Budi Saputra
http://www.lampungpost.com/
LENGANG, dan tak banyak yang dapat kami perbuat di sini. Sebuah rumah tua dengan arsitektur dan ornamen lama. Lukisan hitam putih para petani, dan patung harimau Sumatera yang setia menemani lenguh birahi kami di kamar pengap miskin cahaya. Di luar itu, hanyalah hamparan kesepian dan barisan makhluk hijau yang menatap kami setiap harinya. Bahwa selalu ada yang kami rasa datang menyusup di kala malam merayap. Dari kedalaman hutan rumbia yang lebat, selain kabar seorang gadis belia yang pernah diperkosa dan dibakar, juga bunyi-bunyi aneh yang kerap kami dengar dan merangkak menuju rumah kami di tengah malamnya.
Ya, selama bertahun-tahun memang seperti itulah. Sebuah masa yang berlari dari nyala lilin, dari sinar petromaks yang hanya menyala di kala malam. Usia yang terkungkung, terisolasi dari lalu lalang kemanusiaan. Anjing betina dan jantan yang kerap kami saksikan kawin pun, hanyalah percakapan konyol kami pada benda-benda yang tak bisa memberikan sesuatu yang menguntungkan selain untuk berjaga-jaga. Kalau pun ada tetangga yang bertandang ke rumah kami di malam harinya, itu pun hanya sesekali. Bercakap tentang rencana nonton organ tunggal atau doa selamatan di rumah tetangga lain yang jaraknya lumayan jauh dari sini.
Dan mengenai keadaan ekonomi kami. Apalah yang bisa kami perbuat saat itu. Hanya ladang ubi dan jagung yang bisa kami gantungkan untuk menyambung hidup. Pasar kecamatan yang juga jauh kami tempuh untuk menjual hasil ladang saat musim panen tiba.
***
Mana lagi cerita orang lama yang belum kami dengar. Tak ada. Semuanya akan kami ceritakan bila ada yang minta diceritakan. Tentang bigau, hantu suluh, hantu karung, palasik tudung, orang bunian, hingga tentang dewa yang kawin dan hidup dengan tukang bendi selagi ada paku menancap di kepalanya. Di zaman Belanda dulu, konon ada seorang tukang bendi yang menaikkan seorang perempuan di tengah malam. Ia tahu bahwa perempuan itu adalah dewa yang menjelma. Maka, ditanamkanlah paku di kepalanya. Mereka kawin dan akhirnya punya anak.
Di suatu hari, ketika si anak mencari kutu di kepala ibunya, maka terkejutlah si anak.
“Apa ini, Bu?” Si anak bertanya pada ibunya saat meraba kepala paku di ujung telunjuknya.
Namun, belum sempat ibunya menjawab, secara tiba-tiba si anak mencabut paku itu di kepala ibunya. Sungguh aneh, dalam detik itu jua si ibu menghilang. Menghilang dan kembali ke alamnya yang entah berantah. Sebuah peristiwa yang membuat si tukang bendi hanya bisa menyesali kehilangan perempuan cantik yang semerbak harum itu.
Hahaha…. zaman ketumbarlah namanya (bahasa lain dari istilah jadul). Saat itu memang masih lengang. Belum seperti yang sekarang, rumah-rumah penduduk yang kian bertumbuhan dan segalanya telah digerakkan dengan listrik. Lihatlah pohon kapuk ini, berapakah usianya? Cukup tua sekali. Tak jarang, dulu anak-anak didikan subuh selalu lewat bergerombol jika melawati pohon ini. Mereka tak berani sendirian. Jika pun ada yang berani, maka larilah pontang-panting sambil mengucap doa-doa pengusir setan.
Memang, soal perkara cerita lama, kami sudah kenyang dibuatnya. Siapa pula yang tak kenal dengan Sibuih pemaling besar saat itu. Pemaling yang sering menyantroni rumah dan menguras harta penduduk. Ia kebal peluru, walaupun ditembak dari dekat oleh polisi. Konon, kabarnya ia punya ilmu hitam. Ada sesuatu benda keramat yang ditanam di betisnya dan dihuni hantu balau.
***
Begitulah hidup kami, melalui perubahan demi perubahan. Dari memelihara anjing, kemudian berkembang memelihara ayam dan kambing. Dari zaman lampu petromaks, kemudian kami mendapat suntikan listrik untuk menerangi kamar buram kami. Ya, semuanya perlahan berubah. Satu demi satu orang telah mulai membangun rumah dan bersawah. Jalan menuju pasar kecamatan pun telah bisa memanjakan roda kendaraan dengan aspalnya yang hitam legam dan mulus. Sungguh, kemajuan zaman yang membuat segala aktivitas menjadi mudah. Mana ada dulu mobil mewah seperti saat ini? Mana ada mesin bajak yang menggantikan peran si kerbau kubang? Hingga akhirnya, hanyalah perubahan itu yang kami cecap dan kami saksikan saat ini.
***
Anjing. Ya, anjing. Hewan peliharaan yang satu ini memang setia menemani kami selama bertahun-tahun. Kami beranak pinak, mereka juga beranak pinak hingga kami pun lupa jumlah generasinya. Anjing yang semenjak perbaikan jalan atau semenjak daerah ini mulai membangun, tingkahnya, dan salaknya yang bergetar hanya membuat kami terkadang malu oleh orang yang melintas di depan rumah kami. Kadang kami sempatkan jua minta maaf jika kebetulan tengah berada di halaman.
Walaupun di sini rumah tidak rapat-rapat, tetap saja anjing kami seolah paling berkuasa menguasai daerah ini. Pernah kejadian yang membuat kami geram saat itu. Anjing kami mati. Mati karena dikasih tuba oleh orang yang tentunya tak senang dengan keberadaan anjing kami. Hmmm.. Kasus pertama. Kasus yang membuat kami mulai sensitif terhadap orang-orang baru. Hanya karena sering disalak dan digertak saat melintas di depan rumah kami, mereka dengan entengnya membunuh anjing kesayangan kami.
Jelas, jelas kami merasa sedikit dikucilkan. Semakin banyak pertumbuhan rumah di sini, semakin membuat kami berpikir-pikir untuk berhenti memelihara anjing. Pernah kami dengar dari Haji Kapeh, jika memelihara anjing, malaikat tak akan masuk ke rumah. Rahmat jauh dan rezki dari Tuhan pun jauh.
Maka dari nasihat Haji Kapeh dan atas desakan anak tertua kami-lah, akhirnya semenjak tiga tahun yang lalu kami telah berhenti memelihara anjing. Hanya janin-janin manusia yang terus berlahiran di sini. Lalu lalang anak-anak sekolah di pagi dan petangnya dari petak-petak mewah yang mengilap sekitar empat ratus meter menuju rumah kami.
***
Semenjak bekas ladang tebu itu kian subur ditumbuhi perumahan warga, maka semenjak itulah keganjilan-keganjilan sering menghampiri kami. Apakah ini bentuk kesumat atau barangkali disebabkan rumah kami agak terpencil letaknya (tetangga terdekat berjarak sekitar 30 meter dari rumah kami). Dengan kondisi di sini temaram pada malam harinya, dikelilingi sawah warga, pun pohon kapuk yang bertubuh besar ini, rasanya tak akan cocok untuk tempat keberlangsungan anak kucing, maupun anak anjing. Bukan. Bukan kami menghendaki kehadiran anjing yang banyak berkeliaran di sekitaran rumah kami, anak dan induk kucing, atau bahkan janin aborsi yang pernah kami temukan di suatu pagi. Tapi begitulah yang kami alami di sini. Halaman rumah kami jadi sasaran tempat pembuangan. Membuang yang dianggap aib, yang dianggap merusak pandangan mata.
Kami memang sering kecolongan. Kami tak tahu siapa yang membuang makhluk-makhluk itu (kebanyakan anak kucing dan anak anjing). Mungkin pelakunya beraksi di tengah malam saat kami tengah terlelap tidur. Yang jelas, kami begitu kesal. Kesal dengan si pembuang dan hewan buangan yang kerap masuk ke dalam rumah kami.
Tapi pernah suatu malam kami menyaksikan dua orang lelaki tengah membuang anak kucing dari dalam karung. Di halaman rumah kami ini, mereka mengendap-ngendap di bawah pohon kapuk. Merasa tak ada orang yang tengah memperhatikan mereka.
Sengaja. Ya, sengaja kami tak menghardiknya. Kami biarkan mereka berlalu dengan motor menuju perumahan mewah. Sialan! Barangkali dari sanalah para pembuang beraksi di malam hari.
“Mungkin karena di sini lengang, jadi mereka tak takut kelihatan oleh orang,” begitulah keluhan kami pada tetangga terdekat tukang sate, Opeang.
Jika mereka bisa membuang, maka kami pun bisa membuang. Buang apa saja yang buruk-buruk pada mereka. Seperti dalam sebuah gurauan kami dengan Opeang.
“Untuk membalas mereka, bagaimana kalau kita sate saja daging anjing dan kucing yang mereka buang itu. Kemudian kita jual pada mereka. Biar mereka rasain enaknya!”
Dan sejurus kemudian, kami pun tertawa terbahak-bahak bersama.
09 October 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar