Renny Meita Widjajanti
http://www.suarakarya-online.com/
Dari sebuah rumah sakit lelaki itu keluar, meninggalkan ruangan VIP yang baru semalam di tempatinya. Dengan kakinya yang lemah, ia melangkah pelan menyusuri lorong rumah sakit, melewati pintu gerbang hingga tiba di tepi sebuah jalan yang padat lalu-lintas. Ia sendirian berdiri di trotoar, wajahnya terlihat pucat dengan bibir membiru, tatapan matanya menyiratkan kegelisahan. Lelaki itu terus mengarahkan pandangannya ke arah lalu-lintas yang hingar bingar. Ada yang sedang ia tunggu.
Sebuah mobil warna putih mendekat dan berhenti tepat di sampingnya. Ia pun bergegas masuk lewat pintu yang telah dibukakan dari dalam. Kemudian mobil itu melaju menembus padatnya lalu-lintas. Selama di perjalanan batin lelaki itu terus berbisik: “Aku harus secepatnya sampai stasiun sebelum hari gelap. Sebelum malam mengepakkan sayap-sayap hitamnya. Aku tak ingin ketinggalan kereta.” Ia harus berangkat sore ini.
Matahari perlahan beranjak ke peraduan, burung-burung terbang beriring-an hendak pulang ke sarang. Sedangkan mobil itu baru saja mengawali perjalanan. Masih ada jarak yang panjang yang harus di tempuh dengan kondisi lalu-lintas yang padat merayap. Lelaki itu mulai dihinggapi rasa khawatir terlambat sampai stasiun.
Ia membayangkan seandainya mobil yang ditumpanginya itu bisa terbang di atas jalan raya tentunya ia dapat sampai tujuan lebih awal. Sudah lama ia memendam keinginan untuk menyusul istrinya yang telah lebih dulu pergi.
Sopir yang berpakaian serba putih itu mengarahkan mobilnya menyusup di antara kendaraan lain, berkelok ke kanan ke kiri, menyalip kendaraan yang di depan. Tapi jalan benar-benar padat, akhirnya mobil hanya bisa merayap, sama sekali tak ada ruang untuk mempercepat laju jalannya.
Tapi supir itu tetap tenang dan lelaki itu pun mencoba menenangkan perasaannya sendiri. Pikirannya melayang ke sosok istrinya. Ia kembali teringat saat pertemuan pertamanya dengan istrinya dulu. Di sebuah perpustakaan tua di sudut kota. Pertemuan di pagi yang mendung itu meninggalkan kesan mendalam pada hati lelaki itu.
Perempuan itu sederhana, berwajah cantik. Tatapan matanya lembut. Dengan rasa cinta itulah lelaki itu segera meminang perempuan itu. Ia merasakan keteduhan setiap kali menatap mata perempuan yang bernama Rindu itu. Karena banyak kesamaan pandangan dan selera yang mengantarkan keduanya sampai kepada mahligai pernikahan.
Sudah lebih dari 30 tahun usia perkawinannya tak pernah sekalipun terjadi konflik yang serius dalam biduk rumah tangganya. Rindu seorang istri yang baik, sabar dan penuh kasih sayang.
Lelaki itu masih mengingat hari-hari indahnya saat bersama Rindu. Ingat kemesraan-kemesraan dan keindahan-keindahan dalam hidup rumahtangganya. Ada gemuruh hebat di hatinya. Kerinduan yang dalam yang membuat dadanya sesak. Ia ingin secepatnya menyusul Rindu, istrinya.
Di dekat persimpangan, mobil tak bisa bergerak sedikit pun. Ketenangan sopir goyah, ia mulai merasa jengah. Sopir itu bisa merasakan kegelisahan penumpangnya yang sangat diburu waktu.
Ia memahami bahwa kenyamanan penumpang harus diutamakan. Tapi dalam situasi seperti ini ia tak mampu berbuat banyak. Sopir paling handal sekalipun tidak akan bisa melajukan kendaraan dengan cepat di tengah lalu lintas yang padat seperti itu.
Keriuhan suara klakson membuyarkan lamunan lelaki itu. Lalu-lintas masih padat, kemacetan belum juga berlalu. Ia makin disergap resah, hingga mobil terasa panas dan pengap.
Dingin AC sama sekali tidak menyentuh tubuhnya, butiran keringat mulai membanjir, membasahi keningnya.
“Saya khawatir akan ketinggalan kereta,” lelaki itu mengeluh pada dirinya sendiri.
Mendengar keluhan itu, sopir melirik jam yang terpasang di dashboard mobil. “Masih ada waktu, Pak. Setengah jam lagi kita akan sampai. Saya akan mencoba mencari jalan yang tidak macet.”
“Ya, yang penting tidak terlambat,” jawab lelaki itu.
Mobil menikung memasuki sebuah gang, sebuah jalan alternatif. Laju mobil memang tak bisa kencang karena jalannya sempit.
Tapi ini pilihan terbaik dari pada teronggok di tengah jalan raya. Jantung lelaki itu berdebar menahan takut mendengar mobil yang ditumpanginya berderit-derit melaju di jalan tikus yang sempit itu. Kembali lelaki itu larut dalam lamunannya.
Ia membayangkan keindahan pertemuan dengan istrinya nanti. Bisa jadi lebih indah dari pertemuan-pertemuan yang pernah ada, istrinya pasti tak menduga ia akan datang. Istrinya tentu terkejut. Ia akan langsung lari menghambur memeluk istrinya, menciuminya. Atau membuat kejutan dengan diam-diam mendekapnya dari belakang, seperti yang dulu sering dilakukan kepada istrinya. Ahh…
Lelaki itu tak sabar lagi ingin segera sampai stasiun dan menaiki kereta yang sama dengan istrinya. Ia pun akan memilih gerbong dan tempat duduk yang sama seperti yang ditempati istrinya dulu.
Ia sangat ingin secepatnya merasakan pengalaman perjalanan seperti yang dialami istrinya.
Langit mulai menggelap, membuat hati lelaki itu kian dilanda kecemasan. Dia takut hari keburu malam dan ia tak mendapat kereta seperti kereta istrinya. Tentu, banyak kereta di stasiun. Tapi ia hanya ingin kereta yang pernah dinaiki istrinya.
“Sebentar lagi kita sampai, Pak,” sopir memecah kesunyian yang menenangkan hatinya.
Bibir lelaki itu menyunggingkan senyum. Ia tak begitu hapal dengan jalan tikus seperti yang dilewatinya sekarang ini. Entah sudah berapa tikungan yang dilalui, tak terukur panjang jalan sempit yang sudah ditempuh.
Tapi kini ia merasa tenang setelah sopir mengatakan sebentar lagi akan sampai stasiun. Ya. sebentar lagi ia akan segera menaiki kereta dengan tujuan sama seperti istrinya. Ia masih ingat dimana istrinya dulu duduk menunggu di ruang tunggu. Ia pun akan duduk di bangku yang sama seperti istrinya dulu pernah menunggu. Ia akan melakukan seperti yang pernah dilakukan istrinya di stasiun dulu.
Mobil berhenti di halaman stasiun. Sopir membukakan pintu. “Saya hanya bisa mengantar sampai sini,” ujarnya sambil menatap lelaki itu. Lelaki itu turun dengan terburu-buru.
* * *
Duduk di kursi tunggu, perasaan lelaki itu risau. Sudah setengah jam lebih ia menunggu, kereta belum juga datang. Silih berganti kereta yang lewat, tapi bukan kereta yang pernah ditumpangi istrinya. Hatinya kembali diguncang kegelisahan. Ia berharap kereta itu segera datang. Ia sudah tak dapat lagi meredam gejolak ingin berjumpa dengan Rindu, istrinya.
Sudah beberapa kali dari kejauhan tampak kereta datang. Setiap kali kereta datang lelaki itu berdiri, berharap kereta yang datang itu sama dengan kereta yang dulu pernah dinaiki istrinya. Tapi ia kembali kecewa, kereta itu bukan kereta yang pernah ditumpangi istrinya.
Sementara penumpang-penumpang lain berebut naik, ia hanya terdiam pilu. Ular besi itu lalu bergerak pergi meninggalkan bunyi. Lelaki itu kembali duduk, pikirannya gelisah. Ia tak percaya jika kereta yang di tunggunya bisa datang terlambat.
Beberapa lampu stasiun mulai dimatikan untuk menghemat biaya listrik.
Gelap semakin merayap mendekati malam yang larut. Lelaki itu menggigil kedinginan. Orang-orang mulai pergi meninggalkan stasiun, suasana menjadi lengang seperti kuburan. Kios-kios sudah tutup, juga pedagang asongan yang sebelumnya banyak berseliweran sudah tidak tampak lagi.
Tapi lelaki itu menguatkan hatinya untuk tetap bertahan, meski hawa dingin menggigit. Ia telah melewati perjalanan yang melelahkan hingga bisa sampai di tempat ini. Ia tak mau kembali lagi. Ia bertekad hari ini juga harus menyusul istrinya dengan kereta yang masih ia harapkan datang, yang mungkin saja memang datang terlambat. Ia sudah sangat rindu memeluk istrinya.
Tiba-tiba turun hujan disertai angin kencang. Tempias air sampai ke bangku ruang tunggu, menerpa tubuh lelaki itu. Dia beringsut menggeser duduknya. Dia menyesali keadaan, tapi yang lebih ia sesalkan adalah kereta yang hingga larut malam belum juga datang. Dulu orang sering bercerita, kereta itu selalu datang tepat pada saat yang telah ditentukan. Kini ia meragukan cerita itu. Ia telah menanti berjam-jam, tapi kereta belum datang.
Beredar juga kabar, sejak peristiwa 2 Oktober beberapa setahun lalu, lokomotif penarik gerbong kereta yang ditunggu itu sudah tidak dijalankan lagi. Ah, tapi nyatanya hari ini ia merasa akan mendapat kesempatan menaikinya dan ia akan setia menanti kedatangannya.
Hujan semakin deras, tubuh lelaki itu basah kuyup. Dia menggigil. Wajahnya makin pucat, bibirnya yang biru bergetar. Belum ada tanda-tanda kereta yang ditunggunya datang. Tapi ia terus bertahan duduk di bangku ruang tunggu. Ia tetap mantap ingin menyusul istrinya. Tak dihiraukannya tempias air hujan yang mendera. Ia seperti sengaja menantang hujan.
Langit sepertinya tersentuh oleh keteguhan hati lelaki itu. Hujan mere. Kemudian dari ujung rel terdengar suara gemuruh roda kereta dan cahaya terang benderang.
Lelaki itu menggosok-gosokan matanya, ia terkesima bahagia. Ia segera bangkit menyongsong arah datangnya cahaya. Setelah kereta itu semakin dekat ia tertegun lalu tersenyum. Kereta itu akhirnya datang. Kereta yang sama seperti yang telah membawa istrinya pergi. Lelaki itu lari terburu-buru. Ia ingin segera menjemput istrinya. Lelaki itu bergegas masuk menaiki kereta.
Bersamaan dengan itu, di tempat yang berbeda, di kamar nomor 21, ruang VIP rumah sakit tempat lelaki itu keluar pintu 7 jam yang lalu. Orang-orang tengah khusyuk berdoa di hadapan tubuh lelaki yang sedang dalam perjalanan menuju ajalnya. ***
Yogyakarta, 2010-2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 21 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar