Selasa, 12 April 2011

“Horison” dan Generasi Pasca-Orba

Binhad Nurrohmat*
Kompas, 24 Des 2006

Life begins at forty, kata orang, dan tahun ini majalah Horison berumur 40 tahun—sebuah rekor hidup majalah kesusastraan yang belum tertandingi di negeri ini. Majalah kesusastraan berbahasa Indonesia itu lahir setelah kekuasaan Orde Lama tutup buku dan ketika kekuasaan Orde Baru baru berdiri. Majalah bulanan yang legendaris itu terbit pertama kali pada Juli 1966 dengan SIT No.0401/SK/DPHM/SIT/1966, 28 Juni 1966 dan SIUPP No.184/SK/MENPEN/SIUPP D.I/1986, 3 Juni 1986.

Di tengah keterbatasan pada mula kelahirannya, Horison mampu gigih dan bergairah membangun dirinya dalam kesunyian dan keterpencilan. Kantor Horison berpindah-pindah tempat, susunan pengelolanya berulang bongkar pasang, dan kondisi keuangan perusahaan yang darurat.

Kegigihan dan gairah itu bukan tanpa hasil. Horison melahirkan sastrawan “Generasi Horison” (Subagio Sastrowardoyo, Bakat Alam dan Intelektualisme, 1971) yang menjadi barisan penting kesusastraan Indonesia: Goenawan Mohamad, Budi Darma, Iwan Simatupang, Taufiq Ismail, Subagio Sastrowardoyo, Umar Kayam, Sapardi Djoko Damono, Rendra, Danarto, Sutardji Calzoum Bachri, Putu Wijaya, dan Hamsad Rangkuti.

Deretan nama-nama ini hanya sebagian contoh sastrawan yang menggerus energi kreatif terpentingnya sepanjang 1960-an hingga 1980-an dan berjuang agar karyanya dipajang di lembaran Horison. Mereka merintis karier kesusastraan, mendapat ruang kebebasan bereksperimen, dikenal khalayak luas, dan memantapkan posisi kesastrawanan melalui Horison yang sekian dekade lalu menjadi pusat parameter kesusastraan yang paling berpengaruh di Tanah Air.

Hebatnya, sastrawan “Generasi Horison” itu memiliki karakter, wawasan, dan bentuk kesusastraan yang beragam meski berproses dalam sebuah majalah yang sama. Ada puisi Sutardji Calzoum Bachri, Sapardi Djoko Damono, dan Goenawan Mohamad maupun prosa Danarto, Iwan Simatupang, Umar Kayam, Putu Wijaya, dan Budi Darma— yang sampai kini dianggap tonggak utama kesusastraan Indonesia.

Pada masa keemasannya, redaksi Horison sungguh jeli menangkap potensi pertumbuhan dan keberagaman dalam kesusastraan sehingga Horison memberikan sesuatu yang berharga bagi kesusastraan dengan bermodal dedikasi dan keterbatasan infrastrukturnya.

Kini prasarana Horison jauh lebih baik ketimbang dulu. Untuk merawat prestasi cemerlang itu, Horison mesti bertanding dengan masa keemasannya sendiri dan berupaya mencapai prestasi selanjutnya dalam situasi dan kondisi negeri serta kehidupan media massa yang sudah sangat berbeda.

Kelahiran Horison menandai lahirnya gairah kesenian dan kebudayaan yang sedang merekah bersama berdirinya kekuasaan Orde Baru (Orba)—setelah melewati masa keras dan gemuruh, penuh spanduk slogan, pertarungan dan intrik yang ganas dalam kehidupan politik dan kebudayaan di negeri ini pada 1960-an.

Dalam situasi sosial-politik di masa Orba, pada mulanya, keberadaan Horison dan para pengelolanya—kaum Manifes Kebudayaan itu—berada di atas angin dan memiliki kebebasan yang luas dan besar untuk “melanjutkan” keyakinan dan visi kebudayaan Humanisme Universil.

Pada masa Orde Lama, Humanisme Universil dan kelompok Manifes Kebudayaan (yang gigih mendukungnya) merayap di bawah tanah karena diserang habisan-habisan oleh kelompok Lembaga Kebudayaan Rakyat yang menganut Realisme Sosialis dalam kesenian dan kebudayaan.

Kelahiran Horison merupakan bentuk “kemenangan” kelompok Manifes Kebudayaan (yang oleh kelompok Lembaga Kebudayaan Rakyat diperolok dengan sebutan “Manikebu”) itu.

Kelahiran Horison tak lepas dari latar historis sosial-politik di negeri ini, dan bukan tanpa pengaruh (atau konsekuensi?): absennya kecenderungan kesusastraan yang kritis terhadap tirani kekuasaan Orba.

Dari “Horison” ke koran

Pada masa keemasan Horison muncul sejumlah reaksi tandingan. Majalah Aktuil yang terbit di Bandung pada dekade 1970-an melawan kemapanan dan “kesakralan” kesusastraan Horison. Majalah Aktuil dipimpin oleh Remy Sylado yang terkenal dengan Gerakan Puisi mBeling yang dikembangkan melalui majalahnya itu. Di kota dan dekade yang sama diselenggarakan Pengadilan Puisi yang menggugat “hegemoni” kesusastraan Horison dan para sastrawannya.

Munculnya reaksi-reaksi tandingan itu menunjukkan adanya anggapan kuatnya pengaruh Horison dalam kesusastraan di Tanah Air. Reaksi-reaksi itu merupakan mutu sikap serta karakter suatu generasi kesusastraan di negeri ini yang memiliki nyali budaya tanding dan menolak takluk kepada dominasi atau hegemoni kesusastraan tertentu.

Selain itu, pertumbuhan media massa koran selepas 1970-an yang membuka lembaran kesusastraan membuat media kesusastraan kian meluas dan pelakunya makin banyak. Lembaran kesusastraan di koran yang terbit rutin sekali seminggu lebih banyak menampung pertumbuhan dan aktualisasi kesusastraan ketimbang Horison yang terbit bulanan.

Ajang kompetisi dan aktualisasi kesusastraan perlahan bergeser ke koran atau setidaknya Horison tak lagi menjadi satu-satunya kiblat kompetisi maupun aktualisasi kesusastraan sehingga pengaruh Horison tak sebesar dan sekuat sebelumnya.

Karya, polemik, isu, dan perdebatan kesusastraan yang dianggap penting atau fenomenal sejak 1980-an (hingga sekarang) pun munculnya di koran, bukan di Horison. Misalnya, pada 1980-an terjadi perdebatan panjang Sastra Kontekstual dan pada 1990-an merebak polemik Puisi Gelap, Sastra Koran, Revitalisasi Sastra Pedalaman, Sastra Reformasi, dan Sastra Saiber di koran Jakarta maupun daerah. Tiras yang besar dan peredaran yang luas membuat karya, polemik, isu, dan perdebatan di koran lebih bergema.

Sejak 1980-an lahir “Generasi Sastra Koran” yang cenderung inklusif dan rileks ketimbang generasi sastra sebelumnya, lebih sadar dan peka kenyataan sekeliling dan menjadikannya sumber penciptaan, serta mewarisi watak koran sebagai media yang industrial.

Realitas kesusastraan di koran yang pada mulanya dianggap “sastra rendahan dan dangkal” kemudian makin memendarkan pamor nilai dan wibawa kesusastraannya, melahirkan kesemarakan dan keberagaman kesusastraan, menjadi sumber pengaruh yang kuat, dan para tokohnya menjadi pemuka kesusastraan Indonesia sejak 1980-an hingga sekarang.

Kesusastraan di Horison bertanding dengan kesusastraan di koran mestinya tak terelak dalam ajang kesusastraan yang kian kompetitif ini. Jika menghindar, Horison akan meluputkan puncak-puncak kondisi aktual kesusastraan di Tanah Air.

Horison masa kini yang memilih terjun ke sekolah untuk menyebarkan “pendidikan” kesusastraan memang sangat membantu kurikulum kesusastraan di sekolah dan meningkatkan apresiasi kesusastraan para pelajar. Tapi, kerja keras keluar-masuk sekolah di banyak pelosok Tanah Air itu membuat Horison kehilangan energi dan konsentrasi untuk menjadi penjemput bola terdepan kesusastraan, terutama karya-karya penting dekade pertama “Generasi Sastra Pasca- Orba” itu.

Apakah itu semata konsekuensi dari sebuah pilihan?

* Binhad Nurrohmat, Penyair
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2006/12/esai-horison-dan-generasi-pasca-orba.html

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae