Selasa, 11 Oktober 2011

Dharmadi: Ketika Sajak Kembali Menjejak

Abdul Aziz Rasjid
Kedaulatan Rakyat, 14 Des 2008

Empat tahun sesudah terbitan Aku Mengunyah Cahaya Bulan, muncullah sekarang: Dharmadi, kumpulan puisi Jejak Sajak (diterbitkan Kancah Budaya Merdeka: Purwokerto. 2008). Sebagian sajak-sajak yang termuat didalamnya tak dapat dikatakan muda, sebab ditulis dari rentang waktu 1994-2000, dan sebagian memang dapat dikatakan baru, sebab ditulis dari rentang waktu 2006-2007.

Membaca Jejak Sajak, secara umum mendapati jeritan jiwa Dharmadi sebagai penyair, khususnya keresahannya terhadap keadaan zaman. Jeritan itu semakin menguat, karena ia meyakini, bahwa zaman hari ini penuh kejanggalan juga kemuraman.

Kejanggalan dan kemuraman adalah situasi kengerian. Sebuah suasana yang melahirkan kecemasan. Sebuah suasana yang melahirkan kecemasan. Namun, tidak seperti kecemasan normal hanya melanda seseorang akibat harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Kejanggalan dan kemuraman yang disuguhkan Dharmadi timbul secara massal.

Akibat dari hadirnya kepercayaan berlebihan pada citraan imajiner dan simbolik yang diusung benda-benda di tengah kehidupan, untuk selanjutnya menciptakan kekaburan bahkan kematian hakikat kedirian. Situasi itu namapak jelas dalam bait-bait puisi Dharmadi, antara lain:

“Sejarah Yang Berdarah”: anak-anak mengais-ngais sisa waktu/ dalam timbunan reruntuhan benda-benda/ kehilangan ruh dunia.

“Penari Bar”: bagai ular/ geliat tubuhmu dalam mainan cahaya/ dan patukan-patukanmu mengucurkan darah/ yang menggelegak dari orang-orang/ yang melupakan realitas dunia.
“Sajak Gelombang”: aku mengalir/ dalam mainan/ ketidak-pastian.

Citraan-citraan imajiner dan simbolik yang telah mengaburkan hakekat kedirian manusia, lalu dipahami Dharmadi sebagai sebuah tipuan. Dalam bait penutup “Sajak Bunga Plastik” Dharmadi menuliskannya begini: apalagi yang bisa dirasa-rasa/dari kehidupan/ yang imitasi.

Citraan

Dari manakah citraansimbolik maupun imajiner yang merupakan tipuan itu timbul? Jika dikait-kaitkan, Milan Kundera akan menjawab pertanyaan itu sebagai kemenangan “imagologi”, ketika ideologi dikalahkan oleh realitas dan realitas ternyata bisa dikalahkan oleh image yang dibangun dan disebarkan oleh para pakar “imagologi”, seperti: Perancang busana, ahli kosmetik, dan media massa.

Beberapa diksi dari produk “imagologi”, terdapat pula dalam beberapa bait puisi Dharmadi, dan saya kira pengembangan diksi-diksi itu senada dengan apa yang diungkapkan Milan Kundera (Bold dari saya: AAR).

“Hari-Hari Berkabut ”: ada suara kunci magazine terbuka/ masihkah ada yang tega ingin berburu/ di kegelapan seperti ini?

“Penari Bar”: dj memainkan irama yang berloncatan/ menyihir suasana/ ingar dalam kekosongan.

“Ketika Naik Bus Transjakarta”: ketika sesekali naik bus transjakarta/ mata lelakiku kadang iseng atau tak sengaja menatap payudara/ di dada penumpang perempuan/ yang mengintip lewat model pakaiannya/ ah, betapa subur dan indahnya:….

Kembali pada Milan Kundera, jika ia menyebut zaman itu lahir akibat hadirnya kemenangan “imagologi”. Saya akan menyebut zaman itu sebagai “zaman kemasan” (merujuk pada Goenawan Mohammad), sebuah zaman dimana terdapat pewadahan bertingkat-tingkat, yang sebenarnya merupakan tempat kurang nyaman bagi siapa saja yang menghendaki harus selalu ada pegangan yang teguh, yang menyeluruh, yang utuh, suatu proses yang entah kapan dimulai dan entah kapan berakhir.

Lalu, sebagai manusia yang menyadari adanya seretan kuat arus zaman kemasan. Pada siapa Dharmadi berpegang? Penjelasan ini terdapat jelas dalam dua puisi pendeknya.

“Kesejatian”: kau kosongkan pikir-rasa/ dari mimpi-mimpi imitasi;/ Kuisikan sejatiKu/ sejatimu menjadi.
“Meditasi”: masuklah dalam nadirku;/ Aku dalam ada ketiadaanmu.

Dari banyaknya kejanggalan, kemuraman, yang terakibat dari tipuan citraan zaman kemasan. Sebagai penyair, Dharmadi mengambil sebuah jalan, yaitu perenungan mendalam untuk menemukan hakekat kesejatian, dengan mencoba kembali pada kondisi asali pra-imajiner dan pra-simbolik untuk kemudian menyatu padu, berpegang pada penciptanya yang satu.
Apakah Dharmadi sanggup?

Dugaan Awal

Sekalipun Dharmadi mencoba merenungi lalu menjawab lewat puisi bahwa citraan imajiner dan simbolik dapat dilepaskan dengan kembali pada hakekat kesejatian diri, saya masih menyangsikan. Karena puisi-puisi yang menjejak dalam kumpulan Jejak Sajak, yang pada mulanya terselimuti ketidak percayaan diri, menjadi percaya diri sebab hadirnya penilaian —kesan-kesan kawan— yang mengubah citraan puisi.

Dua perasaan kedirian yang kontras itu, tertuliskan dalam kata pengantar yang ia beri judul “pada suatu ketika”:
“Puisi- puisi saya tidak layak untuk dimunculkan saat ini, di tengah bertebaran puisi-puisi bagus karya para penyair yang masih muda-muda. Saya sendiri mengagumi karya mereka, mengakui tak mungkin mampu menulis puisi seindah dan sebagus itu.”

Namun, kata-kata sides Sudyarto Ds, “Anda mesti muncul lagi”, pesan Medy Loekito lewat ponsel “hebat, euih, jauh meloncat”, komentar Sihar Ramses Simatupang “Belum tentu puisi yang ditolak di media itu puisi buruk”, serta kata-kata dari Adri Darmadji Woko “terbitkan saja, Dhar”, membangun kepercayaan diri, dan saya membulatkan tekad agar bendel kumpulan puisi itu harus menjadi buku. Entah bagaimana caranya dan bagaimana ujudnya.

Bagi saya pribadi, proses keberadaan Jejak Sajak yang lahir hanya atas dasar kesan-kesan, secara bersamaan, dalam ketaksadaran Dharmadi sesungguhnya telah mewujud sebagi hasrat diri yang narsistik, yang sekaligus pula menyatakan kehendakan bahwa harus selalu ada pegangan yang teguh, menyeluruh, utuh sebagai penguat idealisasi akan identitas diri yang kompleks. Perubahan itu, saya anggap tak senada dengan pesan puisinya yang mencoba lepas dari segala citraan imajiner dan simbolik untuk menemukan hakekat diri yang sejati.

Dari kata pengantar itu serta isi puisi yang disampaikan Dharmadi. Sebagai pembaca Jejak Sajak, saya berharap agar semua yang dituliskan Dharmadi pada akhirnya juga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti lontaran yang dituliskan Acep Zamzam Noor —tanpa ada kepentingan membandingkan kebesaran kepenyairan pada keduanya— pada kata pengantar kumpulan puisi Jalan Menuju Rumahmu (diterbitkan Grasindo: Jakarta. 2004): Puisi ternyata tidak hanya minta untuk selalu dituliskan, tetapi juga untuk dilakukan. Untuk menjadi perbuatan sehari-hari.

Akhirnya, saya kira Dharmadi pun menyakini hal serupa, karena seperti yang ia tuliskan pada bait dua puisi penutup Jejak Sajak “Kembali Pulang Merapat ke Bayang”, ia menyatakan: …telah ditemukannya jawab tentang ‘apa itu hidup’/ pada laku yang memberi/ ia pun semakin paham tentang mujur malang.

Purwokerto, Juli-November 2008

Disiar pertama kali dalam SKH Kedaulatan Rakyat, Minggu Legi 14 Desember 2008 (16 Besar 1941), disiar ulang dalam catatan facebook 07 oktober 2009.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae