Akhmad Muhaimin Azzet *
http://www.kompasiana.com/akhmad_muhaimin_azzet
Hujan gerimis yang terjadi hampir seharian, hingga senja menuju gelap ini belum juga berhenti. Anjing Lek Marsuji di ujung jalan juga tidak seperti biasanya, seakan mempunyai keasyikan tersendiri dengan menyalak berkepanjangan. Dan, suasana semakin terasa wingit, tatkala dari rumah Ki Waseso asap kemenyan mengepul lewat celah-celah genting dan baunya menyergap ke segala penjuru. Bibir sesepuh desa itu menggumamkan mantra tiada henti.
Aku duduk termenung sendiri di teras rumah. Dalam benakku masih memikirkan kata-kata Ki Waseso tadi siang, bahwa mulai seminggu yang lalu, semenjak kematian mendadak Mas Darun, kemenakannya Pak Carik itu, sebenarnya tantangan maut dari para penghuni Watu Beber telah dimulai. Hal itu terbukti, masih menurut Ki Waseso, di leher Mas Darun ada tanda tiga lingkaran kecil berwarna hitam kebiruan. Demikian pula dengan kematian Mbok Girah dan Mbah Tanu yang menyusul mendadak bergantian setelah tiga hari berlalu.
Sebagai seorang sarjana pendidikan dan sudah mengajar di sebuah SMP kota, bukan berarti aku tak percaya sama sekali omongan Ki Waseso. Tapi, sesungguhnya, aku semakin penasaran untuk mencari kebenarannya. Dan, oleh sebab itulah mulai malam ini aku sengaja tinggal dan menginap di rumah Ki Waseso untuk beberapa malam. Kebetulan minggu ini juga ada libur kenaikan kelas.
Perkenalanku dengan Ki Waseso dan dengan masyarakat Desa Kedunglir ini terjadi semenjak tiga tahun yang lalu, yakni ketika aku KKN di sini. Sebagai orang luar Jawa, aku sangat tertarik dengan tradisi dan kepercayaan mistik orang-orang di sini. Maka, ketika aku mendapat SK untuk menjadi guru negeri di kecamatan kota yang hanya sepuluh kilometer dari desa sini, aku sungguh senang bukan main. Apalagi Wulansari, gadis kembang desa itu sangat menarik hatiku. Kedatanganku kali ini pun sebenarnya juga dalam rangka pendekatan terhadap putri bungsu Pak Ratman itu.
“Kamu masih tidak percaya bahwa sebenarnya para penghuni Watu Beber telah marah kepada seluruh penduduk desa sini dengan cara menunjukkan tantangan mautnya?!” Ki Waseso ternyata sudah berhenti dari prosesi meditasinya dan tiba-tiba duduk di sampingku.
“Bukan begitu, Ki, lantas alasan dan hak apa yang membuat para lelembut itu marah kepada masyarakat sini?”
Ki Waseso manggut-manggut. Jenggotnya yang sudah mulai memutih dielusnya. Dan, dalam sekejap, ia begitu terampil melinting rokok klobotnya. Asap berkelembak mengepul tebal dan hampir-hampir menutup seluruh wajahnya yang dipenuhi dengan guratan persoalan hidup.
“Begini, Nak Guru, dahulu masyarakat sini begitu menghormati penghuni Watu Beber. Setiap menjelang dan usai panen padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah, orang-orang selalu mengadakan sedekah desa sebagai tanda syukur di pelataran Watu Beber. Tapi, kini tradisi agung ini telah dilupakan. Hanya Aki sajalah yang melakukan seorang diri. Itu pun, terkadang mendapat perlakuan menyakitkan dari mereka. Tidak jarang Aki disindir melakukan perbuatan yang tidak masuk akal dan ketinggalan jaman.” Ki Waseso menandaskan setiap kata yang meluncur dari bibir tebal dan hitamnya, seakan menguraikan keprihatinan.
Dan, memang, di ujung sebelah utara dari desa Kedunglir ini di sisi kanan bukit, ada sebuah pelataran dan dinding bukit berbatu yang berbentuk empat persegi panjang, persis seperti panggung dan kelir pertunjukan wayang kulit. Oleh karena itulah, orang-orang lantas menamai tempat itu dengan sebutan Watu Beber. Tempat itu dahulu sangat dikeramatkan. Apalagi, menurut keterangan Ki Waseso, dan beberapa orang tertentu termasuk aku yang telah mendengarnya, pada malam-malam tertentu dari Watu Beber terdengar pertunjukan wayang kulit yang digelar semalam suntuk. Namun, setelah didekati, suara yang bagiku masih misteri itu perlahan menjauh dan hilang begitu saja. Hanya suara angin yang menderu bergesekan dengan daun-daun jati yang mulai kering dan berjatuhan.
Dan, di Watu Beber sebenarnya aku menyimpan kenangan hati yang hingga kini tiada terlupakan. Pada saat itu hari Minggu pagi, program kelompokku KKN adalah bersama karang taruna mengadakan kerja bakti di Watu Beber. Seorang gadis cantik, rambutnya hitam dan lurus, tinggi semampai dengan bibir tipis mungil yang bernama Wulansari, pada saat bersih-bersih di Watu Beber benar-benar menikam jantung asmaraku. Bahkan, hingga kini, matanya yang berbinar dengan bulu mata yang lentik itu tak mampu menghilang dari bayangan keseharianku. Tapi sayang, hingga kini aku belum cukup keberanian untuk mengungkapkan cinta kepadanya. Entah karena apa.
Oh tidak! Aku nyaris tidak percaya terhadap apa yang aku lihat. Di belakang Ki Waseso berkelebat bayangan tinggi besar berwarna hitam pekat.
“Awas di belakang, Ki!” mulutku spontan berteriak.
Ki Waseso dengan cekatan berkelit. Sisa-sisa kemahirannya sewaktu muda sebagai anggota pencak silat, masih terlihat piawai. Dan, dalam sekejap, terjadilah duel hebat antara Ki Waseso dengan makhluk aneh, mengerikan, sekaligus berwajah buas itu. Suara dengus antara keduanya berdesis-desis bersamaan hujan di tengah malam yang mulai melebat. Aku terpaku seorang diri. Dan, sungguh, aku bingung mesti berbuat apa. Rupanya perkelahian berjalan semakin tidak seimbang. Ki Waseso terdesak, dan… Crash!!!
Aku seperti mati berdiri melihat tubuh Ki Waseso memuncratkan darah segar ditikam taring makhluk asing itu. Tubuh Ki Waseso roboh. Dan, menghembuskan nafas yang terakhir.
Semuanya berjalan begitu singkat dan cepat. Duh, Ya Tuhan, aku baru sadar, ternyata makhluk itu semakin buas mengarah kepadaku. Dengan sisa keberanian dan kaki yang masih bergemetaran, aku menggenjot dan berlari secepat mungkin. Tak peduli semak-semak dan pagar bambu, setiap yang ada di depanku kutabrak berantakan. Dan, mulut ini dengan spontan berteriak…, “Tolong…, tolong…, tolong…!!!”
Penduduk desa berhamburan keluar rumah. Suasana menjadi sangat gaduh. Aku terus saja berlari dan menabrak penduduk yang menyongsongku. Makhluk asing yang orang-orang menyebutnya sebagai Gendoruwo Preh itu mendadak berhenti. Mundur beberapa langkah karena orang-orang mengacung-acungkan obor.
“Tenang…, tenang…!!! Semuanya tenang saja.” Mbah Zaed tiba-tiba muncul tepat di saat orang-orang mulai panik karena Gendoruwo Preh itu beraksi dengan menyemburkan api berulang dari mulut lebarnya. Pardi tiba-tiba terkapar berkelojotan karena terkena semburannya. Dan, setelah itu, tak bergerak lagi.
Mbah Zaed berjalan cepat mendekati Gendoruwo Preh dengan gagah berani. Tangannya masih memegang tasbih dan memutar-mutarnya. Mulutnya fasih dan tartil membaca kalimat-kalimat suci. Dan… Hah?! Semua orang yang ada mendadak bengong dan tak tahu harus berbuat apa, karena tiba-tiba Mbah Zaed dan Gendoruwo Preh itu hilang dari pandangan mata.
Selanjutnya, sungguh kami semua tahu telah terjadi pertarungan yang sangat dahsyat antara Mbah Zaed dan Gendoruwo Preh itu. Cuma kami tak dapat melihatnya. Hanya beberapa hembusan angin yang kencang, kadang terasa dingin, kadang terasa panas sekali, berkali-kali menyapu tempat sekitar kami. Dan, tak lama kemudian, Mbah Zaed terlihat kembali dengan tetap berdiri tegak. Terus terang, kami semua kagum atas kesaktian Mbah Zaed.
Akhirnya, tanpa banyak bicara, ini semua juga disebabkan karena Mbah Zaed orangnya pendiam, kami semua berbondong untuk segera merawat jenazah Ki Waseso dan Pardi yang meninggal dengan mengenaskan. Malam yang basah karena hujan semakin lebat dan terasa wingit. Dan, malam itu juga semua prosesi perawatan jenazah Ki Waseso dan Pardi yang dipimpin langsung oleh Mbah Zaed berjalan dengan perasaan tegang. Menjelang adzan Shubuh, segalanya telah usai.
Mbah Zaed mengajak orang-orang untuk berjamaah Shubuh di masjid. Suasana jamaah shalat Shubuh di masjid tua itu menjadi ramai kembali. Tidak seperti selama ini, hanya Mbah Zaed dan beberapa orang saja yang memakmurkannya. Dan, aku tahu betul, pada saat berjalan menuju tempat wudhu, dari kedua bola mata Mbah Zaed mengalir linangan air bening yang deras bercucuran.
*) Suka membaca dan menulis. Di antara tulisannya pernah dimuat di Republika, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Suara Karya, Elka Sabili, Ummi, Annida, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Bernas, Solo Pos, Suara Merdeka, Wawasan, Surabaya Post, Lampung Post, Analisa, Medan Pos, Waspada, Pedoman Rakyat, dan beberapa media kalangan terbatas. Menulis juga buku (nonfiksi) yang sudah diterbitkan oleh beberapa penerbit. Suka pula bersepeda dan aktif di Lereng Merapi Onthel Community, Yogyakarta —[twitter: @kangazzet]
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Kamis, 08 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar