(Catatan Orang Maiyah Sebagai Relawan Merapi)
Sabrank Suparno
http://sastra-indonesia.com/
Seberapa maksimalkah kemampuan media, relawan, tim SAR, atau pihak terkait sekali pun dalam pemberitaan hiruk pikuk seputar Merapi? Pertanyaan diatas jika ditarik pendekatan metodologi semisal dari 293 titik pengungsi, ternyata yang didatangi media massa sebagai bahan liputan hanya 2 prosennya saja, tentu akurasi datanya tak memadai untuk dijadikan bahan kaji metodologi keilmuan dalam rangka menentukan ketepatan penyelesaian Merapi tahun tahun mendatang.
Ketidaktepatan team ahli dalam menentukan prediksi penanganan Merapi merupakan rujukan kelemahan sistem keilmuan modern. Contoh: 1. Kenapa pemerintah justru menempatkan pengungsi di kawasan Kali Urang yang justru kawasan itu dilibas awan panas-wedhus gembel? 2. Kenapa lokasi pemakaman massal yang salah satunya adalah jenazah Mbah Maridjan, juga kawasan yang besoknya dilibas wedhus gembel? 3. Data rekam seismograf dengan perlakuan Merapi itu sendiri berlawanan. Ketika temperatur seismograf melunjak fluktuasinya, terbukti tidak mengeluarkan lahar dingin atau awan panas. Tetapi ketika getaran terdiam, justru tiba-tiba menyembur. Inilah bahaya Merapi dibanding gunung me-rapi lain. Dari sinilah terkesan bahwa penanganan musibah letusan Merapi cenderung dipolitisir dan diperdagangkan pakar dan media.
Sejak dulu, penduduk sekitar Merapi tidak pernah mengatakan istilah ‘Merapi meletus’. Melainkan merapi akan memberi rizki berupa pasir dan lahar dingin vulkanologis. Semenjak Merapi ditangani media, barulah muncul istilah letusan yang direduksi dari tata keilmuan modern.
Keterlibatan media tersebut awal pecahnya pertarungan teori modern dengan teori (klasik) mistis di Merapi dalam menangani bencana letusan kali ini. Siapa yang menang? Media menang dengan jumlah omzet pemberitaan, tapi kalah dalam menentukan prediksi kronologisnya. Sebab alternatif yang ditentukan ahli terbukti memperparah keadaan. Sementara mistis (klasik) menang: mampu menghentikan amukan Merapi, tapi kalah dengan jumlah korban.
Keanehan yang muncul pascaletusan Merapi, semisal gugusan awan panas yang menyerupai sosok Petruk dalam cerita wayang Jawa, sosok pria berpakaian Jawa yang tiba-tiba muncul menemui Yati (istri Ponimin / pengganti Mbah Maridjan) yang mengatakan kepada Yati bahwa ia akan mengobrak-abrik keraton Jogjakarta, bagi ilmuwan hanya disejajarkan dengan keunikan alam itu sendiri. Tapi bagi masyarakat merapi merupakan fenomenologi ilmu tersendiri.
Secara mistis, warga Merapi meyakini bahwa Merapi dihuni oleh 5 makluk gaib yaitu: Mbah Petruk, Mbah Gringsing, Mbah Sapu Jagat, Mbah Mangir dan Mbah Jumadil Kubroh. Kelima roh halus itu masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri. Mbah Petruk yang dimaksud bukan Petruk tokoh wayang Jawa. Ia adalah roh sesepuh kerajaan Mataram, yang dalam percaturan Merapi bertugas menguasai awan panas, Mbah Sapu Jagat memegang kendali arah angin, Mbah Gringsing menguasai lahar dingin, Mbah Mangir menguasai debu, Mbah Jumadil Kobroh memeta kawasan.
Pemahaman warga Merapi yang demikian merupakan sikap Humaniora yang dijelaskan Supaat I. Lathief dalam bukunya: Sastra: Eksistensialisme-Mistisisme Religius (Pustaka Ilalang 2008) sebagai prilaku ‘moral’ manusia dengan alam lingkungannya. Dimana manusia sebagai kesadaran, berhak mengatur, memiliki dan memberi makna pada alam semesta. Sengaja Supaat I. Lathief menyebutnya moral, dan bukan akhlak. Yang menurut paparan Fritz Kahn: social ethic relation without harming each other. Atau, yang menurut istilah Emha Ainun Nadjib warga Merapi tidak menentang mitologi, melainkan melengkapkan keharmonisan ‘cinta’ dengan seluruh komponen Merapi.
Memahami hal di atas, memperjelas pemahaman posisi Mbah Maridjan. Juru kunci Merapi artinya orang yang ajeg menjalin keharmonisan dengan warga sekitar, dengan 5 roh halusnya dan dengan keraton (Hamengku Buwono IX). Ia yang mendekap dan meng-elus-elus Merapi. Maka kematian Mbah Maridjan sebetulnya sujud ke arah Barat, sebab saat wedhus gembel datang, Beliau sedang duduk seusai sholat malam. Setelah diterima Alloh atas baktinya, Mbah Marijan kemudian diputar ke arah Selatan oleh daya luncur awan panas yang mencapai 100 km/jam, sebagai bukti pengabdian ke HB IX.
Keajaiban saat letusan Merapi juga dialami Ponimin sekeluarga. Irrasional, hanya dengan bersembunyi di dalam mukena Yati, Ponimin dan anaknya tidak tertembus awan panas. Padahal daya luncur awan panas mampu menjebol serta melemparkan pohon kelapa sejauh 300 meter. Barulah Ponimin kemudian diajak turun gunung oleh krew relawan Bronto Seno.
Ketika pemerintah menetapkan 17 km batas aman steril, tak banyak nyali relawan yang mengevakuasi. Kecuali hanya berpura-pura naik ke puncak, tapi berhenti di perjalanan. Tetapi team relawan Bronto Seno termasuk Hendrik yang dengan kepiawaiannya menyetir mobil, berani menembus hingga 200 meter dari kawah. Sedangkan Hengki adalah warga sekitar yang jauh hari sebelumnya sudah merakit motor crossnya yang ia desain lengkap dengan mikrofon dan speaker. Kegilaan Hengki, ia berani memacu motornya ke atas saat awan panas meluncur. Seraya berteriak menyerukan turun pada warga dengan speakernya.
Tidak seperti team SAR yang dilengkapi jaringan radio telemetry, team Bronto Seno hanya mendeteksi ulah wedhus gembel (rock avalance) dengan gelembung kesadara rasa. Berkali-kali, ketika mereka me-rasa harus turun, mereka turun. Dan setengah jam kemudian bekas lokasi evakuasi team Bronto Seno ini barulah dilibas wedhus gembel. Untungnya mereka sempat mengabadikan dengan kamera hp tempat-tampat yang beberapa saat kemudian diterjang wedhus gembel. Team Bronto Seno lega setelah guru spiritualnya (Emha) berhasil menegoisasi 5 penghuni roh Merapi. Disaksikan anggota rombongan, sang guru mengatakan! ”Kita turun! Menyiapkan segi finansial selanjutnya. Wedhus gembel sudah masuk ke kandangnya. Mereka bukan Sabdo Palon yang jatah waktunya kedaluwarsa 70 tahun silam pada siklus 500 tahun yang disumpahkan. Mereka juga bukan Mbah Jumadil Kubroh yang dendam pada islam Jawa. Sebab pascalengsernya Majapahit ke Demak, justru Sunan Kalijagalah yang menata. Mereka hanya marah pada Hamengku Buwono X yang tak lagi memangku Jogjakarta, melainkan bernafsu menguasai Indonesia. Mereka marah pada 3 desa disekitar bukit, yang masing-masing berpredikat desa maling, desa free sex dan desa judi. Terbukti tidak ditemukannya seruak ‘takbir’ saat mereka diserang wedhus gembel. Toh nanti masih ada neraka jika mereka belum sadar.” Ungkapan guru spiritual itu dikatakan jauh sebelum Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Kementrian ESDM menyatakan Merapi redah.
Tentu ada yang mendasari keberanian team Bronto Seno. Yaitu mengedepankan hegemoni cinta sebagai pemimpin kesadaran mereka. Team ini memahami bahwa teori Jawa memberlakukan ilmu dan alam sebagai subyek. Memanusiakan alam. Terbukti dengan pemberian nama pada keris semisal Keris Empu Gandring, Kyai Sangkelat,Tumbak Kyai Pleret dll. Sedang Barat, memberlakukan ilmu dan alam hanya sebatas obyek.
(esai liputan Padhang mBulan tanggal 21 Nopember 2010)
*) Penulis lahir di Jombang 24 Maret 1975. Redaktur Bulletin Lincak Sastra. Email: sabrank_bre@yahoo.com
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar