Rabu, 22 Desember 2010

Air Terjun

Denny Mizhar *
Malang Post, 19 Des 2010

“Baiknya kau tak bepergian dahulu. Umur pernikahanmu baru memasuki selapan. Di sini saja, sampai kau punya anak. Biarkan suamimu saja yang pergi sendiri mengunjungi rumahnya. Toh, tak akan lama. Mungkin hanya seminggu atau dua minggu. Kami khawatir denganmu. Bila di jalan terjadi sesuatu denganmu”.

“Mak, aku juga berharap begitu. Tapi aku ingin menemani Kang Mas. Aku juga ingin menikmati daerah perbukitan di daerah Kang Mas. Aku tetap berangkat. Boleh kan kang Mas?”

“Dinda, semua keluargamu mengharap kau tak pergi. Tapi kalau kau memaksa, mau bagaimana lagi”.

“Terima kasih Kang Mas, Dinda sayang sama kang Mas”.

Hari yang cerah. Dewi Anjarwati bersama Suaminya pergi. Sebenarnya keluarga Dewi tak ingin melepas kepergiannya. Tapi Dewi memaksa. Keluarganya tak bisa mencegah. Sedang yang paling takut adalah Emaknya. Sebab semalam mimpi darah mengalir dari tubuh Dewi dan suaminya terbawa arus sungai. Emaknya, meneteskan air mata melepas kepergian Dewi dengan suaminya untuk berkunjung ke daerah perbukitan Anjasmoro.

Hari yang cerah, matahari terbit sempurna. Dewi dan suaminya berpamitan pada Emak dan Bapak serta semua keluarganya. Meraka berdua menaiki kuda putih dengan gerobak yang terbuat dari kayu jati. Terukir bunga-bunga pada dinding-dindingnya, merekah. Seperti wajah Dewi yang berbinar-binar menampakkan keceriaan juga wajah suaminya. Lain dengan Emaknya, meneteskan air mata, takut mimpi dan firasatnya akan menimpah anak dan suaminya. Tanpa memperdulikan air mata yang jatuh dari kelopak mata Emaknya Dewi berangkat, suaminya memacu kudanya. Berjalan berlahan sedikit kencang.

“Mas, jangan pernah meninggalkan Dewi?”

“Tidak akan Dewi! Sampai mati pun akan aku pertahankan cinta Mas, pada dinda”

“Benar ya Mas?”

“Yakinlah Dinda, tidak boleh siapapun menyentuh Dinda. Karena cinta Kang Mas pada Dinda serupa air terjun yang menderas tanpa putus.”

Tiba-tiba awan hitam menutup wajah matahari yang berseri-seri. Berarak-arakan awan menutup langit. Mendung tebal dan gelam. Hujan rintik-rintik mulai turun. Tetap di pacunya kuda putih yang menyeret mereka dalam gerobak yang indah. Tak dihiraukan air hujan turun yang mulai membasai kuda dan atap gerobak, sedikit nyiprat ke tubuh mereka berdua. Lama-lama jika diteruskan akan basah juga tubuh mereka. Dewi meminta berhenti dan berteduh ketika nanti melihat gubuk atau tempat yang bisa membuatnya istirahat sejenak menunggu hujan meredah. Hujan semakin deras, angin semakin kencang. Kuda putihnya berjalan lambat. Tak juga ditemukan tempat untuk berteduh. Masih merambat berjalan. Semakin basah tubuh mereka terkena cipratan air hujan yang membentur gerobak mereka. Dewi gusar, semakin gusar, alam tak bersahabat denganya.

Tiba-tiba berhenti kuda putihnya, tepat di perempatan jalan. Suami Dewi mencambuknya, mulai berjalan pelan. Kuda putihnya meringik menanda gusar, seperti Dewi yang gusar membaca alam. Dewi memeluk Suaminya.

“Kang Mas, Dewi takut”

“Tenang Dinda, tidak akan terjadi apa-apa denganmu. Kang Mas akan menjagamu”

Tak juga berhenti hujan yang deras dan angin kencang. Mengoyang-goyang dehanan pepohonan, keadaan semakin mencekam. Pohon-pohon pinus, jati, rerumputan dan ilalang bergoyang-goyang mengikuti pukulan angin. Hampir saja roboh gerobak Dewi dan suaminya. Tetapi suami Dewi langsung mengendalikan dan menjaga keseimbangan. Jalan mulai menanjak, tak juga bertemu tempat berteduh.

Tiba-tiba kuda berhenti, tak mau berjalan. Cemeti sudah berkali-kali dicambukkan pada kudanya tetap saja tak mau bergerak. Dewi mulai ingat Emaknya, resahnya, peringatannya, air matanya. Dewi mulai menteskan air mata dan merengek pada suaminya.

“Kang Mas, Dewi takut”

Suami Dewi diam, tak menjawab. Suami Dewi merasa ada yang ganjil dengan hujan dan angin yang menyapa dalam perjalanannya. Mulai diam, menenangkan Dewi dan merebahkan Dewi ke sisi belakang gerobaknya. Suami Dewi mulai merapal mantra dengan tenang. Dan memang nampak bayangan-bayangan hitam berkelebatan mengoyang-goyangkan pepohonan. Meraka saling tertawa dan bersuka ria. Suami Dewi tetap tenang dan terus membaca mantra. Dewi hanya rebah dan memandang Kang Masnya. Sambil menahan resah yang membucah sedari tadi.

Masih diam suami Dewi, mulai mengeluarkan keris yang dipunya dari bungkusan di belakang tempatnya duduk. Tiba-tiba angin meredah, hujan berlahan hilang. Dewi bangun, memandang suaminya yang berkeringat. Dewi mengusap keringatnya dengan selendang yang dikenankannya. Kuda putihnya mulai berjalan lagi, mulai sedikit kencang. Matahari mulai nampak kembali.

“Berhenti, serahkan perempuan itu padaku. Kalau tidak saya akan membunuhmu”

“Tidak akan aku serahkan, sampai matipun tidak akan!”

Laki-laki betubuh besar dan gagah menghadang mereka berdua. Dengan pasukan yang banyak. Dewi tidak dapat melihat pasukan yang di bawah Laki-laki bertubuh kekar tersebut. Hanya suaminya yang dapat melihat.

“Sepertinya kita telah dihadang banyak orang”

“Mana Kang Mas? hanya satu orang”

Lelaki bertubuh kekar mulai mendekat

“Memang, kau cantik sekali Dewi. Pasti semua orang akan terkagum-kagum memandangmu. Termasuk aku”

“Hai, siapa kamu. Hadapilah aku. Tak bisa kau menyentuh Istriku!”

“Ha..ha..ha.. Lawanlah aku, turun dari gerobakmu. Aku penguasa Anjasmoro, siapapun perempuan yang melewati daerah ini maka akan menikmati malamnya denganku dahulu. Apalagi kau Dewi, tentu tak akan semalam saja. Kau akan aku jadikan istriku”

Suami Dewi langsung meloncat dari gerobaknya, mengeluarkan keris yang dipunya. Mendekati lelaki bertubuh kekar. Tanpa banyak bicara langsung menyerang lelaki bertubuh kekar tersebut. Tapi pasukannya mengahalangi jalan suami Dewi menuju laki-laki bertubuh kekar. Satu persatu tumbang. Sebab suami Dewi juga memangil pengawalnya dari negeri gaib. Lalu sebagian membawa Dewi lari.

“Dewi, sembunyilah. Bila pertempuran usai. Kanda akan menjemputmu.”

Dewi lari sembunyi, sampailah di air terjun yang dibaliknya goa. Lalu Dewi masuk dan duduk di dalamnya menunggu suaminya bertempur. Sampai terdengar kabar, bahwa suami Dewi dan lelaki kekar tersebut sama-sama meninggal dengan melewati pertarungan yang sengit. Salang hantam, saling balas. Akhirnya sama-sama kalah. Pasukan suami Dewi yang membawa berita tersebut. Dewi pun mengikrarkan diri untuk bertapa di atas batu dalam goa di balik air terjun.

***

“Massssssssss……………”

“Ada apa Dewi?”

“Dewi nggak mau kehilangan Mas”

“Iya, ada apa?”

“Baiknya kita pulang saja. Seharian kita di sini. Sampai-sampai aku tertidur di pangkuan Mas. Memang udara di sini membuat aku terkantuk”

Sebelum beranjak pulang Dewi melihat wajahnya di air terjun. Seperti mengaca saja. Persis, cuma yang menjadi beda adalah pakaian yang digunakannya. Dewi terdiam, terpaku, ketengengen. Dewi mengaitkan dengan mimpi yang barus saja dialaminya.

“Dewi, katanya mengajak pulang kok diam seperti patung. Oh.. ada pelangi ya.”

Tetap diam, tetapi sudah mulai bergerak. Dewi tidak menceritakan pada Masnya apa yang dialaminya.

“Mas, Dewi takut!”

“Takut kenapa Dewi?”

“Takut kehilngan, Mas”

“Tidak akan Dewi! Itu janji mas”

Dewi dan suaminya berjalan menuju parkiran sepeda motor. Ketakutannya menyapa ketika ingat mimpinya tadi.

Sampailah Dewi dan suaminya di motornya. Mereka pulang, akhirnya sampai rumah.

“Dek, Mas mau beli rokok dulu”

“Hati-hati, Mas”

Kegelisahan masih menyelinap dalam benak Dewi. Tiba-tiba saja Dewi dikagetkan sapaan dari dalam rumahnya.

“Dari mana Ndok?”

“Dari coban, Mak”

Maknya kaget, langsung menyeret Dewi duduk di kursi.

“Dari Coban?! Mak kan sudah bilang. Jangan main ke Coban. Usia pernikahanmu masih selapan”

Tiba-tiba hand phone Dewi berbunyi.

“Dewi, yang sabar ya…”

“Kenapa Mbak?”

“Pokoknya yang sabar!”

“Iya Mbak”

“Mak mana, Dewi?”

Dewi memberikan hand phonenya pada Emaknya. Lansung lemas diam dan duduk dikursi bersandingan dengan Dewi.

“Sudah Mak bilang, kalian jangan main-main ke Coban Rondo dulu!”

“Ada apa Mak?”

“Suamimu meninggal, kecelakaan sehabis beli rokok di toko Mbakmu”

“Apa Mak! Yang benar Mak?!”

Mak Dewi menganggukan kepala. Dewi lemas. Tak terbayangkan semuanya. Dewi menangis di pangkuan Emaknya. Berusaha berdiri ketika mobil jenazah sampai rumahnya dan membawa suaminya untuk dimandikan lalu dimakankan.

***

Masih larut dalam kesedian, Dewi berjalan-jalan lagi mengunjungi air terjun. Sampai di tepi air terjun Dewi mamandang jatuhnya air. Dewi melihat lagi wajahnya sambil tersenyum memandangnya.

“Kemarilah… Dewi, kemarilah… Dewi. Mendekatlah…”

Dewi melangkahkan kakinya pelan-pelan sepertinya tubuhnya melayang-layang. Dewi semakin dekat dengan air terjun. Ada tangan menuntunnya. Dewi masuk dalam air terjun dekat sekali dengan batu yang nampak dalam mimpinya. Seperti kamar permaisuri, harum… penuh bunga-bunga.

***

Terlihat wajah sedih menaburkan bunga kembang tujuh rupa. Di samping-samping air terjun.

“Tuhan, salah apalagi hambamu ini. Dua kali terjadi pada ke dua anak perempuanku”

Lalu perempuan tersebut melihat wajah anak-anaknya dan suaminya sedang berada di atas gerobak yang ditarik oleh kuda putih. Mereka semua mengenakan kain putih. Dan melambaikan tangan pada perempuan tua yang menabur bunga.

“Berdiamlah di situ anakku, pacu kudanya. Aku menunggumu jika malam bulan purnama tiba”

Malang, 2010

*) Pegiat Pelangi Sastra Malang dan Guru SMK Muhammadiyah 2 Malang.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae