Aang Fatihul Islam
http://sastra-indonesia.com/
Ribuan butiran air hujan menetes dari langit, pepohonan mengayun-ayunkan ranting-rantingnya. Dedaunan dan bebatuan menengadah ke atas langit bermunajat pada Sang Pencipta atas apa yang telah terjadi di belahan bumi ini. Lekukan bumi mengendap-endap dalam fatamurgana yang teretas percikan-percikan api neraka yang merayap lewat desiran udara yang begitu menyengat. Burung-burung berkicau riuh dan nampak sumbang tidak seindah dulu lagi seakan ada perubahan atmosfir yang memekikkan kehidupan mereka. Alam seakan muak dengan hiruk pikuk yang melilit bumi dalam keangkuhan dan ketidaksenonohan yang terus terjadi dan terjadi. Desahan alam sudah tidak seindah dulu lagi, kamuflase demi kamuflase telah menutupi keindahan mereka dalam debu-debu kemunafikan dan kecongkakan. Kala itu eksotisme alam seakan hilang dan beruba menjadi nuansa duka.
Aku melihat para dalang memainkan perannya dan banyak wayang yang berparaskan Rahwana mempunyai misi untuk menculik keindahan alam yang kian hari kian redup. Keindahan suatu nilai seakan sudah tergantikan dengan uang. Idealisme kerap menjadi hilang tatkala uang bergelimpangan di mata. Sublimasi kehidupan yang kian pelik terkapar dalam bayang-bayang warna-warni pelangi kehidupan yang warna aslinya sudah pudar. Sang Semar pun tiba-tiba menghilang dan keberadaanya tergantikan oleh para dewa yang suka berperilaku dholim pada para rakyat jelata. Tidak ada lagi dinamisasi di belahan bumi tatkala pemegang pengendali sudah tiada. Nilai-nilai yang diajarkan sang semar mulai redup dan butuh sepercik cahaya yang mampu menuntunnya ke jalan yang indah.
Suara-suara keadilan kerap keluar dari para sosok yang idealis akan tetapi suara-suara itu terdengar hampar dan klise. Tersimpan kebohongan di balik suara-suara itu. Aku berada di tengah-tengah sumber suara-suara itu berasal. Sekonyong-konyong ada suara kecil keluar dari salah satu gerombolan para demonstran itu. “Kalau saja tidak di kasih uang aku tidak mau berteriak-teriak dan berpanas-panasan di nawah terik matahari seperti ini. Biarlah kita terlihat sok idealis yang penting kita dapat uang hahaha, celoteh salah satu dari mereka. Rakyat kecil saja tidak mau mencoblos ketika ada pemilihan wakil rakyat tanpa adanya uang apalagi kita hahaha”.
Siang itu berlalu dan berganti menjadi petang. Kala itu mendung hitam pekat diiringi letupan-letupan cahaya halilintar dan suara ledakan petir yang menyambar bagaikan cemeti raksasa yang disabetkan di atas awang-awang. Seliweran masyarakat Jambangan berlalu lalang mencari kebutuhan mereka sehari-hari. Yanto berjalan menuju pelataran halaman rumah Pak Kasdi dengan menggunakan payung dari kulit pohon pisang.
“Tok…tok….tok…Pak Kasdi….?”
“ya silahkan masuk To (jawab Pak Kasdi)
“ ada yang bisa saya bantu To? (Tanya Pak Kasdi)
“begini Pak istri saya hamil dan ngidam ingin pisang raja apa Bapak ada?” (jawab Yanto). “Oh ya ada To”, “ngomong-ngomong soal ngidam aku juga lagi ngidam To” (kata Pak Kasdi dengan nada agak nyengir)
“Pak Kasdi ngidam apa?” (Tanya Yanto)
“aku ngidam ingin jadi orang kaya apakah kamu bisa bantu?” (sambil berfikir Anto lantas berkata)
“bisa Pak tapi Bapak harus mau korupsi hehe”
“apa itu korupsi To?” (Tanya Pak Kasdi)
“Korupsi itu memakan barang yang bukan haknya”.
“Oh itu ma gampang sudah setiap hari aku memakan barang yang bukan menjadi hakku hahaha” (sambil ketawa cengengesan).
Selang beberapa waktu Yanto minta pamit pada Pak Kasdi dan ingin menindak lanjuti keinginan Pak Kasdi dan juga keinginan Yanto yang sama-sama juga ngidam pingin jadi orang kaya. Hari berikutnya Yanto dan Pak Kasdi bersepakat untuk membikin usaha dan berjualan di “Pasar Korupmaju”. Mereka meminjam modal dari “Bank Sukurjadi”. Mereka meminjam uang sebanyak lima juta untuk modal awal dan supaya usaha mereka cepat berhasil mereka melakukan berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya misalnya dengan melakukan ketidak jujuran dan penipuan.
“To beras ini supaya kita dapat keuntungan yang banyak dalam waktu singkat kita apakan ya? (Tanya Pak Kasdi)
“ gampang Pak kita masukin aja batu di dalamnya agar timbangannya bertambah berat, mantap kan ide saya?
“ oh ya pintar juga kamu To, tidak salah aku memilih kamu menjadi partnerku hahaha”.
Tapi lagi-lagi penyakit ngidam turun temurun dari rakyat kecil seperti Anto dan Kasdi yang ngidam ingi jadi orang kaya dengan melakukan ketidak jujuran. Penyakit ngidam pun juga merambah pada Aparat Desa Ngawursari. Ini terlihat ketika Yanto dan Kasdi minta surat keterangan penghasilan dan surat keterangan penduduk Aparat Desa dengan nyantainya ia ngomong pada mereka berdua.
“Kalau kalian ngidam pingin jadi orang kaya aku pun juga sama haha. Maka supaya penyakit ngidam kita berimbang maka kamu harus membayar sejumlah uang buat sumbangan pribadi dompet saya haha.”
“Baiklah Pak kita juga ngerti kok, tali raffia tali sepatu, sesama mafia harus bersatu ha..ha..ha…”.(jawab Yanto dan Kasdi cengengesan)
Keesokan harinya Yanto dan Kasdi berangkat ke pasar dan melanjutkan kemafiaannya dengan korupsi kecil-kecilan bahasa orang kecilnya. Hari demi hari berlalu,Yanto dan Kasdi menjadi saudagar kaya raya dan kebiasaannya makin menjadi-jadi. Setelah mereka kaya mereka pun ngidam lagi pingin menjadi orang atas. Yanto ingin jadi kepala Desa sedangkan kasdi ingin jadi Caleg. Keduanya pun melakukan aksinya lagi dengan memberikan sejumlah uang sogokan pada masyarakat agar mereka dipilih. Ya hari gini masyarakat sudah semakin tidak percaya lagi terhadap wakil rakyat. Yang dipilih ya yang ngasih uang bukan yang Cuma modal kepercayaan, sudah tidak zamannya lagi.
Setelah kurang lebih dua minggu pemilihan pun dilaksanakan baik pemilihan Kades maupun pemilihan Caleg walaupun waktunya tidak sama. Tim sukses pun melancarkan aksinya untuk melakukan advokasi terhadap rakyat kecil yang tidak mengerti apa-apa. Rakyat kecil pun tergiur dengan serbuan uang-uang yang diberikan pada mereka dengan bermodal uang hasil korupsi kecil-kecilan yang waktu demi waktu menjadi modal untuk dapat melakukan korupsi gede-gedehan. Entah ngidam apa lagi yang ada dalam otak mereka berdua? Apakah ngidam yang lebih besar lagi yaitu ingin menjadi orang kaya dengan cara yang lebih professional dengan cara mengeruk uang rakyat setelah mereka jadi wakil rakyat.
“Ya untuk jadi wakil rakyat harus mengeluarkan banyak uang. Jadi wakil rakyat tidak bisa dengan modal dengkul jadi ketika jadi wakil rakyat minimal kembali modal lah, ha…ha…ha…”. (Itulah celoteh mereka ketika berbincang satu sama lain).
Langit senja nampak kebiruan dengan mega mendung mengapung di bawahnya, melayang-layang di angkasa seperti penggambaran kayangan yang ada dalam cerita dewa-dewa. Aku begitu resah dalam suasana yang tidak karuan. Pandanganku terasa begitu gelap dikelilingi hawa panas mengendap-endap dalam atmosfer udara. Aku memberanikan diri secara diam-diam berkelilinhg desa sambil melihat situasi perkembangan politik pemilihan Kades dan juga pemilihan Caleg. Lagi-lagi situasi janggal yang ia temui. Nampak para pengidam jabatan sedang memperjual belikan kekuasaan. Demi kekuasaan dan kedudukan mereka rela mengeluarkan banyak modal untuk mengeruk modal lebih banyak lagi dari rakyat. “Ya itulah penyakit lama para pemimpin kita dari masa ke masa terus di warisi ehm…..” (gerutu hati Slam jengkel).
Setelah pemilihan usai akhirnya Pak Yanto dan Pak Kasdi jadi wakil rakyat juga dan mereka merayakan kekuasaannya dengan mengundang penyanyi dangdut terkenal, pesta pun di gelar di depan rumah sambil mabuk-mabukan. Mereka merasa sukses ngidam menjadi orang kaya yang lebih professional. Bedanya kalau dulu ngidamnya ingin jadi kaya dengan korupsi kecil-kecilan, tapi sekarang bisa korupsi gede-gedehan. Sunnguh pucuk dicita ulam tiba, apa yang mereka inginkan telah terkabul. Mereka merasa puas dengan semua itu. Aku semakin merasa gusar ketika melihat para pemimpin di negeri ini berperilaku seperti para cukong yang mengangkang dan memanfaatkan rakyat kecil yang tidak mengerti realita politik yang begitu kejam dan hitam pekat.
Yang menyedihkan lagi diantara para calon wakil rakyat yang tidak terpilih banyak yang stress, ada yang gila mendadak dengan mencopot pakaian sambil berteriak, ada yang meluapkan kekecewaan mereka pada kenyataan dengan mabuk-mabukan. “Beginikah mentalitas dan moral para pemimpin kita? Sungguh menyebalkan” (gerutuku). Aku pun muak dengan realitas yang begitu buram dan penuh dengan ketidak jelasan. Para penghuni langit lebih suka mencipratkan nanah dan darah ke bumi daripada hujan. Padahal penghuni bumi kekeringan. Yang mereka butuhkan saat ini bukan nanah dan darah tapi siraman air hujan.
Bulan berikutnya Aku berjalan lagi menelusuri kota Subahaya menyaksikan pemilihan Caleg, Wali kota dan juga pemilihan Gubernur setahap demi setahap. Ia perhatikan gerak gerik mereka dari kejauhan tapi nyatanya tidak ada bedanya. Orang-orang yang idealis ketika sudah masuk dalam rantai politik maka idealisme itu akan tergerus arus dan hilang. “Itulah politik kita ketika sudah masuk dalam lingkaran politik maka mau tidak mau harus tunduk pada sistem lama yang sudah mengepidemi kuat atau dibuang dari peredaran. Entah sampai kapan rantai itu dapat di putus untuk mendapatkan rantai baru lewat revolusi” (Hati Slam berbisik tajam).
Keindahan idealisme yang bergema di atas awang-awang tiba-tiba dilululantahkan oleh rantai emas raksasa yang berjalan bersama sistem politik yang begitu kuat. Dinding-dinding pertahanan idealisme runtuh begitu saja tergilas arus. Penyakit ngidam yang mengepidemi kuat secara turun temurun dari dulu sampai sekarang pun menjadi salah satu kekuatan dahsyat yang membantu rantai itu untuk memusnakan keindaan-keindahan itu. Logika pun sudah tergadaikan dengan sistem yang membungkam dalam sangkar emas. Burung-burung sudah enggan keluar dari sangkar emasnya. Karena mereka merasa akan makan apa ketika keluar dari sangkar emas yang di sana mendapatkan fasilitas yang memadai walau pun tidak bebas berfikir.
Sang juragan berkata “wahai burung-burungku keluarlah kalian dari sangkar emas ini, dapatkan kebebasan di alam bebas sana”,
Jawab para burung-burung “jangan tuan kita tidak mau dilepaskan dari sangkar emas ini, lalu kami makan apa di luar sana, banyak binatang buas yang mengincar kami, kami juga takut dengan hembusan badai yang kerap datang dalam kegelapan”.
Tuan itu kembali berkata “di luar sana kamu akan mendapatkan kebebasan sebebas-bebasnya, maka keluarlah kalian mumpung aku belum berubah pikiran”.
Burung-burung itu pun menjawab “Tidak tuan kami lebih suka di dalam sangkar ini, walau pun kami tidak mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya, namun fasilitas yng tuan berikan untuk kami.”
Kita lebih senang menjadi burung-burung yang berada di dalam sangkar yang terbuat dari emas. Walau pun terbuat dari emas akan tetapi itu tetap sangkar yang memenjarakan kebebasan kita. Tapi kebanyakan dari kita lebih memilih sangkar emas itu yang penting tetap bisa makan. Yang terpenting bukanlah kebebasan akan tetapi yang bisa menjamin kita untuk makan. Sebuah analogi yang begitu nista tatkala itu bertabrakan dengan alam pikiran kita. Apaka otak yang diberikan Tuhan kepada kita sudah menjadi aksesoris saja ketika realitas bergelimpangan di mana-mana. Ketika realitas tidak sehat ada di sekitar kita. Ketika para penghuni langit berkata “kami punya maksud baik”, maka kita pun harus bertanya “maksud baik tuan untuk siapa?”
Penyakit ngidam sudah mendarah daging mulai dari kelas bawah sampai pada kelas atas. Penyakit ngidam akan terus berjalan dan begitu kuat dikala varian-variannya masih terus lahir dan beranak pinang begitu menjamur. Putaran roda penyakit ngidam yang tidak fair akan terus ada dan sampai kapan itu terjadi semuanya tergantung pada manusia yang menghuni penggalan surga ini. Penggalan surga yang telah tidak kita syukuri keberadaannya sebagai suatu anugerah Tuhan yang sangat bernilai harganya.
Dalam kesendirian tiba-tiba aku mendengar seliweran orang berlalu lalang sambil tertawa berkata “siapa yang ngidam bisa lihat brosur ini. Kita belajar bersama untuk melestarikan ngidam. Kita belajar bersama untuk menjadikan ngidam sebagai kepercayaan kita. Kita jadikan ngidam sebagai sumber pengidupan kita. Ngidam……ngidam…..ngidam….., beli satu dapat seribu manfaat hahaha.” Aku pun lari sekencang-kencangnya menuju tengah hutan untuk menghindari suara yang menyebalkan itu.
Jombang, 04 September 2010
*) dari buku Sehimpun Cerpen Jombang “Hujan Sunyi Banaspati” Dekajo 2010.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 16 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar