Jumat, 26 Februari 2010

Aceh, Kurusetra, Bharatayudha

Imam Cahyono
http://www.sinarharapan.co.id/

Pernah menonton wayang, menonton film Mahabharata? Atau, menyimak kisahnya di buku, komik, atau dari cerita mulut ke mulut? Kendati cerita Mahabharata sudah sangat lama hidup dalam tradisi masyarakat kita, ia selalu saja menarik untuk dinikmati, alias tidak membosankan. Bisa jadi, ia telah menjadi salah satu bagian dalam khazanah budaya kita. Bukan tidak mungkin, kisah Mahabharata adalah kisah abadi yang akan selalu menjadi inspirasi bagi umat manusia. Yang pasti, ia memberikan banyak pelajaran dan pengalaman kepada kita semua—jika kita mau sejenak merenungkannya.

Menyimak kisah Mahabharata selalu saja menimbulkan sensasi tersendiri. Ada perasaan marah, geram, sedih, pedih, gembira dan seterusnya. Menyimak Mahabharata berarti bertamasya, terbang melayang ke masa silam, masa kini dan berimajinasi tentang kehidupan di masa yang akan datang.

Perang Saudara itu harus terjadi?
Peristiwa paling dramatis dalam kisah Mahabharata adalah perang Bharatayudha. Pandawa dan Kurawa, dua keturunan wangsa Kuru, berebut takhta dengan berperang besar-besaran, perang Bubat. Perang itu, pecah, berkecamuk di Kurusetra.

Dalam lakon Kresna Duta, Bharatayudha kudu dadi (perang bersaudara itu harus terjadi). Perang besar antarsaudara Bharatayudha itu, kata Kresna, bukan untuk mencari rezeki dan kejayaan belaka (kamukten), tetapi perang suci yang menempatkan manusia pada takdirnya: bahwa barang siapa punya utang harus membayar, yang menanam harus menuai, yang memproduksi harus memakainya (sapa nggawe kudu nganggo).

”Maka, orang yang tidak punya utang tidak perlu ragu, tidak perlu khawatir. Apalagi yang tidak punya utang pati (nyawa), tidur bisa nyenyak. Tetapi, bagi siapa yang punya utang pati dan wirang, entah apa yang akan terjadi dalam perang Bharatayudha,” demikian kata Kresna.

Bharatayudha adalah perang antara keluarga Pandawa (simbol kebenaran) melawan kelompok sepupunya, Kurawa (simbol ketidakbenaran). Perang ini untuk memperebutkan takhta warisan, Hastinapura. Sebelum perang terjadi, pihak Pandawa mengutus Kresna sebagai duta untuk menagih janji Kurawa yang akan menyerahkan kembali sebagian kerajaan Hastinapura.

Akan tetapi, Kresna ditolak oleh Kurawa. Kresna pun marah dan berubah menjadi raksasa. Kemarahan raksasa itu memang bisa diredam oleh Dewa Surya atau Dewa Matahari. Kemarahan Kresna bisa diredam, tapi perang saudara—Bharatayudha—tak bisa dibendung.

Tatkala menyimak kisah Mahabharata, ada segunung pertanyaan yang cukup mengganggu. Kita tak harus menangkap kisah itu hitam-putih begitu saja. Pandawa yang baik, berjiwa mulia, santun, adil berperang melawan Kurawa yang pongah, dengki, culas dan sombong. Pandawa didukung tokoh-tokoh dari golongan putih (baik) sementara Kurawa didukung oleh pihak yang jahat. Bagaimana dengan Bisma, Karna, yang berada di pihak Kurawa, tapi hati dan jiwanya berpihak pada kebenaran?

Mengapa antarsaudara sendiri harus saling membunuh?
Mengapa Pandawa yang konon berhati emas, berjiwa mulia, harus berperang melawan saudaranya sendiri? Apakah tidak ada jalan lain selain perang? Berapa prajurit dan tentara yang gugur oleh ambisi kedua pihak? Mereka tidak bisa disalahkan apakah mereka berada di pihak Pandawa atau Kurawa. Mereka hanyalah rakyat biasa yang harus senantiasa tunduk dan patuh pada junjungannya, rela mengorbankan jiwa raga demi bangsa. Sebagai warga negara yang baik, sudah menjadi kewajiban bagi rakyat untuk membela negaranya. Entah itu benar atau salah.

Dalam kisah Bharatayudha, pertempuran berkecamuk dengan bengis, sepanjang siang yang terik dan lembab itu. Ribuan kereta hancur dan kuda tewas. Gajah-gajah roboh, dan tubuh manusia—tak terhitung jumlahnya—tercincang, remuk, binasa. Kurusetra menjadi laut dengan puluhan gelombang yang bertabrakan, memuncratkan darah. Hari-hari peperangan di Kurusetra berlangsung seru, menyeramkan. Baik pihak yang baik dan yang jahat sama saja perilakunya. Logika perang adalah membunuh atau dibunuh. Jika ingin hidup, berarti harus memupus kehidupan yang lain. Logika perang adalah menang dan kemenangan. Dan untuk mencapainya, mereka sama-sama buas.

Perang, Sebuah Takdir?
Mengapa perang saudara itu harus terjadi? Apakah Tuhan telah menggariskan bahwa antara Pandawa dan Kurawa harus berperang sebagai jalan akhir yang mesti ditempuh? Bagaimana perasaan keluarga kedua belah pihak yang sedang berperang? Yang pasti, kalah jadi arang dan menang jadi abu. Pihak Pandawa pada akhirnya memenangkan pertempuran pun harus membersihkan diri dari dosa-dosa yang dilakukan semasa perang. Entah kebetulan ataukah sebuah kemestian, Bharatayudha juga terjadi dalam kehidupan keseharian manusia. Kita memang berharap tidak menemukannya, apalagi menyaksikan dan menghadapinya langsung. Tapi, apa boleh buat.

Di Indonesia, kita sudah menyaksikannya di pelupuk mata. Kisah Mahabharata, Bharatayudha dan Kurusetra ala Indonesia, berlangsung di Aceh. Di ujung timur nusantara, sudah lama genderang perang ditabuh. Dalam waktu dekat, perang yang lebih besar tampaknya tak lagi terelakkan. Perang antara saudara sendiri, sekandung, senasib, sepenanggungan, sebangsa dan setanah air.

Siapa pun tak bisa menyangkal, Aceh adalah jantung republik ini. Denyut pertama bangsa Indonesia dimulai dari Aceh. Tanah renconglah yang pertama kali mengakui Indonesia sebagai negara merdeka, pernyataan langsung kepada presiden Soekarno. Sang presiden pun mengakui sembari menitikkan airmata, bahwa Aceh adalah modal RI. Rakyat Aceh dengan ikhlas menyumbangkan dua pesawat terbang, Seulawah. Aceh juga menyumbangkan uang kontan sebesar 250.000 dolar AS kepada Angkatan Perang RI, 250.000 dolar lainnya untuk keperluan pemerintah Soekarno, serta 5 kg emas.

Jika kemudian muncul Gerakan Aceh Merdeka dan ingin melepaskan diri, itu pun bukan tanpa alasan, tidak hadir di ruang hampa. Ketidakadilan yang panjang yang diderita rakyat Aceh pada akhirnya menghadirkan keinginan untuk merdeka. Kini, ribuan tentara RI telah siap siaga di serambi Mekah. Pihak GAM pun tak mau mengalah. Keduanya siap bertempur, sampai titik darah penghabisan. Peperangan pun tak terelakkan. Kita hanya bisa mencatat, merekam dan menyaksikan, betapa perang sungguh mengerikan. Sesantun dan searif apapun peperangan, ia bukanlah jalan yang baik dan jalan terbaik atas solusi sebuah persoalan. Dalam kondisi terdesak pun, perang bukanlah pilihan bijak.

Perang hanya akan melahirkan serangkaian dendam, kebencian yang beranak pinak dan mendalam, menggelora, membara. Perang melahirkan api dalam sekam. Tapi, tak ada satu pun kekuatan yang dapat membendung pertumpahan darah di serambi Mekah. Pertempuran pecah, berkecamuk, dan entah berapa korban akan jatuh, dan entah kapan akan usai. Mahabharata, Bharatayudha, Kurusetra ada di masa lalu dan sekarang. Bukan tidak mungkin, ia akan hadir kembali di masa depan. Apakah perang adalah memang takdir, sebuah kemestian dari penguasa seluruh alam?

Penulis, esais, editor Jurnal ”Interaksi” Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae