Jumat, 29 Januari 2010

GEJALA KEMUNCULAN SAJAK BERALIRAN DEKORATIF

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/?p=291

Seorang penyair diharuskan mencari nilai-nilai hayatnya sendiri, meski tengah belajar pun sudah pelajari keilmuan dari berbagai sumber hikmah lain.

Di kedalaman dirinya, pantas menggali yang dirasakan gejolak sehari-hari, atas pantulan hidup bermasyarakat, serta jalannya sejarah yang menggumuli.

Bukan sekadar menghayati lorong-lorong pernah dilewati para pendahulu. Di sinilah tantangannya, apakah penyair tulen atau sekadar pengekor nilai yang ada, dari agama, filsafat pun keilmuan lain.

Kita tahu Ibnu Arabi, walau mengambil ajaran Islam sebagai sungai menghanyutan jiwanya, tapi dirinya tak sekadar ikuti arus semata, ada usaha keras mengeduk relung terdalam, pada yang bergolak di kedalaman jiwa.

Al-Hallaj juga tokoh-tokoh yang menggenggam suatu nilai dengan khusyuk tawadhuk, namun tetap keimanannya tidak seperti hamba membutakan mata.

Ada pencarian sungguh dari faham dianutnya, hingga memunculkan cahaya syiar cemerlang, menjadi pandangan baru yang ditimbulkan, atas usahanya dalam penelusuran kehakikian hayat di jamannya.

Menengok dunia Barat, kujumput saja perihal kesusastraan Prancis dari pandangan Marcel Raymond, pada De Baudelaire au Surrealisme, Jose Corti 1963, yang dikutip Wing Kardjo:

“Puisi modern Prancis dapat dibilang berawal Charles Baudelaire, atas kumpulan sajaknya Les Fleurs du Mal, yang merupakan sumber inspirasi puisi masa kini, telah melahirkan dua aliran kepenyairan; para seniman dan para terus mata, yang satu mengalir ke Mallarme menuju Valery, satunya lagi menelusup pada Rimbaud menukik ke avontir, kaum surrealis.”

Tampak di sana, kaki-kaki kepenyairan menjejak kukuh perjuangan takdirnya, tidak hanya membaca buku lantas memakan mentah, tapi juga menyinahui letupan jiwanya, menyuntuki alam sekitar sampai temukan bentuk baru, yang dirasai sesuai alam diri dikandungnya.

Tidak sekadar bantahan pemikiran, ada laku atas hasil usahanya; segugus karya sebagai toggak pembenaran terjadinya kehadiran niscaya.

Entah sajak aliran dekoratif sebelumnya sudah tercium apa belum, yang jelas arusnya dari seni kerajinan, atas membiaknya revolusi industri yang sempat dialihkan, bukan dihadang-halangi William Morris (1834-1896).

Lewat mematangkan nilai modern bersentuhan kemanusiaan yang tidak terpatok prodak masal dari pabrik, ada membumikan kerja manusiawi, semisal pabrik rokok kretek yang sebagian karyanya menggunakan tenaga manusia.

Kini kuberanikan memaknai apa itu sajak beraliran dekoratif, sajak ini memperindah nilai yang sudah diterima secara umum, normatif, tepatnya mengukuhkan faham telah ada, apakah hasil keringat nilai puitik penyair pendahulu, atau ajaran agama yang dianut.

Yang terpancang di sana, gemerlap warna-warni, tapi kita mengenal oleh bacaan-bacaan sebelumnya. Sentuhan itu terasa, manakala mendalami corak ruhaniah karya tersebut tidak memiliki greget, atau tiada ruh penciptaan dari kedalaman jiwa penyair, sejenis kelincahan tangan, keahlian merakit keindahan.

Jaman sekarang, di mana informasi berlesatan, dimungkinkan terbentuk aliran sajak dekoratif, karena kurangnya pengendapan jiwa penyair, hanya mengandalkan tambal sulam warna puitis, yang di dalamnya masih mengemban suatu nilai, tapi terlihat jelas karya itu hasil olahan nalar atas jiwa distandarkan, sebab mengikuti gaya puitisasi yang sudah dikenal dalam dunia kepenyairan.

Gejala ini berawal pertemanan satu penyair dengan penyair lain, lebih jelas mencermati gerak sanggar sastra yang menghadirkan antologi puisi, terlihat kesamaan bentuk dalam pencarian cahaya puitis, di sinilah kelemahan pun kelebihannya.

Manfaatnya tentu memudahkan pemula meraup asal-asalan dari pendahulunya, bagi pemula yang cerdas dan lincah, akan mudah meneguk air bening formula puisi. Namun tidak dirasai ia tengah menenggak racun, sebab tidak berusaha mencipta wujud berbeda, dan sungguh tidak memiliki sikap jiwa pencari, karena terpuaskan hasil-hasil gemilang dari polesannya.

Sebelum jauh, kuceritakan keluhan seorang penyair nasional. Di sini tiada niatan merusak pamor yang dibangunnya, sekadar menjumput kegelisahannya. Dia bilang mau berpindah cerpen, sebelum beralih puisi lewat bentuk baru, sebab muridnya telah mengambil bentuk yang sudah dicanangkan sejak awal. Dia pun berbicara, apa yang digagasnya selama bertahun-tahun, diambil alih hanya beberapa bulan saja, begitu kurang lebih perkataannya.

Sketsa di atas dapat dipisahkan, mana penyair karbitan dan yang benar-benar matang oleh pencarian jati dirinya, atas pengalaman berkelana, hingga menemukan wajah puitis berbeda, serta melekat kuat dalam jiwanya, daripada sekadar dicetak menjelma penyair.

Ini kukira tidak mengurangi hukum bersosial, di mana insan saling pengaruh, tapi namanya pencipta, patut berusaha temukan jalan masing-masing. Dan sang pelopor tidak tertarik hasil-hasil yang sudah jadi, tetapi menampiknya sekeras menggali sumber air keindahan, dari perjuangannya merasai kenikmatan berpuisi.

Aku ambil suasana para pencipta seni di atas suara pengamat musik klasik J. Van Ackere yang diterjemahkan J. A. Dungga, dalam buku Musik Abadi:

“Kentara pada kita bahwa dalam seni lukis, sastra dan musik, terdapat aliran-aliran yang sama. Impresionisme, Simbolisme, Debussysme, ialah suara-suara dari jaman dan roh yang satu juga. Ada semacam saling pengaruh antara seniman-seniman. Mereka saling melihat melalui pagar tembok mereka dan saling memetik bunga dalam kebun mereka. Penyair main musik, musikus melukis, pelukis membikin sajak, dan membikin orkestra dengan warna-warna. Seniman-seniman muda dari aliran baru sering bertemu dalam sebuah rumah Stéphane Mallarmé di jalan Roma, Paris. Debussy memainkan preludenya yang paling baru, Whistler memperlihatkan lukisannya yang terakhir, dan Mallarmé membacakan sajaknya yang baru saja dibuatnya.”

Ackere, seakan menyaksikan orkestra atau pesta cahaya dari keindahan bertemunya para seniman itu pada suatu panggung penciptaan yang mampu membius, membuat bulu-bulu para penyimaknya merinding, di mana “saling melihat melalui pagar tembok mereka, dan saling memetik bunga dalam kebun mereka.” Sungguh suatu lukisan agung sebuah pergaulan, musik paling mulia yang tercipta, dan sajak mengharukan jiwa, atas berjumpanya bathin berbeda dalam satuan ruh daya cipta.

Kita tengok pergaulan tiga penyair jaman romantik Inggris yang bersahabat; Byron, Keats dan Shelley, ketiganya sama-sama mati muda, mereka dapat menunjukkan kemampuan masing-masing, mencuatkan jati diri perasaan gemilang dengan pamor berbeda.

Maka sepantasnya para penyair menguliti jiwanya, dari pelepasan kegelandangan pun dalam pertemanan, ialah yang diperjuangkan, digenggam kuat tidak terhanyut, tapi menciptakan sungai-sungai yang menyenangkan dari jiwa-jiwa mereka.

Pada penyair gelisah di atas, sebab dirinya penyair, membuktikan tepat ucapannya, mencipta cerpen dengan wujud lain dari pantulan alam kepenyairannya selama ini, lalu memasuki lorong dunia puisi yang merangsang jiwanya dalam bentuk beda.

Sedang pengekornya tetap semula, malah tampak kemerosotan jiwa, itulah ganjaran atau pantas, sebab jiwa seniman sejati adalah sosok pencari yang tidak puas diri sendiri, keadaan yang melingkupi, pula sejarah menaungi jamannya.

Jika balik membahas kemunculan sajak beraliran dekoratif, kurasa sah mereka, toh itu imbas menanggalkan nilai-nilai adi luhung, yang dihidupi para pencetus kemurnian pandangan, atau faham-faham.

Penyair beraliran dekoratif, hanya menghadapkan dirinya pada suatu keadaan di depan, yakni penyajian sebaik mungkin, meski lemah sisi jiwa penggalian ruh masanya, semacam mengikuti arus perubahan, tidak mencipta sungai bergolak dari kehakikian suara masa sebagai bahan pelajaran, demi terciptanya karya mempuni mewakili jaman.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae