Senin, 29 November 2010

Horison pulang ke balai budaya

Liston P. Siregar
majalah.tempointeraktif.com

TERNYATA Horison baru hanya berumur satu edisi. Tiga hari setelah acara peluncurannya di Perpustakaan Nasional, Jakarta, majalah sastra itu harus kembali ke pengasuhnya yang lama. Rapat Yayasan Indonesia, pemegang SIUPP Horison, Rabu 14 Juli lalu secara sepihak membatalkan kerja sama dengan pengelola baru, PT Grafiti Pers.

Dipersiapkan dengan kecepatan tinggi oleh tim redaksi baru, Horison sempat tampil beda bulan Juli ini, sebagai majalah sastra dan seni bukan cuma sastra. Dan pemasarannya pun ditangani dengan sungguh-sungguh oleh Sigit Pramono dari bagian pemasaran Majalah TEMPO.

Dalam Horison yang terbit 64 halaman itu di dalamnya dicantumkan formulir langganan. Sejumlah Formulir itu sudah sempat kembali juga sejumlah naskah sudah sempat dipertimbangkan oleh tim redaksi yang baru. Tapi karena ada anggota Yayasan Indonesia yang tampaknya berubah sikap, semuanya berantakan. Itu disesalkan Arief Budiman, salah seorang pendiri Yayasan Indonesia.

Ia tak menemukan alasan penting di balik pembatalan itu. ”Saya sangat kecewa, perkembangan kehidupan sastra dihambat oleh kendala yang tidak berhubungan dengan sastra,” katanya. Memang, sampai 14 Juli itu, ”belum ada naskah kerja sama yang ditandatangani,” kata Taufiq Ismail seusai rapat Yayasan Indonesia di Balai Budaya.

Taufiq, anggota Badan Pendiri Yayasan Indonesia, diminta oleh Mochtar Lubis untuk menjawab pertanyaan wartawan Ibu Kota yang menunggu hasil rapat Yayasan itu. Kalau Horison baru sempat terbit, menurut Taufiq, ”karena niat baik dari pihak masing-masing. Selagi konsep kerja sama disusun, pengelola baru sudah mempersiapkan penerbitan.”

Taufiq, yang termasuk salah seorang pendiri Yayasan Indonesia, benar. Awalnya adalah niat baik. Rapat Yayasan Indonesia bulan Februari 1992 menyadari bahwa Horison kekurangan dana. Secara bergurau, kabarnya, Hamsad Rangkuti mengusulkan, bagaimana kalau ada dana dari Yayasan SDSB, pembikin lotere nasional itu. Tapi usul Hamsad kemudian terlupakan.

Yang disepakati, pokoknya Yayasan membuka diri masuknya modal baru. Untuk itu, pihak Yayasan rela bertoleransi untuk membagi Horison menjadi 50% sastra dan 50% hiburan. Lalu, untuk memperbaiki tiras Horison disebut-sebut pemasarannya akan diserahkan ke Goenawan Mohamad, salah seorang direktur PT Grafiti Pers, bila ia bersedia. Ini kalau ternyata pihak PT Gramedia, pemasaran lama, tak sanggup lagi memasarkan majalah sastra ini.

Hal ini disinggung dalam rapat, konon, karena Mochtar Lubis anggota Yayasan Obor yang menerbitkan buku-buku tertentu mendapat kabar bahwa Gramedia tak sanggup mengedarkan buku terbitan Obor. Nah, kalau soal buku tak lagi disanggupi, bisa jadi pemasaran Horison bisa telantar.

Tapi rupanya keputusan rapat tak segera dilaksanakan. Barulah, pada bulan Januari 1993, tiga wakil yayasan, yaitu Mochtar Lubis, Ali Audah, dan Hamsad Rangkuti, bertandang ke kantor PT Grafiti Pers untuk menawarkan pengelolaan itu. Goenawan tak hanya bersedia menangani pemasarannya, tapi juga siap menyediakan tenaga baru pengelolanya.

Dan yang sangat melegakan Mochtar Lubis, Goenawan menolak tawaran menjadikan Horison 50% sastra dan 50% hiburan. ”Kami mau 100% sastra,” kata Goenawan. Dari pihak PT Grafiti Pers, tak banyak persyaratan yang diminta. Goenawan hanya ingin kemandirian redaksi.

Usulan pembagian saham 51% untuk Yayasan Indonesia dan 49% untuk PT Grafiti Pers yang sempat dibahas dalam rapat Yayasan, tak disinggung-singgung. ”TEMPO sama sekali tidak berniat mengambil untung dari usaha ini,” tulis Goenawan dalam surat tanggal 3 Maret 1993 kepada Yayasan Indonesia. Jika ada surplus pendapatan, uang itu disiapkan untuk pengembangan Horison.

Dan dalam pertemuan lanjutan antara Yayasan dan Grafiti, 16 Maret, pihak Grafiti Pers menyatakan hanya akan menarik dua redaksi lama, yakni Sapardi Djoko Damono dan Sutardji Calzoum Bachri. Ini disetujui oleh Aristides Katoppo dan Ali Audah, yang hadir mewakili Yayasan Indonesia, dan keduanya menyatakan akan membawa usulan itu ke rapat Yayasan. Adapun soal kemandirian redaksi baru, dikompromikan, tiap tiga bulan sekali diadakan pertemuan antara pengelola baru dan pihak Yayasan Indonesia untuk mengevaluasi kerja tim baru. Dan disepakati pengelolaan baru akan berjalan setahun dulu.

Setelah setahun, diadakan penilaian total, dan terbuka bagi pihak masing-masing untuk menarik kesepakatan semula. ”Itu mekanisme kontrol yang efektif. Jika redaksi baru dianggap nyeleweng, kerja sama dibatalkan,” kata Arief. Sedangkan pihak PT Grafiti Pers bisa saja mengembalikan Horison ke Yayasan Indonesia bila, misalnya, tak lagi punya dana.

Ini semua dimungkinkan karena SIUPP tetap berada di tangan Yayasan Indonesia. Dan soal keuntungan, ”bila ada surplus dari hasil usaha, itu akan digunakan untuk pengembangan Horison.” Dalam rapat Yayasan Indonesia tanggal 15 April dihadiri juga oleh Goenawan Mohamad ide-ide dari rapat 16 Maret dimuluskan. Pemimpin Redaksi Horison, Hamsad Rangkuti, siap mundur dengan kompensasi Rp 10 juta. Disepakati, tim redaksi baru hanya menyertakan dua redaksi lama, yakni Sapardi Djoko Damono dan Sutardji Calzoum Bachri.

Redaksi yang lain, Taufiq Ismail dan H.B. Jassin, dianggap sebagai ”orang dalam”, jadi tak disertakan. Tapi Sutardji Calzoum Bachri, yang semula bersedia masuk, lalu mengundurkan diri. Yang menarik, dalam rapat tanggal 15 April itu, menurut notulen yang dibuat oleh Hamsad Rangkuti, disebutkan, ”Rapat menanyakan kalau nanti TEMPO sukses menangani Horison, Yayasan ingin juga mendapat bagian dari keuntungan untuk kegiatan yang lain.”

Tapi dalam kesimpulan keputusan rapat, ada 17 butir, pada butir ke-16 ditulis dalam notulen itu juga ”Bila ada keuntungan … keuntungan akan diserahkan ke Yayasan Indonesia.” Catatan ini mengambang, berapa keuntungan mesti dibagikan? Semua, sebagian, separuh, tak jelas. Tapi hanya menurut kalimat itu, mestinya dimaksudkan semua keuntungan diserahkan ke Yayasan.

Tampaknya semua melupakan kesepakatan hal ”keuntungan” itu. Mungkin karena tak dianggap penting, dan memang menurut pengalaman, majalah jenis ini susah mendapatkan pasar dan iklan. Maka, dalam konsep perjanjian yang dibuat PT Grafiti, soal keuntungan disebutkan ”… keuntungan … akan digunakan oleh Grafiti untuk pengembangan lebih lanjut dari Majalah dalam bentuk kegiatan kebudayaan.”

Lalu, konsep tersebut direvisi pihak Yayasan, tanggal 22 Juni, di rumah Mochtar Lubis, dihadiri oleh Ali Audah dan Hamsad. Rupanya, keputusan rapat yang lalu-lalu tak ditengok lagi oleh kedua belah pihak. Maka, menurut surat Hamsad di harian Kompas, 15 Juli, pihak Yayasan mengoreksi konsep dalam hal keuntungan itu menjadi 40% untuk Yayasan, 60% untuk Horison.

Notulen rapat Yayasan tanggal 15 April tampaknya tak dianggap. Pihak Grafiti mungkin lupa, pihak Yayasan tak meng- ingatkannya. Maka, Goenawan menolak revisi konsep dalam soal keuntungan itu. Ini disampaikan ke Hamsad lewat telepon, 26 Juni. Tanggal 30 Juni keduanya bertemu lagi, dan tetap tak ada kesepakatan. Sialnya, pembicaraan Goenawan dan Hamsad meletikkan kesalahpahaman, yang berkembang tak enak.

Goenawan menganggap pembicaraannya dengan Hamsad sekadar lobi, sebelum ide itu diputuskan resmi oleh rapat Direksi PT Grafiti Pers. Dan keputusan Grafiti berbunyi: ”Bilamana ada keuntungan, pembagiannya akan ditentukan bersama oleh pihak pengelola dan pengurus Yayasan Indonesia.”

Hal itu membuat Mochtar Lubis, menurut surat Hamsad di Kompas, memutuskan untuk membatalkan kerja sama. Dan keputusan yang disampaikan dengan surat berkop ”Majalah Sastra Horison” yang ditulis oleh Hamsad sebagai pemimpin redaksi, dan disetujui oleh Mochtar Lubis, yang tak mencantumkan ia sebagai Pemipin Umum Horison atau sebagai Ketua Yayasan, disampaikan ke Goenawan tanggal 6 Juni.

Surat jawaban Goenawan akhirnya menyatakan tak keberatan usulan 40 : 60 itu bila memang itu usulan Yayasan, bahkan pihak PT Grafiti Pers ”tak keberatan… pihak Yayasan Indonesia mengambil 100% atau seluruh laba yang didapat ….” Tapi surat ini tak ada gunanya. Rapat anggota Yayasan 14 Juli lalu mengakhiri sebuah awal niat baik semua pihak.

24 JULI 1993

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae