Senin, 29 November 2010

Melihat Puisi dari Industri Buku Yogyakarta

Hasta Indriyana*
Kompas Yogya, 1 Okt 2009

Seorang kawan penulis, yang kebetulan berkecimpung di dunia penerbitan, melontarkan keresahan seusai menyaksikan pameran buku di Jogja Expo Center, beberapa waktu berselang. Katanya, di antara ribuan buku yang ada, ia tidak mendapatkan satu buku puisi pun di semua stan yang diikuti puluhan penerbit. Ia menyayangkan karena sangat menunggu buku yang isinya puisi karya sejumlah penyair.

Betapa banal tabiat penerbit buku kita, komentarnya sambil memercayai omongan seorang negarawan Amerika bahwa puisi bisa meluruskan keadilan yang dibengkokkan. Saya pun kemudian mencoba melihat hal itu dengan sudut pandang berbeda. Menurut saya, ia telah menempatkan buku puisi sebagai produk yang selalu dibutuhkan pembaca. Katakanlah, ia adalah pencinta buku puisi, sebagaimana penggemar JK Rowling ketika menunggu-nunggu Harry Potter terbit.

Pemikiran saya malah berkebalikan. Buku puisi tercetak bukan karena pembaca menginginkan, tapi karena penyair (produsen) berusaha menerbitkan (meng-ada-kan). Kalau nantinya buku puisi terdistribusi dengan baik, ada ulasan atau kritikan di media massa, mengalami cetak ulang, bahkan mendapatkan award, itu lain soal. Menurut saya sebatas itu saja. Hal tersebut pernah disinggung Sapardi Djoko Damono dalam sebuah tulisannya di majalah Prisma tahun 1988, dan saya (sampai saat ini masih) mengimani hukum pasar tersebut.

Harga yang harus dibayar ketika menerbitkan buku puisi adalah kerugian secara material. Sebuah produksi buku dengan ketebalan 100 halaman sejumlah 1.000 eksemplar rata-rata menghabiskan duit Rp 5 juta. Selama ini, buku puisi laku di bawah 500 eksemplar. Jika harga buku dipatok Rp 30.000 dan penerbit mendapatkan 25 persen dari harga buku, maka taruhlah dengan laku 500 eksemplar, penerbit rugi Rp 1,25 juta. Penerbit Akar Indonesia yang berkiblat pada buku-buku sastra menyiasati perilaku pasar dan distributor dengan cara berdagang dari satu acara ke acara lain dan melalui jaringan komunitas di berbagai wilayah Indonesia (dari Aceh hingga Kupang).

Lain halnya dengan sistem penjualan yang diterapkan penerbit Omah Sore yang juga khusus menerbitkan buku-buku sastra. Omah Sore mencoba lewat jalur POD (print on demand). Penerbit mengiklankan buku-buku sastra melalui internet dan pesan pendek.

Ada dua hal yang bisa diurai atas fenomena di atas. Pertama, karena kita hidup di sebuah negara yang masyarakatnya rabun membaca, atau belum melek puisi. Di zaman digital yang segalanya mengalami percepatan, semua mesti dibeli dan dilahap. Semua terasa lebih enak dikonsumsi melalui media audiovisual (non-aksara). Membaca dan menulis sebagai konsekuensi dari “berpuisi” tentu dianggap sepele (bawang kosong), dianggap rumit, membuang waktu, dan tidak menghasilkan secara material. Mursal Esten menuliskan, masyarakat sastra Indonesia hanya 0,01 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sastra menjadi elitis, minoritas, dan dipinggirkan. Wajar jika banyak orang bertanya, “Mengapa puisi susah dimengerti?” Soalnya mereka rabun aksara sehingga puisi tampak “gelap dan pekat”.

Kedua, puisi dan industri merupakan dua hal yang saling ngungkuri, bertolak belakang. Puisi adalah jalan sunyi untuk memahami nilai kemanusiaan. Industri adalah arus hiruk-pikuk yang tabiatnya mereduksi nilai kemanusiaan. Dalam dunia industri, kaum modal kapital pintar mengondisikan komoditas menjadi sebuah kebutuhan. Masyarakat luas dibius brand dan image menjadi sekelompok konsumen yang patuh dan rajin membeli produknya. Misalnya, masyarakat Gunung Kidul (sampai bisa) menyebut segala merek sepeda motor dengan “honda”, tapi tidak demikian dengan buku sastra, khususnya puisi.

Puisi yang berdiri di jagat industri buku, saya analogikan, masuk dalam mutiara Jawa: ana ning ora ana, ada tapi tidak ada atau dianggap tidak ada tapi sebenarnya ada. Secara umum, produksi buku puisi 0,1 persen dari seluruh buku yang diproduksi penerbit. Penerbit di Yogyakarta yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) sejumlah 50 penerbit, sementara di luar Ikapi sekitar 15 penerbit. Masing-masing memproduksi minimal dua eksemplar tiap bulannya. Kita pun akan mendapatkan sejumlah angka mencengangkan (1,5 buku puisi) di antara 1.560 judul buku per tahunnya.

Maka, bagi kawan saya dan siapa pun “konsumen loyal” buku puisi, kita mesti bersabar dan menahan. Kita harus “puasa puisi” di tengah hidup seperti ini. Rasanya masih sangat lama buku puisi mencapai brand and ikon: “Belanja, pasti buku”, atau bahkan, “Shopping, ya puisi!”

Jalan sunyi

Puisi adalah jalan sunyi untuk memahami nilai kemanusiaan. Disebut jalan sunyi karena dalam proses penciptaannya melalui masa pengendapan (inkubasi), perenungan dan pemikiran, rekreasi, dan transformasi ke dalam wujud teks. Proses itu sendiri terkadang sangat soliter.

Sementara itu, industri selalu membombardir masyarakat dengan produk material dan mental kebergantungan. Industri pada akhirnya hanya memberikan kekayaan kepada segelintir orang. Puisi melahirkan manusia merdeka yang bebas dari kebergantungan (sebagai lawan kapitalisme).

Menunggu-nunggu buku puisi terbit sambil menuding kesalahan pihak tertentu tentu bukan sebuah kearifan. Penyair yang asyik dengan dunia metafora dan dirinya sendiri menjauhkan puisi dari masyarakat; kritikus sastra yang mandul adalah kambing hitam kemandekan sastra; penerbit yang “asal untung banyak” dan menafikan kualitas akan memperburuk dunia keaksaraan; pemerintah yang tidak memerhatikan serius akan melemahkan “pendidikan buku”; dan banyak lagi yang bisa dituding keliru.

Yogyakarta adalah kiblat buku dan sastra Indonesia. Telah banyak penulis dan sastrawan menggodok ilmunya di “kawah pendidikan” ini. Di kemudian hari pasca-1998, meledak penerbit “alternatif” yang jumlahnya mencapai seratusan. Lambat laun, industri buku dibelit keinginan memperkaya diri dan kejar setoran. Buku-buku copy-paste dan model “cepat saji” makin menimbun rak-rak toko buku dan luber di setiap pameran.

Sangat disayangkan, karena saatnya nanti, buku semakin tak bermutu. Sah apabila kawan saya tidak mendapatkan buku puisi, tidak menemukan “sepi” dan kemanusiaan di tengah hiruk-pikuk industri buku. Maka, tak ada kata lain selain menghibur diri bahwa kitab suci saja jarang dibaca, apalagi buku puisi!

HASTA INDRIYANA Penyair Kelahiran Gunung Kidul, DI Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae