Sabtu, 24 September 2011

Tidakkah Homofictus Itu Engkau, Tuan?

Kesan Pembacaan Tangan Untuk Utik—Bamby Cahyadi
Pringadi AS*
http://reinvandiritto.blogspot.com/

#1
Penyair adalah pencuri. Penyair adalah pemburu. Begitu dua pernyataan yang begitu saya ingat dari kedua ‘guru’ saya, TS Pinang dan Hasan Aspahani. Penyair mencuri kejadian, mencuri fakta, bahkan mencuri frase dari lingkungannya. Dalam menuliskannya, penyair jua pemburu, yang mengincar sesuatu untuk ditembaki, bila perlu sampai mati. Tak jauh berbeda sebenarnya, seorang cerpenis pun seperti itu. Yang membedakannya adalah cerpenis memiliki ruang lebih untuk berburu. Ia jauh lebih tidak terpancing untuk terburu-buru. Ia bisa meneliti ruang terlebih dahulu, mengasah alat burunya hingga tajam, atau bahkan sengaja tidak ditajamkan, agar buruannya mati pelan-pelan, tersiksa pelan-pelan. Begitu pun Bamby Cahyadi. Ia adalah seorang pemburu, yang bisa saya katakan tenang. Tidak ada yang menyangka bahwa di balik senyum manisnya itu, ia juga cukup kejam. Ia juga cukup berani dalam mengambil tindakan untuk mengeksekusi buruannya.

#2
Seseorang bertanya pada saya, apa sih yang membuat kamu terekstasi hingga menyukai sebuah cerpen? Pertama, dan yang utama, saya akan melihat homofictusnya. Homo fictus adalah ‘makhluk’ yang hidup di dalam fiksi, di dalam cerita. Ia bukan manusia. Ia bahkan melebihi manusia. Sebuah karya yang mampu mengekstasi saya adalah manakala homofictusnya tidak moderat, tidak tanggung, tidak ragu-ragu. Manakala ia baik, ia akan muncul sangat baik. Manakala ia jahat, ia akan tampil sangat jahat. Ia (homofictus) mampu membuat kita membayangkannya, atau lebih tepat ‘menghidupkannya, di dalam pikiran kita. Kita mampu membayangkannya dengan jelas, bukan hanya fisiknya tetapi juga sampai ke bathinnya.

Kedua, adalah konflik. Tentu saja, konflik juga dapat terbangun baik apabila homofictus tadi sudah hidup terlebih dahulu. Kemudian, akan lahir emosi dan gejolak yang dimainkan di dalam cerita. Membuat pembaca tidak sekadar merasa, tetapi juga berpikir, dan larut di dalam cerita.

Sementara unsur-unsur lainnya seperti latar dan alur, bagi saya, adalah sesuatu yang terbangun otomatis apabila kedua unsur sebelumnya sudah mampu diciptakan.

#3
Memandang Bamby Cahyadi dan ceritanya, terkait unsur homofictus dan konflik, membuat saya berpikir tentang kredo yang ia miliki. Apa yang menjadi dasar ketertarikan atau prinsip seorang Bamby Cahyadi sehingga ia menuliskan cerita-cerita ini?

Saya langsung tercengang dengan cerpen pertama yang ia sajikan. Ini seperti sebuah menu makanan yang diberi nama sederhana, terhidang sederhana, tetapi begitu kita makan pelan-pelan, kita akan menemukan berbagai kelezatan dan sensasi khusus di akhirnya. Homofictusnya, seperti yang saya katakan tadi, adalah seseorang yang tercitra sangat baik sekali. Ini bukan saja menciptakan citra di tokoh-tokoh lain di sekitarnya, tetapi saya jamin juga di pikiran pembaca. Tetapi begitu ‘jahat’nya Bamby ini, ketika dia mematahkan prasangka semua orang. Ia membunuh sang tokoh utama dengan tidak segan-segan. Memang, ada ruang yang tercipta dari bantingan pencitraan itu. Tetapi di situlah kekuatan cerpen ini, ruang tersebut mempersilahkan pembaca masuk untuk menjadi penulis juga. Mereka-reka sebenarnya apa sih latar belakang sehingga Bamby Cahyadi dengan begitu tega membunuh sang Karyawan Tua tersebut? Kita diberi kebebasan. Kita diuji kekreatifan. Tidakkah karya yang baik ditulis oleh penulis dan pembacanya sekaligus?

Berlanjut ke cerpen kedua, judulnya sudah sangat mengekstasi saya: Tuhan, Jangan Rusak Televisi Ibuku. Cerita ini pun dibangun dengan baik sebenarnya. Pembaca bertanya-tanya. Pembaca juga menebak-nebak. Tetapi sayangnya, saya tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Cerpen ini yang menurut saya tadinya bernafas surealis, menjadi cerita fantasi biasa yang klise, dan tidak terjaga energinya.

Saya hampir saja kecewa setelah membaca cerpen kedua, dan hampir kehilangan semangat untuk membaca lebih jauh. Apakah Bamby Cahyadi cuma sebatas ini? Apakah Bamby Cahyadi tidak menawarkan yang lebih? Saya buka ragu-ragu halaman selanjutnya. Saya baca pelan-pelan judulnya, O, Bendera Itu Tidak Berkibar di Sini…

Begini, bayangkan Anda bangun tidur, dan berada di atas kasur dalam keadaan baik-baik saja. Lalu Anda pergi ke kamar mandi, dan becermin, Anda berubah kelamin? Atau saat Anda keluar kamar, Anda menjadi anak orang lain? Atau Anda keluar rumah, Anda sudah berada di galaksi yang bukan bima sakti? Cerita ini pun seperti itu, Anda kehilangan Indonesia. Anda kehilangan Negara Anda. Apa yang akan Anda rasakan? Tentu jika Anda memiliki nasionalisme yang tinggi, Anda akan sangat geram dan terkestasi. Pun kalau Anda tidak memiliki nasionalisme, Anda akan memiliki pertanyaan tentang kenasionalismean Anda setelah membaca cerpen ini.

Cerpen selanjutnya yang menjadi judul buku ini, Tangan Untuk Utik, sebenarnya membuat saya ragu dan tidak berharap banyak akan seperti apa cerita ini. Homofictus dan konflik seperti apa yang ditawarkan oleh Bamby. Dan saya akhirnya sependapat tentang peletakan judul cerpen ini sebagai judul buku. Bukan karena ia yang terbaik, tetapi karena di dalamnya kredo itu bermain. Di dalamnya lah saya melihat seorang Bamby Cahyadi yang menjelma ‘Aku-Narasi’. Saya melihat sebuah kerinduan besar dari seorang Bamby tentang bagaimana ia bersedia mengorbankan apapun yang ia miliki agar sebuah harapan lain itu bisa terwujud. Saya juga melihat karakter Bamby yang pasti sering memperhatikan keadaan di sekitarnya lewat kacamatanya itu. Kacamata yang seakan membuat hati tertegun, kemudian mengupas sesuatu dari sisi psikologis—latarbelakanng tokoh yang ingin ia ceritakan.

#4
Masih ada sepuluh cerpen lain yang Bamby tawarkan di sini. Tentu tidak bijak apabila saya menceritakan pandangan saya terhadap kesemua cerpen itu. Secara khusus, saya simpulkan, cerpen-cerpen Bamby tidak dibangun dari sebuah keadaan yang mustahil. Keadaan-keadaan itu ada. Keadaan-keadaan itu nyata. Ia (atau mereka) memang hadir di tengah-tengah kita. Namun, kerap luput.

Bamby mengubah itu. Ia mengubah hal-hal yang tampak biasa dan berusaha menguak sisi-sisi yang tak nampak di baliknya. Seseoran mungkin saja kita anggap humoris, selalu menawarkan senyum setiap saat, tetapi kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang ia simpan di hatinya. Bamby juga berusaha mengubah benda-benda. Benda-benda yang tak sadar kerap kita jadikan ‘tuhan’. Bamby membuka ruang renung dari benda-benda yang ia sajikan. Kemudian dengan benda itu, ia memanusiakan kita sebagai pembaca.

Pada akhirnya, saya berharap Bamby akan terus berkarya, dan pasti ia akan terus berkarya. Karena yang saya lihat adalah Bamby memiliki kredo yang tak ada puncaknya. Kredo Bamby adalah jalan panjang yang berliku, dimana ia berada di jalan itu. Ia melihat, ia mendengar, ia merasakan, dan ia menuahkan semua hasil indranya ke dalam tulisan dengan kebijaksanaan pribadinya, sekaligus ketegaan emosinya yang kadang-kadang mencuat di batas kesadaran.

Saya percaya, Bamby akan menjadi sejarah, setidaknya bagi kita yang sudah membaca karya-karyanya.

*) Cerpenis dan Penyair. Kelahiran Palembang, 18 Agustus 1988. Buku Kumpulan Puisinya, ALUSI.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae