S.W. Teofani
http://sastra-indonesia.com/
Cahaya kembali pada cahaya. Cahaya berkumpul bersama cahaya. Hanya cahaya yang tahu cahaya.
Aku pahat huruf-huruf itu di diding kastil. Saat lelah menerobos pualam. Mencari celah menembus kegelapan. Bilah huruf itu menjelma kekuatan. Aku terhenti mengenang. Muasal diri bukan cahaya. Tapi ada cahaya pada diri. Kepada cahaya seharusnya diri berpulang. Dengan cahaya diri berjalan. Selain cahaya, pada diri adalah kegelapan-kegelapan yang harus dimusnahkan. Selain cahaya, pada diri adalah bagian-bagian yang harus dihancurkan. Maka diri menjadi pertarungan kegelapan dan benderang.
Peluh bercucuran. Darah berceceran. Sekeliling hilang. Aku tak tahu di mana gelap, di mana terang. Diam, lelah setelah pertarungan. Hingga lesap seluruh kesadaran. Pekat setiap penglihatan. Bergeming pada bisu paling muram.
Pelan…pelan terpejam. Pelan…pelan…teredam.
Setelahnya hilang, pada kehampaan paling lenyap.
Perlahan hadir terang. Datang begitu benderang. Menyilaukan. Mencemaskan. Tak selamanya manusia siap dengan cahaya. Tak selamanya Bani Adam bisa tanpa cahaya. Kutata hati, kuhela jiwa, hingga semua siap menyesap, tersesap, dan mengasap bersama cahaya.
Aku terlahir bersama cahaya, cahaya kasih, cahaya cinta, cahaya ilahiat yang memesona. Lalu aku bertumbuh, satu-satu cahaya itu padam, tepatnya kupadamkan. Kupungut kegelapan-kegelapan sepanjang perjalanan. Karena kulupa akan pulang. Dan tak tahu di mana jalan pulang.
Kulihat beberapa orang menbawa cahaya. Dalam redup dan nyala. Mereka merayap, terjerembab, tersaruk, terpental. Beberapa sampai tujuan dengan sinar semakin terang. Yang lain tanggal sebelum pelabuhan. Demikian yang kubaca pada kitab purba.
Ini waktuku menyisir kegelapan, karena nyala tinggal serpihan, cahaya telah muram. Meski sejumput, tetap kujaga. Berharap kembali benderang, menjelma nyala yang menuntunku pulang. Sekelilingku temaram. Tak jelas mana buram dan hitam. Putih pun berubah suram. Yang suram menghitam. Di sana tersembunyi setiap noda. Tertutup helai-helai dosa. Tak ada lagi pembeda mana warna mana rupa. Semua terperangkap dalam kesempurnaan pekat.
Nyala yang seberkas kuretas di ruas yang hanya seutas. Utas yang begitu keras tapi getas. Aku takut ia patah, kemana nyala itu kutatah? Kucari celah untuk mendedah tabir yang menyimpan gigir terang. Kulecut jiwa agar kukuh mendepa. Meniti jalan-jalan yang belum pernah kurentang. Mengungkai kelam-kelam yang menyembunyikan sinar. Hingga wujudku tak lagi berupa. Aku melupa semua yang bisa kuraba. Tinggal rasa-rasa tanpa bentuk nyata.
Kutemukan berkas lain. Meski samar, aku tahu, itu nyala tertutup mega. Terhalang dukana kabut senja. Dia mendekat. Aku merapat. Saling menggapai, serupa jiwa terluka rindu menyapa. Lalu kami bertukar kata.
“Nyalaku hampir padam, mungkinkan hadir lagi pijar?”
“Sinarku pun redup. Tapi, sebelumnya aku sesuatu yang tiada, lalu mengada dengan cahaya sempurna, itu pertanda kita bisa kembali menyala.”
“Kau yakin?”
“Jangan turuti keraguanmu, karena keraguan regu-regu kegelapan. Sedang keyakinan empu setiap benderang. Buang jauh-jauh mamang itu. Biarkan cahaya leluasa menghampirimu.
“Mengapa kau bersusah payah meyakinkanku. Bukankan jika kau biarkan aku meragu, tiada kerugian bagimu.”
“Kau pungut satu kegelapan lagi. Memindai kebaikan untuk sang lain, meski hanya seutas kata, membuat jiwa kita menyala. Membiarkan keburukan, meski bukan kita pelakunya, sama saja memadamkan cahaya. Akankah kita terang seorang? Sementara sekeliling gulita.
“Apa yang kau bicarakan? Mengapa kau begitu pemurah?
“Adakah cahaya hadir untuk meminta, cahaya mengada untuk memberi nyala.”
Aku diam, menekur kata-katamu, tapi kulihat nyalamu semakin nyata, aku mendambanya.
“Mengapa cahayamu kini nyata?”
“Karena ada kau tempatku menyatakannya. Cahaya butuh kegelapan untuk mengada. Atau laman-laman yang tak seterang dirinya.”
“Adakah yang lebih terang darimu?”
“Ha….ha..ha.., aku hanya temaram, bukan terang, masih ada cahaya di atas cahaya. Jika ada benderang, aku menjadi laman yang menyatakan hadirnya.”
“Adakah musabab lainnya?”
“Karena aku lepaskan cahayaku untukmu. Semakin kita lepas, cahaya semakin menyala. Lepaskan cahaya-cahaya yang ada padamu. Jangan kau tahan, agar nyalamu nyata.”
“Bagaimana?
“Urai seluruh berkas, ia akan menabur bias.”
“Aku tak bisa”
“Ketika kau berkata bisa, itulah berkas cahaya. Minimal untuk dirimu. Maka jiwamu akan menyala, kau ragu?”
Aku mengangguk di antara yakin dan tak mungkin.
“Kini kau tahu apa yang membuat cahaya menyala?”
“Ya..kau menabur kebaikan-kebaikan.”
“Yang kulakukan belum seberapa, tapi nyala itu telah nyata. Kau tahu sesuatu?”
“Maksudmu?”
“Jika kukatakan ini dengan bangga, nyala itu kembali tiada. Aku-kita-mengatakannya untuk menelisiknya. Kuberharap kau mendapatkan nyala yang kau damba.”
“Aku bersungguh mendapatkannya. Bersediakah kau membantuku?”
“Aku pun sedang menyalakan sinarku. Kita bisa saling jaga, tak akan berkurang nyalaku saat aku membantumu, justru semakin saja. Sebaliknya, kau tak akan kehilangan nyala karena membantuku atau yang lain, nyala itu akan nyata sempurna.”
Aku terdiam. Kulihat sebentuk celah, kau memberi isyarat. Lalu kita menjadi siluet, menembus kegelapan, memilih celah yang kita nantikan.
Ternyata di luar masih temaram, cahaya seperti menghilang. Hadir keriap kecemasan. Kau menenangkan.
“Kenapa cahaya sekeliling tiada sempurna?”
“Karena kau tak yakin dengan cahayamu. Kau berharap cahaya di luar dirimu.”
“Benarkah…”
Aku menekur kata-katanya. Lama, tapi keraguan itu masih ada.
“Ketika kau mempertanyakan yang tak ada, kegelisahan-kegelisahanmu menjelma tembok raksasa yang menghalangi cahaya.”
“Iya,” aku menjawab dengan kata sepatah saja.
Aku ngungun pada setiap rasa. Aku semakin rindu pada cahaya, cahaya diri yang pernah ada. Aku begitu merindukannya.
“Dimana ia, mengapa begitu lama tiada menyala?”
“Ketika kau kehilangnya cahaya, itulah saat hadirnya.
Aku merasa ada berkas menyala, begitu perlahan. Dalam diam, hatiku mengeja; Rabby..Engkau cahaya hati dan bumi, cahaya jiwa dan semesta, darimu dan kepadamu seluruh cahaya yang ada. Berkahi hidupku dengan cahaya.”
Aku membuka mata, kau masih di tempat semula. Kini kudapati bayang-bayangku pada dirimu.
Kau seperti ada untuk menjagaku, sampai bagian-bagian yang hilang pun kau kembalikan. Cahaya adalah bagian hidupku yang hilang, kau bantu aku memungutnya satu-satu. Kau tersenyum padaku, aku mengangguk pada ketenangan penuh. Lalu kita meninggalkan kegelapan demi kegelapan.
Menjumput nyala yang tersisa, menjadikannya benderang bagi semesta.
Kini kurasai hadirmu. Bukan kehadiran biasa. Tak kudapati wangi bunga, karena wewangi membuat kita lupa pada ketinggian cita. Rekahnya memanjakan mata hingga lalai pada apa-apa yang ada di balik wujudnya. Lalai itu yang memadamkan cahaya demi cahaya.
Kita beriring menyisir tebing. Tiada indah taman, tak juga ria kekupu. Yang ada hening telaga dan seluruh ketenangannya. Tak kulihat pelangi waktu, selain berkas-berkas cahaya yang enggan membentuk aurora.
Tak kutemui pelangi biru muda merah jambu. Keindahan pelangi membuat kita lupa pada asalnya: cahaya. Tanpa cahaya tak ada pembiasan pelangi, tak terlihat bunga-bunga yang mewangi.
Di sisimu aku menghela: Tak ada yang lebih indah dari pertemuan dua cahaya. Tiada bara pada sinarnya, tiada beku pada diamnya. Lalu kita melesap menuju Mahacahaya, yang bertengger pada arasy tertinggi. Kami mendengar bait-bait yang disenandungkan secara takzim. Serupa gema sayap pasukan burung-burung terbang membumbung. Tak kutengok lagi bentala yang jauh. Lesap pada cakrawala yang tak pernah kudepa.
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An-Nur: 35)
S.W. Teofani. Banyak menulis cerpen, telah menyelesaikan Novel Shih-lifo-shih
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Selasa, 12 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar