Selasa, 28 September 2010

Memasuki Era Maiyah Sejati

Sabrank Suparno
http://forumsastrajombang.blogspot.com/

Pengajian Padhang mBulan tanggal 26 Juli 2010 kemarin Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) datang terlambat hingga jam 23:00. Kegelisahan Jama’ah mulai tampak pada setiap wajah. Sebagian sudah tidak serantan dan langsung nyelonong pulang. Sebagian lagi bertahan dengan kegelisahan. Mungkin dalam Jama’ah menyimpulkan hasil ‘rugi’ dalam gambling/ perjudian niatnya, jika Cak Nun tidak datang.

Kita coba total kata ‘rugi’ ini bagi Jama’ah secara psiko-analisis. Pertama: mungkin sejak berangkat dari rumah Jama’ah sudah memasang standar untung rugi jika Cak Nun datang. Dengan modal berangkat jauh-jauh, menyibak jalanan, meluangkan waktu dan tenaga. Ini berarti keberadaan Cak Nun secara verbal masih diletakkan sebagai ‘single power’ dari acuan serap untuk memenuhi kebutuhan Jama’ahnya. Tingkat kebutuhan terhadap Cak Nun sangatlah variatif dan luas cakupannya, idola, kebanggaan, kuwalitas pemikiran, kewibawaan, ingin mendebat, mengukur diri, mencari perhatian khusus, mencari bahan untuk kemudian digunakan berdebat dengan orang lain (bukan Jama’ah), ataupun obsesi diri, atau juga mengintip peluang agar mendapatkan suatu hasil dari tendernya Cak Nun. Dan saya kira masih banyak hal yang Jama’ah sendiri mengetahui dari jendela kaca hati Jama’ah. Kedua: kegagalan Jama’ah dalam memahami, dan menerapkan nilai Ma’iyah. Kegagalan ini bersifat fenomenal, bergantung dari seberapa prosen individu menemukan rumusan atas psikoanalisis pertama. Cak Nun sebagai idola, kebanggaan, artinya, tiap manusia diberi kelebihan berbeda. Salah satu fungsinya adalah agar yang kekurangan dapat terpenuhi dari yang kelebihan. Sebagaimana Rosul, disempurnakan untuk mencukupi kekurangan umatnya. Kekurangan pada umatnya dimaksudkan Tuhan agar manusia tidak sombong, dan hanya Tuhan yang berhak sombong. Kita (Jama’ah) tingkat kekurangannya tergolong berkadar tinggi. Terutama dari segi wawasan, dan rumusan-rumusan hidup yang lebih tepat. Disinilah Jama’ah Ma’iyah menyerap kekurangan dirinya dari sosok Cak Nun. Sudah barang tentu dan alamiyah sekali jika sebagai rasa terima kasih (pada kadar terendah) Jama’ah yembulih dengan membanggakannya. Dengan syarat, Jama’ah Ma’iyah mengerti betul seluk beluk sikap membanggakan itu. Mengenai idola ini, Cak Nun pernah menjelaskan. Idola berasal dari bahasa Inggris, I=saya, dool=boneka. Mengidolakan Cak Nun = menganggap Cak Nun boneka. Dan hal itu bisa meruntuhkan eksistensi Jama’ah dan Cak Nun di hadapan Tuhan.

Sosok kewibawaan dan kebesaran jiwa Cak Nun dalam memahami dirinya sebagai totokromo dihadapan Alloh, dapat anda baca ulang dalam tulisan Cak Nun “Orang-Orang Ma’iyah dan Gerbang Ghaib”, dalam Gerbang Ghaib ini radikal-sufistik Emha terpancar: pilihan moral untuk menentukan yang ‘ia’ dan meninggalkan yang ‘tidak’, meyisir secara jeli hal-hal yang bersifat profan. Padahal maqom keunggulan dibanding yang lain adalah hak Emha untuk menempatinya. Artinya, skala kebesaran Emha adalah kuasa Tuhan. Segala perangkat Emha(jasat dan jiwa) adalah sosok yang di-sewa Tuhan, untuk dititipi ilmunya yang tidak mungkin Alloh sendiri turun ke manusia. Emha adalah sosok yang diranjingi (dirasuki) sifat kesempurnaan Alloh dalam menyikapi kehidupan. Jika Alloh berkenan, dan Alloh ‘nginggati’ sifat-Nya yang dirasukkan ke Emha, maka Emhanya tidak berubah sebagai sosok manusia, tetapi tidak lagi seperti Emha yang selama ini. Gerbang Ghaib adalah sifat Alloh tertepat yang diranjingkan Alloh ke Emha.

Ada ilustrasi misalnya, si Fulan diajak masuk ke dalam bumi oleh Alloh, ditunjukkan lapisan bumi, kekayaan bumi, kesaktian bumi. Kemudian ia diterbangkan menjelajahi jajaran langit. Ia mengetahui keluasan langit, harta kekayaan di langit, kesaktian di langit. Kemudian ia diperkenankan Alloh atas ridlhoNya untuk memilih salah satu yang ditawarkan, dan pasti diwujudkan. Si Fulan ternyata menjawab “kalau memang aku disuruh meminta dan engkau mengabulkan, aku hanya akan meminta: takdir yang sudah engkau tentukan terhadapku, lakukanlah. Aku ikhlas menerimanya walau pahit”. Semacam inilah sifat bijak Alloh yang diranjingkan ke Emha di Gerbang Ghaib.

Cerita di atas ada 2 hal yang kita timbang. Pertama : disuruh Alloh, difasilitasi memilih, tetapi tidak nurut, ini juga tidak bertotokromo terhadap Alloh. Kedua : mengembalikan urusan kepada Alloh, berarti menempati keberadaan manusia sebagai hamba, dan sekaligus memposisikan Tuhan sebagai Tuhan. Pilihan pada tawaran pertama adalah hak, sedang pilihan pada tahap kedua adalah sublimitas-evelatif pemaknaan total.

Pemikiran-pemikiran Emha: Bagi jama’ah yang ‘kutu buku’ sesungguhnya seluruh pemikiran Emha pati ada rujukan kembar dengan para penulis yang sudah ada, baik buku-buku Barat atau Kitab Kuning sekalipun. Yang menarik dari pemikiran Emha adalah Ia mampu menghadirkan bentuk pemikiran dalam buku itu secara luwes, gamblang dan mudah dipahami dalam konteks kekinian. Padahal Emha sendiri dalam kesibukannya tidak mungkin sempat membaca buku. Dan tidak jarang pemikiran baru Emha justru menyempurnakan atau sekaligus menolak ketika atau merevisi pemikiaran pakar pandahulunya.

Yang berbeda antara Emha dan tokoh besar seangkatannya adalah konsistensi peng-amal-an atas keilmuan itu sendiri, yang dilakukan secara intens dan periodik dari segala lapisan zaman. Dan ketika tokoh besar lainnya mandeg kreatifitasnya, Emha tetap langgeng.

Kenapa tokoh lain mandeg? Kenapa juga Emha tetap langgeng? Jawabnya adalah murni keterlibatan Alloh. Emha itu ibarat burung berkwalitas. Dengan sendirinya, sang pemilik akan mengurusi burung itu secara intensif dan menempatkan burung dalam sangkar tertentu.

Selayaknyalah Jama’ah Ma’iyah menyadari hal ini. Emha hanyalah sosok dari sekian anak manusia yang disewa Alloh untuk memancarkan cahaya-Nya, dalam kadar yang lebih terang dibanding kita semua. Seandainya Alloh bertanya “Hai orang-orang Ma’iyah, apa yang kau lakukan setelah Aku tunjukkan cahaya terbaikku yang berupa Emha? Kita harus menjawab!” semampuku, aku akan mensyukurinya dengan cara turut menyebarkan cahaya Mu itu, bukan karena Emha, melainkan karena Alloh. Ma’iyah sejati sesungguhnya bersifat ekspektatif, dimana entitas peradaban baru tidak terwujud semudah membalik telapak tangan, melainkan ada energi power yang terbentuk jauh sebelumnya. Maka ketidakhadiran Emha dalam Forum Ma’iyah ketika berhalangan, bukan masalah signifikan. Jama’ah Ma’iyah tetap bisa berdiskusi untuk mengembangkan sayap-sayap wawasannya. Dengan syarat, jama’ah harus mampu mengosongkan diri dari segala ego kepemilikannya, sehingga ketika berdiskusi mampu menyerap ilmu seremeh apapun dari Jama’ah lain, sekalipun komentar anak kecil.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae