Seno Joko Suyono, Dwijo Maksum, Imron Rosyid,
Lucia Idayani, Istiqomatul Hayati, Nurdin Kalim
http://majalah.tempointeraktif.com/
Di atas pintu depan toko itu hanya terlihat papan kayu biru kusam bertuliskan “SURABAYA”. Toko di Jalan Dhoho, Kediri, itu menjual bahan makanan seperti abon, dendeng, ke-rupuk. Pada era 30-an, toko itu bernama “SOE-RABAIA”, terkenal sebagai pusat penjualan ban Dunlop dan onderdil mobil.
Berjajar dengan toko tersebut terdapat bangunan 12 meter persegi yang kini sehari-hari berfungsi sebagai tempat praktek dokter gigi. Dari foto 1930-an, dapat diketahui bangunan itu dahulu sebuah toko buku yang pemiliknya juga pemilik toko onderdil itu. Papan namanya berbunyi TOKO TAN KHOEN SWIE, SEDIA BOEKOE DJAWA MELAJOE DAN OLLANDA.
Dari toko itulah mengalir buku-buku pujangga Jawa tersohor, seperti Kalatida karya Ronggowarsito, Kitab Wulangreh karya Sri Susuhunan Pakubuwono IV, atau Wedatama karya Mangkunagoro IV. Juga buku lain karangan R. Ngabehi Yosodipuro, pujangga Pad-mosusastro, Suwandi Tjitrowasito, dan sebagainya.
Boleh dibilang nama besar para pujangga itu tidak akan muncul tanpa peran toko buku itu. Sekitar tahun 1920-an buku-buku itu dijual dengan harga 0,35 – 0,95 gulden. Mulanya penerbit itu menyebarkan buku-buku beraksara Jawa Kuno. Tapi, sejak 1950-an, mereka menerbitkan buku-buku beraksara Latin.
Banyak orang lupa kebesaran nama Tan Khoen Swie. Baru pada 2001, Pemerintah Kota Kediri membentuk Panitia Penelusuran Pelestarian dan Pengembangan Wisata dan Budaya yang mendata tempat-tempat bersejarah di kotanya dan menemukan ribuan buku di sebuah toko di Jalan Dhoho. Semua kaget dan sadar, itulah bekas tempat Tan Khoen Swie tinggal, dan di Kota Kediri pernah ada sebuah penerbit yang pendiriannya (1883) mendahului Balai Pustaka (1917).
“Ya, inilah sisa peninggalan kakek buyut saya,” kata drg Gani, 43 tahun, yang buka praktek di situ. Ia bukan ahli waris buku-buku peninggalan Tan Khoen Swie, melainkan dialah yang setiap hari merawat dan menjaga “harta karun” itu.
Gani tinggal bersama anak-istrinya di lantai dua. Di lantai tiga, di ruangan seluas 20 meter persegi dengan arsitektur mirip kelenteng itu, tersimpan ribuan buku milik Tan, baik yang sudah dicetak maupun yang masih tedhakan (tertulis tangan) di buku skrip.
“Pada masa itu buku terbitan Tan Khoen Swie memang dibutuhkan banyak orang, banyak menjadi buku pegangan masyarakat Jawa,” kata Prof Sumarsono, dosen Sastra Jawa UGM. Menurut Dr Budyapradipta, dosen Sastra Jawa UI, pada zaman tahun 1940-an buku kesusastraan Jawa banyak diterbitkan oleh Balai Pustaka, Kulf, Van Dorp, atau penerbit Belanda, E.Y. Brill. Tapi dari semua penerbit itu, kelihatannya Tan Khoen Swie yang paling populer sampai ke rakyat jelata.
“Buku-buku keluaran Tan praktis, mudah dimengerti pembaca umum,” kata Budya. Budya menampik pendapat bahwa buku-buku terbitan Tan rendah mutunya. “Kendati yang diterjemahkan karya klasik, bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Tengahan yang termasuk modern, efisien, dan efektif. Bahasanya tidak banyak pengulangan, tidak banyak kata-kata mubazir, ketat,” ia menambahkan.
Buku produksi Tan tipis-tipis. Bahannya dari kertas murahan kertas merang. Terjangkau masyarakat kecil. “Waktu itu, tahun 50-an, saya suka baca primbon yang diterbitkan Tan karena dalam primbon banyak ditampilkan tanda-tanda wanita. Misalnya kalau berwajah bundar tandanya gimana, lonjong gimana, tanggal berapa nafsunya ha-ha-ha…,” kata Dr Budyapradipta mengenang.
Salah satu kiprah luar biasa Tan adalah ia sering mengundang para pengarang dari Yogya, Solo, Bojonegoro, Surabaya, sampai Lumajang ke rumahnya dan membiayai mereka menulis. “Tan itu maesenas,” kata Sardono W. Kusumo. Salah satu pengarang Jawa tersohor yang sering menginap di rumah Tan adalah Padmosusastro. George Quinn, peneliti Universitas Northern Territory, Darwin, dalam bukunya The Novel in Javanese menyebut Padmosusastro bapak sastra Jawa modern.
Itu lantaran Padmosusastro, menurut Quinn, memelopori cara bercerita modern (gagrak anyar) dalam sastra Jawa. Pada 1900 ia menulis novel Rangsang Tuban yang sangat modern. Padmosusastro juga dikenal sebagai jurnalis. Ia pernah memimpin koran Jawa Bramartani dan majalah berbahasa Jawa Jawi Kandha. Tidak seperti Ronggowarsito yang hanya tinggal di Solo, dia melakukan petualangan ke Belanda, Batavia, melakukan reportase jurnalistik.
Dialah yang pada 1890 melakukan klasifikasi sistematik terhadap serat-serat yang dimiliki keraton, dan bergaul akrab dengan para peneliti Belanda seperti J.A. Wilkens, G.A.J. Hazeu. Tahun 1911 ia penulis aneka tata bahasa Jawa, seperti Paramabasa, Layang Basa Jawa. Tahun 1914 Tan menerbitkan bukunya, Serat Subasita. Tan juga dikenal menulis ulang Serat Pustakaraja, Serat Paramayoga, karya Ronggowarsito, dengan versinya sendiri.
“Tan mengajak para penulis seperti Padmosusastro tinggal di rumahnya selama berbulan-bulan untuk menulis di kebun, bersemadi di sana, menggali inspirasi dan difasilitasi. Jika ada yang menghasilkan satu karya, maka karyanya itu akan diterbitkan,” tutur Sardono W. Kusumo, yang meneliti kehidupan Padmosusastro. Selain Padmosusastro, penulis yang sering menginap di rumah Tan adalah R. Tanojo, pengarang terkenal Serat Nitimani, buku yang mengulas rahasia lika-liku senggama suami-istri.
Kita masih dapat melihat ruangan-ruangan bekas para “tamu agung” itu. Untuk mencapai lantai tiga rumah Tan, kita harus melalui lorong bertangga yang dipenuhi kamar. Menurut Gani, kamar-kamar tersebut dulu dipakai tidur berbulan-bulan oleh para penulis itu. Tempat Tan mengajak para tamunya bermeditasi juga masih ada sekarang. Bentuknya sebuah bangunan setengah lingkaran dengan ornamen lubang di kiri-kanannya, dilengkapi relief-relief bergaya Buddha.
Pada 1953, Tan meninggal. Ia disemayamkan di bong (pemakaman) Cina di lereng Gunung Klotok, Kota Kediri. Sampai akhir hayatnya, sudah 400-an buku yang diterbitkannya. Michael Tanzil, putra ketiganya, seorang arsitek lulusan Illinois Institute of Technology dan pernah menjadi fotografer di Associated Press, melanjutkan napas kehidupan toko buku. Michael Tanzil selama itu juga menerbitkan beberapa buku baru dan mencetak ulang beberapa buku lama, bekerja sama dengan penerbit lain.
“Toko buku ini mulai tidak terurus sekitar 1962, ketika ditinggal Michael Tanzil ke Jakarta,” tutur Gani. Apalagi setelah Michael pada 14 Maret 1993 meninggal dunia.
l l l
Tak ada yang tahu persis kapan Tan Khoen Swie dilahirkan. Namun, dari berbagai referensi, diper-kirakan ia lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, sekitar 1833. Dari foto-foto lama, terlihat sosoknya gagah. Rambutnya panjang dikuncir. Dan selalu berkumis. Dia vegetarian.
Sebelum datang ke Kediri, ia bekerja sebagai tukang rakit penyeberangan di Bengawan Solo. Syahdan, ia sering mencuri dengar pelajaran di Sekolah Kesatrian milik Sri Sunan Pakubuwono. Suatu hari dia ketahuan, kemudian oleh si guru dipanggil dan disuruh ikut belajar.
Tan menikah dengan gadis asal Surabaya bernama Liem Gien Nio. Setelah menikah inilah dia mencoba memulai usahanya di Kediri sebagai penerbit. Namun, saat itu usahanya tak bisa diandalkan karena ketatnya aturan pemerintah kolonial tentang usaha penerbitan. Ia lalu berdagang, mulanya membuka toko onderdil mobil, lalu toko kerupuk.
Ia kemudian bisa bersahabat akrab dengan Padmosusastro (1843-1926), pujangga keraton yang juga Kepala Perpustakaan Radya Pustaka. Dari sinilah tampaknya ia mendapat akses untuk mendapatkan buku-buku di lingkungan keraton. Padmosusastro sendiri seolah bagian dari dewan redaksi penerbitan Tan Khoen Swie.
Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Kasunanan Surakarta, GPH Puger, mengakui peran penerbit Tan Khoen Swie dalam penyebaran pengetahuan yang sebelumnya hanya diketahui oleh orang-orang di lingkungan keraton. Hampir seluruh hal yang ber-kaitan dengan keraton dibukukan oleh Tan. “Itu menjadikan masyarakat luar kemudian bisa meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang keraton, misalnya dalam hal cara berbusana,” kata GPH Puger.
Tapi agaknya Tan tak hanya memburu buku dari lingkungan keraton. Slamet Riyadi, ahli sastra Jawa dari Balai Bahasa Yogya, misalnya, menemukan: Tan pernah membeli Serat Sastra Harjendra dari I Wayan Jiwa, seorang warga Bali yang menguasai ilmu kesempurnaan agama Buddha, dengan imbalan Rp 25.
Menurut Sardono, sering Tan menawarkan buku-nya door to door. Itu membuat komunitas pergaulannya meluas. “Terbitan Tan Khoen Swie jenisnya macam-macam, saya kira dia menerbitkan buku-buku itu karena melihat pasar yang latar belakangnya beragam,” kata Drs Kartika, pengajar Sastra Jawa UGM.
Tan aktif dalam bisnis, dunia kebatinan, juga perkumpulan menentang Belanda. Pada 1935, ia menjabat redaktur sekaligus pemimpin redaksi sebuah majalah bulanan di Kediri yang memuat paham kebatinan Konghucu, Tao, Buddha Tionghoa berbahasa Melayu. “Menurut cerita para sesepuh keluarga kami, Tan Khoen Swie adalah pengurus Kioe Kok Thwan, organisasi masyarakat Tionghoa di Kediri.”
Militansi Tan Khoen Swie dalam menentang penjajahan terlihat saat ia menerbitkan buku Atoeran dari Hal Melakoeken Hak Perkoempoelan dan Persidangan Dalem Hindia-Nederland, yang dikarang oleh R. Boedihardjo, Patih Lumajang, cetakan 1932. Juga buku Tjinta Kebaktian pada Tanah Air, terbit-an 1941.
l l l
“Suami saya pernah ditahan sekitar tiga bulan,” kata Yuriah Tanzil, istri almarhum Michael Tanzil, putra bungsu Tan yang meneruskan mengelola penerbitan. Yuriah kini ahli waris buku-buku Tan. “Suami saya dianggap melanggar susila,” ia mengenang. Michael Tanzil akhir 1960-an menerbitkan buku Aji Asmorogomo, buku tentang seni hubungan suami-istri untuk mendapat keturunan. Dalam edisi cetak, buku itu dilengkapi dengan foto ilustrasi -adegan suami-istri. “Belum sempat beredar sudah disita,” tutur Yuriah.
Buku lain terbitan Tan Khoen Swie yang dilarang beredar pada zaman Michael adalah Gatolotjo dan Darmogandoel. Michael lalu menerbitkan ulang Gatolotjo karangan RM Suwandi, Surakarta. Pada zaman bapaknya, kulit buku setebal 145 halaman itu bertuliskan Gatolotjo. Anjariosaken Bantahipun Gatolotjo Tanding Kalijan Dewi Perdjiwati, Dados Lambang Pamoring Djalu Wanito, Tuwin Dumadosipun Widjining Menuso. Buku itu seharga 1,75 gulden. Pada zaman Belanda, penjualannya aman-aman saja. Tapi di bawah pemerintah Orde Baru, Gatolotjo dianggap melecehkan agama.
Ada kisah pahit, ada kisah menyenangkan. Yuriah masih ingat, pada 1980-an, American Congress di Jakarta pernah meminjam sekitar 50 koleksi buku terbitan Tan Khoen Swie. Buku-buku itu akan didokumentasikan dalam bentuk mikrofilm. Juga suatu kali ia mendapat kabar dari anaknya, Nila Lestari yang kuliah di Belanda, bahwa ternyata buku-buku terbitan Tan Khoen Swie tersimpan di Universitas Groningen. “Anak saya kaget waktu melihat buku-buku terbitan kakeknya di sana.”
Kini sudah lima tahun pemerintah Kediri membentuk Tim Penelusuran Sejarah Tan Khoen Swie. Saat itu pemerintah Kediri bermaksud menghimpun kembali semua terbitan Tan Khoen Swie. “Tim ini bertugas melacak dan mendapatkan kembali buku-buku terbitan Tan Khoen Swie dari berbagai sumber, termasuk dari Solo dan Yogya,” kata Kusharsono, ketua tim.
Waktu itu tak kurang dari Wali Kota Kediri Drs H Maschut menyatakan, “Jika diizinkan, pemerintah kota akan mencetak ulang dan memasukkan buku-buku itu ke Museum Airlangga, sebagai bukti atas pengakuan bahwa karya Tan Khoen Swie merupakan bagian dari sejarah Kota Kediri.”
Menurut drg Gani, sikap seluruh ahli waris menyambut niat baik Pemerintah Kota Kediri. Apalagi bila buku-buku Tan Khoen Swie ditempatkan di Museum Airlangga, museum yang terletak di kawasan wisata Goa Selomangleng. Tapi hingga kini janji tak kunjung terealisasi. Bangunan itu kini masih kosong-melompong.
Tapi, paling tidak, satu langkah telah dimulai. Terbit-nya Babad Kadhiri.
Seno Joko Suyono, Dwijo Maksum (Kediri), Imron Rosyid (Solo), Lucia Idayani (Yogyakarta), Istiqomatul Hayati, Nurdin Kalim (Jakarta)
07 Agustus 2006
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar