Denny Mizhar *
Malang Post, 19 Des 2010
“Baiknya kau tak bepergian dahulu. Umur pernikahanmu baru memasuki selapan. Di sini saja, sampai kau punya anak. Biarkan suamimu saja yang pergi sendiri mengunjungi rumahnya. Toh, tak akan lama. Mungkin hanya seminggu atau dua minggu. Kami khawatir denganmu. Bila di jalan terjadi sesuatu denganmu”.
“Mak, aku juga berharap begitu. Tapi aku ingin menemani Kang Mas. Aku juga ingin menikmati daerah perbukitan di daerah Kang Mas. Aku tetap berangkat. Boleh kan kang Mas?”
“Dinda, semua keluargamu mengharap kau tak pergi. Tapi kalau kau memaksa, mau bagaimana lagi”.
“Terima kasih Kang Mas, Dinda sayang sama kang Mas”.
Hari yang cerah. Dewi Anjarwati bersama Suaminya pergi. Sebenarnya keluarga Dewi tak ingin melepas kepergiannya. Tapi Dewi memaksa. Keluarganya tak bisa mencegah. Sedang yang paling takut adalah Emaknya. Sebab semalam mimpi darah mengalir dari tubuh Dewi dan suaminya terbawa arus sungai. Emaknya, meneteskan air mata melepas kepergian Dewi dengan suaminya untuk berkunjung ke daerah perbukitan Anjasmoro.
Hari yang cerah, matahari terbit sempurna. Dewi dan suaminya berpamitan pada Emak dan Bapak serta semua keluarganya. Meraka berdua menaiki kuda putih dengan gerobak yang terbuat dari kayu jati. Terukir bunga-bunga pada dinding-dindingnya, merekah. Seperti wajah Dewi yang berbinar-binar menampakkan keceriaan juga wajah suaminya. Lain dengan Emaknya, meneteskan air mata, takut mimpi dan firasatnya akan menimpah anak dan suaminya. Tanpa memperdulikan air mata yang jatuh dari kelopak mata Emaknya Dewi berangkat, suaminya memacu kudanya. Berjalan berlahan sedikit kencang.
“Mas, jangan pernah meninggalkan Dewi?”
“Tidak akan Dewi! Sampai mati pun akan aku pertahankan cinta Mas, pada dinda”
“Benar ya Mas?”
“Yakinlah Dinda, tidak boleh siapapun menyentuh Dinda. Karena cinta Kang Mas pada Dinda serupa air terjun yang menderas tanpa putus.”
Tiba-tiba awan hitam menutup wajah matahari yang berseri-seri. Berarak-arakan awan menutup langit. Mendung tebal dan gelam. Hujan rintik-rintik mulai turun. Tetap di pacunya kuda putih yang menyeret mereka dalam gerobak yang indah. Tak dihiraukan air hujan turun yang mulai membasai kuda dan atap gerobak, sedikit nyiprat ke tubuh mereka berdua. Lama-lama jika diteruskan akan basah juga tubuh mereka. Dewi meminta berhenti dan berteduh ketika nanti melihat gubuk atau tempat yang bisa membuatnya istirahat sejenak menunggu hujan meredah. Hujan semakin deras, angin semakin kencang. Kuda putihnya berjalan lambat. Tak juga ditemukan tempat untuk berteduh. Masih merambat berjalan. Semakin basah tubuh mereka terkena cipratan air hujan yang membentur gerobak mereka. Dewi gusar, semakin gusar, alam tak bersahabat denganya.
Tiba-tiba berhenti kuda putihnya, tepat di perempatan jalan. Suami Dewi mencambuknya, mulai berjalan pelan. Kuda putihnya meringik menanda gusar, seperti Dewi yang gusar membaca alam. Dewi memeluk Suaminya.
“Kang Mas, Dewi takut”
“Tenang Dinda, tidak akan terjadi apa-apa denganmu. Kang Mas akan menjagamu”
Tak juga berhenti hujan yang deras dan angin kencang. Mengoyang-goyang dehanan pepohonan, keadaan semakin mencekam. Pohon-pohon pinus, jati, rerumputan dan ilalang bergoyang-goyang mengikuti pukulan angin. Hampir saja roboh gerobak Dewi dan suaminya. Tetapi suami Dewi langsung mengendalikan dan menjaga keseimbangan. Jalan mulai menanjak, tak juga bertemu tempat berteduh.
Tiba-tiba kuda berhenti, tak mau berjalan. Cemeti sudah berkali-kali dicambukkan pada kudanya tetap saja tak mau bergerak. Dewi mulai ingat Emaknya, resahnya, peringatannya, air matanya. Dewi mulai menteskan air mata dan merengek pada suaminya.
“Kang Mas, Dewi takut”
Suami Dewi diam, tak menjawab. Suami Dewi merasa ada yang ganjil dengan hujan dan angin yang menyapa dalam perjalanannya. Mulai diam, menenangkan Dewi dan merebahkan Dewi ke sisi belakang gerobaknya. Suami Dewi mulai merapal mantra dengan tenang. Dan memang nampak bayangan-bayangan hitam berkelebatan mengoyang-goyangkan pepohonan. Meraka saling tertawa dan bersuka ria. Suami Dewi tetap tenang dan terus membaca mantra. Dewi hanya rebah dan memandang Kang Masnya. Sambil menahan resah yang membucah sedari tadi.
Masih diam suami Dewi, mulai mengeluarkan keris yang dipunya dari bungkusan di belakang tempatnya duduk. Tiba-tiba angin meredah, hujan berlahan hilang. Dewi bangun, memandang suaminya yang berkeringat. Dewi mengusap keringatnya dengan selendang yang dikenankannya. Kuda putihnya mulai berjalan lagi, mulai sedikit kencang. Matahari mulai nampak kembali.
“Berhenti, serahkan perempuan itu padaku. Kalau tidak saya akan membunuhmu”
“Tidak akan aku serahkan, sampai matipun tidak akan!”
Laki-laki betubuh besar dan gagah menghadang mereka berdua. Dengan pasukan yang banyak. Dewi tidak dapat melihat pasukan yang di bawah Laki-laki bertubuh kekar tersebut. Hanya suaminya yang dapat melihat.
“Sepertinya kita telah dihadang banyak orang”
“Mana Kang Mas? hanya satu orang”
Lelaki bertubuh kekar mulai mendekat
“Memang, kau cantik sekali Dewi. Pasti semua orang akan terkagum-kagum memandangmu. Termasuk aku”
“Hai, siapa kamu. Hadapilah aku. Tak bisa kau menyentuh Istriku!”
“Ha..ha..ha.. Lawanlah aku, turun dari gerobakmu. Aku penguasa Anjasmoro, siapapun perempuan yang melewati daerah ini maka akan menikmati malamnya denganku dahulu. Apalagi kau Dewi, tentu tak akan semalam saja. Kau akan aku jadikan istriku”
Suami Dewi langsung meloncat dari gerobaknya, mengeluarkan keris yang dipunya. Mendekati lelaki bertubuh kekar. Tanpa banyak bicara langsung menyerang lelaki bertubuh kekar tersebut. Tapi pasukannya mengahalangi jalan suami Dewi menuju laki-laki bertubuh kekar. Satu persatu tumbang. Sebab suami Dewi juga memangil pengawalnya dari negeri gaib. Lalu sebagian membawa Dewi lari.
“Dewi, sembunyilah. Bila pertempuran usai. Kanda akan menjemputmu.”
Dewi lari sembunyi, sampailah di air terjun yang dibaliknya goa. Lalu Dewi masuk dan duduk di dalamnya menunggu suaminya bertempur. Sampai terdengar kabar, bahwa suami Dewi dan lelaki kekar tersebut sama-sama meninggal dengan melewati pertarungan yang sengit. Salang hantam, saling balas. Akhirnya sama-sama kalah. Pasukan suami Dewi yang membawa berita tersebut. Dewi pun mengikrarkan diri untuk bertapa di atas batu dalam goa di balik air terjun.
***
“Massssssssss……………”
“Ada apa Dewi?”
“Dewi nggak mau kehilangan Mas”
“Iya, ada apa?”
“Baiknya kita pulang saja. Seharian kita di sini. Sampai-sampai aku tertidur di pangkuan Mas. Memang udara di sini membuat aku terkantuk”
Sebelum beranjak pulang Dewi melihat wajahnya di air terjun. Seperti mengaca saja. Persis, cuma yang menjadi beda adalah pakaian yang digunakannya. Dewi terdiam, terpaku, ketengengen. Dewi mengaitkan dengan mimpi yang barus saja dialaminya.
“Dewi, katanya mengajak pulang kok diam seperti patung. Oh.. ada pelangi ya.”
Tetap diam, tetapi sudah mulai bergerak. Dewi tidak menceritakan pada Masnya apa yang dialaminya.
“Mas, Dewi takut!”
“Takut kenapa Dewi?”
“Takut kehilngan, Mas”
“Tidak akan Dewi! Itu janji mas”
Dewi dan suaminya berjalan menuju parkiran sepeda motor. Ketakutannya menyapa ketika ingat mimpinya tadi.
Sampailah Dewi dan suaminya di motornya. Mereka pulang, akhirnya sampai rumah.
“Dek, Mas mau beli rokok dulu”
“Hati-hati, Mas”
Kegelisahan masih menyelinap dalam benak Dewi. Tiba-tiba saja Dewi dikagetkan sapaan dari dalam rumahnya.
“Dari mana Ndok?”
“Dari coban, Mak”
Maknya kaget, langsung menyeret Dewi duduk di kursi.
“Dari Coban?! Mak kan sudah bilang. Jangan main ke Coban. Usia pernikahanmu masih selapan”
Tiba-tiba hand phone Dewi berbunyi.
“Dewi, yang sabar ya…”
“Kenapa Mbak?”
“Pokoknya yang sabar!”
“Iya Mbak”
“Mak mana, Dewi?”
Dewi memberikan hand phonenya pada Emaknya. Lansung lemas diam dan duduk dikursi bersandingan dengan Dewi.
“Sudah Mak bilang, kalian jangan main-main ke Coban Rondo dulu!”
“Ada apa Mak?”
“Suamimu meninggal, kecelakaan sehabis beli rokok di toko Mbakmu”
“Apa Mak! Yang benar Mak?!”
Mak Dewi menganggukan kepala. Dewi lemas. Tak terbayangkan semuanya. Dewi menangis di pangkuan Emaknya. Berusaha berdiri ketika mobil jenazah sampai rumahnya dan membawa suaminya untuk dimandikan lalu dimakankan.
***
Masih larut dalam kesedian, Dewi berjalan-jalan lagi mengunjungi air terjun. Sampai di tepi air terjun Dewi mamandang jatuhnya air. Dewi melihat lagi wajahnya sambil tersenyum memandangnya.
“Kemarilah… Dewi, kemarilah… Dewi. Mendekatlah…”
Dewi melangkahkan kakinya pelan-pelan sepertinya tubuhnya melayang-layang. Dewi semakin dekat dengan air terjun. Ada tangan menuntunnya. Dewi masuk dalam air terjun dekat sekali dengan batu yang nampak dalam mimpinya. Seperti kamar permaisuri, harum… penuh bunga-bunga.
***
Terlihat wajah sedih menaburkan bunga kembang tujuh rupa. Di samping-samping air terjun.
“Tuhan, salah apalagi hambamu ini. Dua kali terjadi pada ke dua anak perempuanku”
Lalu perempuan tersebut melihat wajah anak-anaknya dan suaminya sedang berada di atas gerobak yang ditarik oleh kuda putih. Mereka semua mengenakan kain putih. Dan melambaikan tangan pada perempuan tua yang menabur bunga.
“Berdiamlah di situ anakku, pacu kudanya. Aku menunggumu jika malam bulan purnama tiba”
Malang, 2010
*) Pegiat Pelangi Sastra Malang dan Guru SMK Muhammadiyah 2 Malang.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Rabu, 22 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar