-apa yang ia temui dalam masyarakatnya. Sebagaimana endosemen Hanna Fransisca di sampul buku, Benny dengan tandas menceritakan apa-apa yang ia temui dalam masyarakatnya.

Meski begitu, tampaknya pengarang sadar betul bahwa mengarang dengan mengetengahkan tema lokalitas bukanlah hal baru. Maka, Benny pun melakukan eksperimentasi. Eksperimentasi estetika yang sangat cantik. Ada istilah ”perjaka ting ting” pada cerpen Dilarang Meminang Gadis Berkereta Unta, istilah ”menangkup rencana” pada cerpen Perkawinan Tanpa Kelamin, atau istilah ”menindih-redam” dan ”menyembul-nyalang” pada cerpen Bulan Celurit Api, dan beberapa istilah, sebagaimana ia ungkapkan dalam semacam kata pengantarnya, yang lahir dari ”hamil eksperimentasi”. Kehamilan yang melahirkan ungkapan yang otentik karena adanya perpaduan diksi yang tepat guna dan tepat letak.

Keunikan istilah/bahasa ungkap yang ada dalam BCA tidak hanya membuat cita rasa lokal dalam karyanya makin tajam, tetapi juga menjadikan karya-karyanya otentik. Memiliki keunikan yang menarik dan mengundang selera para pembaca untuk ’melumatnya’ hingga tuntas. Karya-karya Benny adalah parade keseksian sebuah tema yang bernama lokalitas.
________________
Murniati Tanjung, Penyair, Tinggal di Jakarta dan Kuala Lumpur
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2010/12/buku-parade-keseksian-sebuah-tema.html

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae