Selasa, 12 April 2011

Pernikahan Cahaya

S.W. Teofani
http://sastra-indonesia.com/

Cahaya kembali pada cahaya. Cahaya berkumpul bersama cahaya. Hanya cahaya yang tahu cahaya.

Aku pahat huruf-huruf itu di diding kastil. Saat lelah menerobos pualam. Mencari celah menembus kegelapan. Bilah huruf itu menjelma kekuatan. Aku terhenti mengenang. Muasal diri bukan cahaya. Tapi ada cahaya pada diri. Kepada cahaya seharusnya diri berpulang. Dengan cahaya diri berjalan. Selain cahaya, pada diri adalah kegelapan-kegelapan yang harus dimusnahkan. Selain cahaya, pada diri adalah bagian-bagian yang harus dihancurkan. Maka diri menjadi pertarungan kegelapan dan benderang.

Peluh bercucuran. Darah berceceran. Sekeliling hilang. Aku tak tahu di mana gelap, di mana terang. Diam, lelah setelah pertarungan. Hingga lesap seluruh kesadaran. Pekat setiap penglihatan. Bergeming pada bisu paling muram.

Pelan…pelan terpejam. Pelan…pelan…teredam.
Setelahnya hilang, pada kehampaan paling lenyap.

Perlahan hadir terang. Datang begitu benderang. Menyilaukan. Mencemaskan. Tak selamanya manusia siap dengan cahaya. Tak selamanya Bani Adam bisa tanpa cahaya. Kutata hati, kuhela jiwa, hingga semua siap menyesap, tersesap, dan mengasap bersama cahaya.

Aku terlahir bersama cahaya, cahaya kasih, cahaya cinta, cahaya ilahiat yang memesona. Lalu aku bertumbuh, satu-satu cahaya itu padam, tepatnya kupadamkan. Kupungut kegelapan-kegelapan sepanjang perjalanan. Karena kulupa akan pulang. Dan tak tahu di mana jalan pulang.

Kulihat beberapa orang menbawa cahaya. Dalam redup dan nyala. Mereka merayap, terjerembab, tersaruk, terpental. Beberapa sampai tujuan dengan sinar semakin terang. Yang lain tanggal sebelum pelabuhan. Demikian yang kubaca pada kitab purba.

Ini waktuku menyisir kegelapan, karena nyala tinggal serpihan, cahaya telah muram. Meski sejumput, tetap kujaga. Berharap kembali benderang, menjelma nyala yang menuntunku pulang. Sekelilingku temaram. Tak jelas mana buram dan hitam. Putih pun berubah suram. Yang suram menghitam. Di sana tersembunyi setiap noda. Tertutup helai-helai dosa. Tak ada lagi pembeda mana warna mana rupa. Semua terperangkap dalam kesempurnaan pekat.

Nyala yang seberkas kuretas di ruas yang hanya seutas. Utas yang begitu keras tapi getas. Aku takut ia patah, kemana nyala itu kutatah? Kucari celah untuk mendedah tabir yang menyimpan gigir terang. Kulecut jiwa agar kukuh mendepa. Meniti jalan-jalan yang belum pernah kurentang. Mengungkai kelam-kelam yang menyembunyikan sinar. Hingga wujudku tak lagi berupa. Aku melupa semua yang bisa kuraba. Tinggal rasa-rasa tanpa bentuk nyata.

Kutemukan berkas lain. Meski samar, aku tahu, itu nyala tertutup mega. Terhalang dukana kabut senja. Dia mendekat. Aku merapat. Saling menggapai, serupa jiwa terluka rindu menyapa. Lalu kami bertukar kata.

“Nyalaku hampir padam, mungkinkan hadir lagi pijar?”

“Sinarku pun redup. Tapi, sebelumnya aku sesuatu yang tiada, lalu mengada dengan cahaya sempurna, itu pertanda kita bisa kembali menyala.”

“Kau yakin?”

“Jangan turuti keraguanmu, karena keraguan regu-regu kegelapan. Sedang keyakinan empu setiap benderang. Buang jauh-jauh mamang itu. Biarkan cahaya leluasa menghampirimu.

“Mengapa kau bersusah payah meyakinkanku. Bukankan jika kau biarkan aku meragu, tiada kerugian bagimu.”

“Kau pungut satu kegelapan lagi. Memindai kebaikan untuk sang lain, meski hanya seutas kata, membuat jiwa kita menyala. Membiarkan keburukan, meski bukan kita pelakunya, sama saja memadamkan cahaya. Akankah kita terang seorang? Sementara sekeliling gulita.

“Apa yang kau bicarakan? Mengapa kau begitu pemurah?

“Adakah cahaya hadir untuk meminta, cahaya mengada untuk memberi nyala.”

Aku diam, menekur kata-katamu, tapi kulihat nyalamu semakin nyata, aku mendambanya.

“Mengapa cahayamu kini nyata?”

“Karena ada kau tempatku menyatakannya. Cahaya butuh kegelapan untuk mengada. Atau laman-laman yang tak seterang dirinya.”

“Adakah yang lebih terang darimu?”

“Ha….ha..ha.., aku hanya temaram, bukan terang, masih ada cahaya di atas cahaya. Jika ada benderang, aku menjadi laman yang menyatakan hadirnya.”

“Adakah musabab lainnya?”

“Karena aku lepaskan cahayaku untukmu. Semakin kita lepas, cahaya semakin menyala. Lepaskan cahaya-cahaya yang ada padamu. Jangan kau tahan, agar nyalamu nyata.”

“Bagaimana?

“Urai seluruh berkas, ia akan menabur bias.”

“Aku tak bisa”

“Ketika kau berkata bisa, itulah berkas cahaya. Minimal untuk dirimu. Maka jiwamu akan menyala, kau ragu?”

Aku mengangguk di antara yakin dan tak mungkin.

“Kini kau tahu apa yang membuat cahaya menyala?”

“Ya..kau menabur kebaikan-kebaikan.”

“Yang kulakukan belum seberapa, tapi nyala itu telah nyata. Kau tahu sesuatu?”

“Maksudmu?”

“Jika kukatakan ini dengan bangga, nyala itu kembali tiada. Aku-kita-mengatakannya untuk menelisiknya. Kuberharap kau mendapatkan nyala yang kau damba.”

“Aku bersungguh mendapatkannya. Bersediakah kau membantuku?”

“Aku pun sedang menyalakan sinarku. Kita bisa saling jaga, tak akan berkurang nyalaku saat aku membantumu, justru semakin saja. Sebaliknya, kau tak akan kehilangan nyala karena membantuku atau yang lain, nyala itu akan nyata sempurna.”

Aku terdiam. Kulihat sebentuk celah, kau memberi isyarat. Lalu kita menjadi siluet, menembus kegelapan, memilih celah yang kita nantikan.

Ternyata di luar masih temaram, cahaya seperti menghilang. Hadir keriap kecemasan. Kau menenangkan.

“Kenapa cahaya sekeliling tiada sempurna?”

“Karena kau tak yakin dengan cahayamu. Kau berharap cahaya di luar dirimu.”

“Benarkah…”

Aku menekur kata-katanya. Lama, tapi keraguan itu masih ada.

“Ketika kau mempertanyakan yang tak ada, kegelisahan-kegelisahanmu menjelma tembok raksasa yang menghalangi cahaya.”

“Iya,” aku menjawab dengan kata sepatah saja.

Aku ngungun pada setiap rasa. Aku semakin rindu pada cahaya, cahaya diri yang pernah ada. Aku begitu merindukannya.

“Dimana ia, mengapa begitu lama tiada menyala?”

“Ketika kau kehilangnya cahaya, itulah saat hadirnya.

Aku merasa ada berkas menyala, begitu perlahan. Dalam diam, hatiku mengeja; Rabby..Engkau cahaya hati dan bumi, cahaya jiwa dan semesta, darimu dan kepadamu seluruh cahaya yang ada. Berkahi hidupku dengan cahaya.”

Aku membuka mata, kau masih di tempat semula. Kini kudapati bayang-bayangku pada dirimu.

Kau seperti ada untuk menjagaku, sampai bagian-bagian yang hilang pun kau kembalikan. Cahaya adalah bagian hidupku yang hilang, kau bantu aku memungutnya satu-satu. Kau tersenyum padaku, aku mengangguk pada ketenangan penuh. Lalu kita meninggalkan kegelapan demi kegelapan.

Menjumput nyala yang tersisa, menjadikannya benderang bagi semesta.

Kini kurasai hadirmu. Bukan kehadiran biasa. Tak kudapati wangi bunga, karena wewangi membuat kita lupa pada ketinggian cita. Rekahnya memanjakan mata hingga lalai pada apa-apa yang ada di balik wujudnya. Lalai itu yang memadamkan cahaya demi cahaya.

Kita beriring menyisir tebing. Tiada indah taman, tak juga ria kekupu. Yang ada hening telaga dan seluruh ketenangannya. Tak kulihat pelangi waktu, selain berkas-berkas cahaya yang enggan membentuk aurora.

Tak kutemui pelangi biru muda merah jambu. Keindahan pelangi membuat kita lupa pada asalnya: cahaya. Tanpa cahaya tak ada pembiasan pelangi, tak terlihat bunga-bunga yang mewangi.

Di sisimu aku menghela: Tak ada yang lebih indah dari pertemuan dua cahaya. Tiada bara pada sinarnya, tiada beku pada diamnya. Lalu kita melesap menuju Mahacahaya, yang bertengger pada arasy tertinggi. Kami mendengar bait-bait yang disenandungkan secara takzim. Serupa gema sayap pasukan burung-burung terbang membumbung. Tak kutengok lagi bentala yang jauh. Lesap pada cakrawala yang tak pernah kudepa.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An-Nur: 35)

S.W. Teofani. Banyak menulis cerpen, telah menyelesaikan Novel Shih-lifo-shih

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae