Minggu, 06 Juni 2010

Perihal Puisi Cerdas

Ribut Wijoto*
http://www.surabayapost.co.id/

Ada semacam ungkapan, penulis mendapatkannya dari cerpenis asal Kediri, S. Jai, “banyak orang memiliki gagasan besar, dan sedikit orang yang mampu menuliskan kebesaran gagasannya”. Orang lain tidak bisa mengetahui gagasan besar seseorang oleh sebab bahasa yang diungkapkan tidak mengabarkan kekuatan gagasan besar. Bahasa dengan gagasan besar sama seperti puisi yang cerdas. Tidak saja secerdas penciptanya, penyair, malah lebih cerdas lagi.

Puisi yang lebih cerdas dari penyair lahir dari kenyataan “kesamaan informasi antara pembaca dan penulis adalah mustahil”. Perihal keterbatasan potensi rakitan kata. Kata-kata atas dasar pengakuan Jorge Luis Borges, pengarang dari Argentina, “kata-kata telah terkutuk untuk selalu mengkhianati penulis”. Kata-kata senantiasa menambah-reduksi pemahaman yang diproduksi penulis.

Puisi cerdas, lebih cerdas dari penyair, memanfaatkan sifat keterkutukan kata-kata. Keterbatasan kata-kata justru dipakai untuk menginformasikan pemahaman yang jauh melebihi pemahaman penyair. Kata-kata dieksplorasi agar melampaui kapasitas literal. Satu rangkaian kata-kata dapat secara serentak menginformasikan aneka hal, sungguh dilematis, yang penyairnya pun tidak tahu.

Pertanyaan sederhana perlu disorongkan kepada prestasi puisi cerdas. Mengapa kata-kata menjadi sedemikian berbinar, menyeruak ke wilayah-wilayah yang asing. Adakah sesuatu, semacam metode, yang terselip dalam tubuh puisi tersebut. Apakah risiko puisi cerdas.

Puisi diklaim cerdas tentu karena berpotensi menjelajahi banyak tema, gemar mengarungi lautan pokok persoalan. Sikap atas tema pun berlain-lainan. Karakter kata-katanya inspiratif. Ini merupakan batasan yang ambigu, sangat mungkin, alasan-alasan lain dapat disodorkan, dan alasan tersebut dapat dimaklumi akal.

Tapi perlu ditengok puisi “Meditasi” dari Acep Zamzam Noor. Angin itu hanya duduk-duduk di halaman. Merenungi bunga-bunga. Musik hanya lewat. Juga waktu. Larik-larik puitik Acep terasa menyentuh kepekaan indrawi. Pembaca ditantang memproduksi makna dari waktu karena bentuk waktu telah dikonkretkan Acep.

Perlu ditengok pula puisi “Tetua Kampung” dari W. Haryanto. Kami seperti desah pohon, pohon yang mencari hidup, di udara, hidup yang berbiji, kepura-puraan, sejarah yang lain, keyakinan kami begitu mengejutkan, membuat gerimis berhenti. Rakitan kata-kata W. Haryanto telah menciptakan konteks bagi sesuatu yang laten pada diri manusia: kepura-puraan. Penciptaan konteks tersebut menjalin komunikasi antara puisi dengan pembaca. Pengalaman puisi, semula milik penyair Haryanto, bergerak menjadi pengalaman pembaca.

Lain Acep, lain W. Haryanto, lain pula puisi Kriapur dalam menjalin komunikasi dengan pembaca. Pada puisi berjudul “Aku Ingin Menjadi Batu di Dasar Kali” terdapat pengucapan yang bersifat kultural. Aku sudah tak tahan lagi melihat burung-burung pindahan. Yang kau bunuh dengan keangkuhanmu – Yang mati terkapar di sangkar-sangkar pedih waktu. O, aku ingin jadi batu di dasar kali. Menanti datang saat abadi.

Perulangan puisi Kriapur, ditandai dengan kata pembuka yang, mengingatkan kepada bentuk perulangan mantra. Pola pengucapan yang khas, berulang-ulang, untuk mencapai situasi transendental. Perulangan pun semakin dipertajam dengan ucapan “O”. Sebuah sentakan yang membuat situasi semakin magis. Sama seperti bentuk pengucapan orang bersembahyang. Artinya, Kriapur telah mereproduksi pola-pola pengucapan yang telah ada dalam masyarakat untuk mendekatkan diri dengan pengalaman pembaca.

Dari ketiga hasil karya ketiga penyair di atas, dapat disodorkan pula tiga cerapan karakter puisi cerdas. Pertama, greget tubuh artinya rakitan kata mampu menyentuh keindraan manusia. Panorama yang dapat dibau, didengar, ataupun dicecap lidah. Gagasan menjadi mudah diterima ketika pembaca sudah meresponnya melalui keindraan. Kedua, greget kemanusiaan artinya jalinan kata-kata memasukkan unsur-unsur laten dalam kejiwaan dan perilaku manusia.

Semisal rasa sedih, kesepian, ketakutan, pengkhianatan, kerinduan, ataupun kepura-puraan. Tugas penyair tinggal memberi konteks atas kejiwaan manusia tersebut. Pertaruhannya terdapat pada “subyektivitas sikap” sekaligus “konkretisitas peristiwa”. Ketiga, gramatik tradisi artinya penyair meminjam ungkapan atau pola bahasa yang telah ada dalam tradisi. Entah tradisi pada intern puisi maupun ekstern sastra. Misalnya Kriapur yang meminjam pola mantra.

Cukup banyak pola bahasa dalam masyarakat. Kesemuanya dapat diadopsi dalam puisi. Kelisanan di Indonesia dikenal amat beragam, di sini penyair bebas menggunakan pola bahasa Indonesia dengan karakter Sunda, Jawa, atau Batak. Bahkan, penyair dapat saja menggunakan slank atau kreol.

Banyaknya adopsi pada puisi, sedangkan tujuannya bukannya adopsi tersebut, membikin karya puisi sebagai karya yang multi materi. Nasib buruk menimpa materi yang diadopsi. Bila materi adopsian diandaikan sebagai sebuah struktur maka struktur tersebut dipakai bukan untuk tujuan yang sebenarnya. Struktur dipinjam untuk menjelaskan atau menarasikan hal lain. Misalnya pola mantra dipinjam bukan untuk memantrai roh sebagaimana para dukun, tubuh disinggung bukan untuk menjelaskan tubuh.

Kinerja puisi ini menjadikan posisi kata bukan lagi literal. Kata menjadi metafor. Kecerdasan puisi pun beralih kepada kekuatan metafor. Paul Ricoeur pada buku The Rule of Metaphor (Toronto: University of Toronto Press, 1977, halaman 197-198) Recoeur menuliskan “Kekuatan metafor, tentunya adalah untuk merintis logika baru atas reruntuhan pendahulunya… Lalu dapat saja diusulkan bahwa cara bicara yang kita sebut metafor, yang awalnya dianggap penyimpangan itu, sebenarnya sama dengan yang telah melahirkan segala bentuk ‘medan semantik’. Kekuatan puisi pun terletak kepada daya jelajahnya dalam memasuki banyak tema. Puisi yang mampu merangsang pembaca untuk menciptakan aneka tema dengan aneka sikap atas tema. Itulah puisi cerdas.

Tetap perihal puisi yang kecerdasannya melampaui penyair, ada pengalaman menarik dari penyair yang puisinya pernah dipublikasikan Jurnal Kalam dan terpilih menjadi salah satu dari 5 penyair terbaik Jawa Timur versi FSS 2008: Deni Tri Aryanti. Pada suatu ketika, Deni menyelesaikan satu puisi tentang “ironi aku lirik atas realitas”. Puisi telah selesai ditulis, hanya saja judul belum ada. Dalam kebingungan, tanpa sengaja, Deni sedikit menundukkan kepala. Pandangan tertumpu pada stavol (penyelaras arus listrik) buatan Jepang bermerk Yamaguchi. Dan jadilah, kata Yamaguchi dipilih sebagai judul puisi.

Mula judul puisi Deni berupa “iseng’. Perilaku iseng yang cemerlang. Dengan pilihan judul “Yamaguchi”, tentunya berasosiasi pada identitas Jepang, pembaca akan dihadapkan pada beberapa opsi makna. Yamaguchi sebagai tanda hubungan Indonesia dengan Jepang. Mengingatkan pada trauma penjajahan Jepang terhadap Indonesia, meski 3,5 tahun tapi masih berbekas hingga kini. Puisi Deni Tri Aryanti secara lugas mengakomodasi semua opsi tema melalui konteks atas judul.

Puisi cerdas, bukan puisi yang senantiasa kaku terhadap gagasan penyair. Justru puisi dimaksudkan untuk menjelajahi tema-tema yang penyair belum tentu membayangkan. Bila ini telah tercapai, puisi jadi lebih cerdas dari penyair. Hanya saja, ada penyair lebih cerdas dari puisi. Kata-kata diperlakukan selayak kerajinan tangan. Kasus terjadi pada penyair yang ingin membentuk puisi sebagai bayang-bayang diri. Gagasan berat pun dibebankan kepada kata-kata, lantas puisi tidak lagi bebas meraih banyak medan tema.

*) Anggota Forum Studi Sastra & Seni Luar Pagar (FS3LP) Surabaya dan anggota Komunitas Teater Gapus Surabaya.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae