Puji Santosa
http://sastra-indonesia.com/
Banyak pandangan dari para kritisi Barat bahwa memahami masyarakat Indonesia masa kini tidak terlepas dari warisan budaya tradisionalnya. Sebab warisan budaya tradisional tersebut telah mengondisikan keadaan sekarang yang mengajari bagaimana cara meramu penerimaan suatu gagasan dari luar, baik pengaruh dari dunia Barat maupun dunia Timur yang lain, seperti Arab, Persia, dan India. Budaya tradisional itu telah memberi pembelajaran yang sangat berharga bagi kelangsungan hidup kita kini. Salah satu warisan budaya tradisional tersebut adalah wayang.
Menurut Kabin (dalam Anderson, 2008:vi) “wayang adalah pentas bayang-bayang Jawa yang didasarkan pada adaptasi dan pengembangan tema-tema dan babak-babak utama dalam Ramayana dan Mahabharata”. Di luar daerah asal-usulnya, India, kisah Ramayana dan Mahabharata memiliki banyak versi atau saduran dengan kreasi baru seperti di Jawa ada Kakawin Ramayana (berbahasa Jawa Kuno), Serat Rama (gubahan Yasadipura I dalam bahasa Jawa Baru), Serat Kanda, Adiparwa, Wirataparwa, Bismaparwa, Kakawin Bharata Yudha, Kakawin Gatotkacasraya, dan Kakawin Arnjuna Wiwaha. Sementara itu di tanah Melayu ada Hikayat Sri Rama, Hikayat Maharaja Rawana, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Pandawa Jaya, Hikayat Pandawa Lebur, Hikayat Darmawangsa, dan Hikayat Angkawijaya (Fang, 1991: 49—114). Dengan kisah-kisah dalam Mahabharata dan Ramayana itu pentas wayang tersebut dimainkan dengan boneka kulit pipih yang menimpakan bayang-bayangnya secara tajam pada layar yang terbentang untuk disaksikan dari sebaliknya. Jadilah sebuah pertunjukan wayang yang dimainkan oleh seorang dalang dengan boneka-boneka itu digelar semalaman.
Sementara itu, menurut Zaidan et al. (1994:214–215) “wayang adalah kesenian Indonesia yang berasal dari Jawa dan Bali yang merupakan sandiwara atau lakon yang dibawakan atau diceritakan oleh dalang dengan menggunakan gambar (wayang beber), boneka (wayang kulit dan golek) atau manusia (wayang orang)”. Jenis wayang meliputi wayang beber, wayang gedog, wayang golek, wayang keling, wayang klitik, wayang krucil, wayang kulit, wayang sadat, wayang orang, wayang purwa, wayang topeng, dan wayang wahyu. Yang menjadi dasar perbedaan jenis wayang tersebut dapat berupa gambar, boneka, dan manusia, serta dapat pula sumber ceritanya, seperti Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa, Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad Majapahit, Babad Blambangan, Cerita Panji, Cerita Menak, Cerita Silat Cina, dan Kitab Wahyu (Alkitab).
Meskipun banyak jenis dan kreasi serta sumber ceritanya, ternyata menurut Koentjaraningrat (1984:288—289) dalam bukunya Kebudayaan Jawa, bahwa cukup banyak orang Jawa yang tidak menaruh minat terhadap wayang atau yang pengetahuannya tentang wayang dangkal saja. Menurut perkiraan Koentjaraningrat itu hanya ada sekitar 20% saja dari golongan tua yang gaya hidupnya sangat terpengaruh oleh wayang, sebab mereka ini tidak berorientasi ke agama Islam, tetapi lebih cenderung pada budaya abangan dan priyayi.
Banyak cara dilakukan oleh para orang tua, pakar kebudayaan, dalang, dan para generasi muda di Jawa (bahkan ada orang di luar Jawa dan di luar Indonesia) yang peduli terhadap pelestarian wayang untuk memperkenalkan lebih lanjut kepada masyarakat dunia dan generasi muda kini. Media yang digunakan dalang tidak hanya pementasan wayang di panggung saja, tetapi juga melalui rekaman kaset, CD, DVD, radio, televisi, bahkan internet. Sementara itu, para pakar kebudayaan, generasi tua, dan generasi muda memperkenalkan wayang dengan salah satu caranya menuliskan di media massa, baik media massa cetak (surat kabar, majalah, dan buku) maupun media massa elektronik (internet). Berbagai artikel, makalah, cerita pendek, puisi, naskah drama, cerita bersambung dalam surat kabar, novel, bahkan karya ilmiah seperti skripsi dan disertasi pun ditulis orang berkenaan dengan usaha pelestarian wayang tersebut.
Para pakar yang menulis tentang wayang itu, antara lain: Benedict R.O’G. Anderson, Hardjowirogo, Sri Mulyono, Hazim Amir, I. Kuntara Wiryamartana, Burhan Nurgiyantoro, Dharmawan Budi Suseno, dan Sapardi Djoko Damono. Sementara itu, para sastrawan yang menulis tentang wayang, antara lain: Umar Kayam, Linus Suryadi A.G., Y.B. Mangunwijaya, Yudhistira Ardi Nugraha, Putu Wijaya, Sindhunata, Nano Riantiarno, Yanusa Nugraha, dan Seno Gumira Ajidarma. Mereka pada hakikatnya sangat peduli terhadap usaha pelestarian, inventarisasi, pendokumentasian, pembinaan, dan pengembangan budaya tradisional wayang. Oleh karena itu, pantaslah kita memberi penghargaan kepada mereka yang sangat peduli terhadap dinamika tumbuh dan berkembangnya budaya nasional bangsa Indonesia.
Penulisan dunia wayang dalam sastra Indonesia sebenarnya sudah dimulai pada tahun 1950-an, yaitu ketika N.H. Dini menulis cerita pendek “Jatayu” yang mengambil nama tokoh pewayangan dari kisah Ramayana, yakni seekor burung yang bernama Jatayu. Dalam kisah pewayangan itu tokoh Jatayu adalah raja burung yang merupakan sahabat raja Dasarata dari kerajaan Ayodya. Suatu hari di tengah hutan Dandaka, Jatayu yang tengah istirahat di sarangnya mendengar jeritan Sinta yang sungguh menyayat hati. Jatayu segera terbang ke arah jeritan suara Sinta itu. Ternyata Sinta tengah diculik oleh Rahwana dan hendak diterbangkan ke Alengka. Tentu saja Jatayu segera berusaha menghalangi Rahwana yang membawa kabur Sinta ke Alengka. Nasib sial melanda Jatayu dan akhirnya terkalahkan oleh Rahwana. Jatayu yang kalah ditinggal terbang oleh Rahwaba yang membawa Sinta ke Alengka. Ketika Jatayu dalam keadaan sakaratul maut, datanglah Rama dan Laksmana memberi tahu bahwa Sinta diculik raja Alengka bernama Rahwana. Namun, kreasi N.H. Dini yang mengacu pada kisah wayang itu tidak diikuti oleh penulis lainnya pada waktu dasawarsa 1950-an tersebut.
Memasuki tahun 1960-an, Goenawan Mohamad menulis puisi yang bertolak dari kisah Mahabharata, yaitu “Pariksit” (1963) yang tengah menunggu saat kematiannya oleh kutukan Naga Taksaka. Raja negeri Astina itu akhirnya mati dipatuk Naga Taksaka karena karmanya. Masih dalam dekade 1960-an, enam tahun kemudian, 1969, Danarto menulis cerita pendek “Nostalgia” yang didasarkan pada kisah Mahabharata pula. Cerpen tersebut dimuat dalam Horison Nomor 12 Tahun ke IV, Desember 1969, halaman 357—362. “Nostalgia” berkisah tentang kepahlawanan tokoh Abimanyu yang menjadi panglima perang Baratayuda di Padang Kurusetra dan gugur di medan perang. Malam menjelang memimpin perang di Padang Kurusetra itu, Abimanyu mendapatkan wejangan dari seekor katak tentang pengetahuan semesta dan hakikat penciptaan asal-mula makhluk.
Pada tahun 1970-an dan 1980-an mulai berkembang penulisan sastra Indonesia yang mengacu pada kisah wayang. Sajak-sajak Subagio Sastrowardojo, seperti sajak “Parasu Rama”, “Garuda”, “Kayon”, “Wayang”, “Bima”, “Matinya Pandawa yang Saleh”, “Kayal Arjuna”, “Dalang”, “Asmaradana”, dan “Batara Kala”, berbicara tentang falsafah hidup dengan referensi tokoh-tokoh wayang. Selaian itu, Sapardi Djoko Damono pun menulis banyak puisi yang mengacu pada dunia wayang, seperti “Di Banjar Tunjuk, Tabanan”, “Benih”, “Pesan”, “Telinga”, dan “Sita Sihir”. Linus Surayadi A.G. pun menulis sajak “Bonowati dan Limbuk”, “Duryudana dan Dorna”, “Pengakuan Kunti Talibrata”, dan prosa liris Pengakuan Pariyem dengan referensi wayang sebagai kreativitas seninya.
Beberapa sastrawan yang juga menulis dengan referensi wayang sebagi cantelan mitologisnya adalah Umar Kayam dengan noveletnya Sri Sumarah dan Para Priyayi. Kehadiran Y.B. Mangunwijaya dengan novelnya Burung-Burung Manyar dan Durga Umayi menambah semarak penulisan sastra Indonesia dengan referensi dunia wayang yang seolah-olah terjadi renaisan pada kebudayaan Jawa. Sinyalemen ini semakin diperkuat dengan kehadiran Arswendo Atmowiloto dengan Canting, Sindhunata dengan Anak Bajang Menggiring Angin, Agusta T. Wibisono dengan Balada Cinta Abimanyu dan Lady Sundari dan Balada Narasoma, Danarto dengan Asmaraloka, Bakdi Soemanto dengan cerpen “Karna dan Gatotkaca”, Nano Riantiarno dengan teater komanya juga banyak menyadur cerita wayang, seperti dalam lakon “Konglomerat Burisrawa”, “Semar Gugat”, dan “Republik Petruk”, Yanusa Nugroho dengan novelnya Boma (2005), serta Seno Gumira Adjidarma dengan Kitab Omong Kosong (2004, cetak ulang 2006). Kesemarakan penulisan sastra Indonesia yang mengacu pada dunia wayang itu menambah suatu keyakinan bahwa kesenian tradisional Jawa, yaitu wayang, tetap menjadi akar budaya bangsa Indonesia yang tidak terlupakan dan menjadi aset budaya bangsa Indonesia.
Kepedulian mereka mengkreasi wayang dalam sastra Indonesia tentunya mendapat perhatian serius dari para kritisi dan peneliti sastra Indonesia. Hal ini terbukti sudah beberapa artikel, esai, makalah, dan buku yang berbiacara tentang “dunia wayang dalam sastra” pun sudah ada yang meneliti dan menuliskannya. Mereka itu antara lain sebagai berikut.
Sapardi Djoko Damono (1993) menulis “Dunia Pewayangan dalam Novel” sebagai salah satu bab disertasinya yang bertajuk Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur.
Burhan Nurgiyantoro (1998) menulis buku Transformasi Unsur Wayang dalam Fiksi Indonesia yang diterbitkan di Yogyakarta oleh Gadjah Mada University Press.
Burhan Nurgiyantoro (2003) menulis artikel “Wayang dalam Fiksi Indonesia” dimuat dalam majalah Humaniora Volume XV, Nomor 1 tahun 2003, halaman 1—14.
Tjahjono Widarmanto (2007) menulis esai yang berjudul “Wayang dan Sastra Indonesia Mutakhir” dimuat dalam Suara Karya Online, Sabtu, 29 September 2007.
Arie MP Tamba (2008) menulis esai yang berjudul “Wayang dalam Sastra: Tertawa Versus Ketegangan” dimuat dalam Jurnal Nasional, Kamis, 6 Maret 2008.
Maman S. Mahayana (2009) menulis esai yang berjudul “Estetika Wayang Cerpen Ahmadun Yosi Herfanda” dimuat dalam http://mahayana-mahadewa.com/, 31 Januari 2009.
Beberapa orang yang telah menulis artikel, esai, makalah, bagian buku (salah satu bab dalam buku), dan satu buku utuh tentang “dunia wayang dalam sastra” tentu kita beri penghargaan yang setinggi-tingginya. Hal itu menunjukkan bahwa mereka telah menaruh kepedulian yang amat besar terhadap kebudayaan Indonesia yang berakar dari budaya tradisional wayang. Penulisan mereka itu ada yang mengarah pada masalah transformasi, telaah isi, fungsi, dan struktur, serta ada pula yang sekadar meninjau secara sepintas lalu. Tentu masih ada celah-celah yang dapat dibicarakan lebih lanjut dalam penelitian ini. Penulis yakin masih ada hal-hal yang luput dari perhatian dan pemahaman mereka.
Hal-hal yang luput dari perhatian dan pemahaman mereka tentang “dunia wayang dalam sastra Indonesia” itulah yang dicoba diperdalam telaahnya lebih lanjut dalam penelitian ini. Salah satu yang luput dari perhatian mereka adalah telaah mitologis atau “kritik mitis” ataupun “kritik mitepoik” dalam memahami makna kehadiran “dunia wayang dalam sastra Indonesia”. Oleh karena itu, penelitian ini bertajuk “Telaah Mitologis Novel Anak Bajang Menggiring Angin dan Kitab Omong Kosong”. Penelitian ini meskipun menggunakan pendekatan mitologis, tentu tidak meninggalkan struktur cerita, isi, transformasi, fungsi, dan studi budaya (cultural studies). Pentingnya penelitian ini dikerjakan agar masyarakat semakin memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang dunia wayang dalam sastra Indonesia modern.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar