Senin, 04 Mei 2009

Novel Fenomenal tanpa Resep Tunggal

Judul buku: Ayat-Ayat Cinta
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika dan Basmala
Tebal buku: 420 halaman
Cetakan: Pertama, Desember 2004
Halaman: 20,5 x 13,5 cm
Peresensi: Detti Febrina*
http://www.lampungpost.com/

BANYAK faktor yang melatari sebuah buku hingga bisa dikategorikan buku laris atau best seller. Namun, novel Ayat-Ayat Cinta (AAC) yang sampai Desember 2007 sudah memasuki cetakan ke-30 dengan jumlah yang terjual sekitar 300 ribu eksemplar–konon memecahkan rekor buku laris se-Asia Tenggara–memang menjadi fenomena tersendiri yang rumus suksesnya tidak bisa dipilah secara singularis.

Sukses novel bergenre sastra islami ini tidak kurang membawa dua penerbit besar Malaysia memperebutkan hak edar dalam bahasa Melayu. Dalam wawancara dengan majalah Tempo (31-12-2007), Direktur Penerbit Republika Tommy Tamtomo mengaku novel itu rencananya juga terbit di Kanada dan Australia.

Tambahan lagi, Januari 2008 ini akan ada acara Napak Tilas Ayat-Ayat Cinta ke Mesir. Dengan membayar 1.200 dolar, peserta wisata dapat mengunjungi beberapa lokasi yang dijadikan setting cerita AAC. Gilanya, paket ini laku!

Lalu, hingga tinjauan pustaka ini ditulis, ribuan penggemar novel AAC masih harap-harap cemas kapan peluncuran filmnya yang molor sejak Desember 2007, benar-benar bisa tayang. Entah ini kabar baik atau tidak, novel islami yang kental dengan bahasa fikih dan dakwah itu harus berakulturasi dengan watak kapitalis yang meminjam istilah sastrawan Prie G.S.–haus industri dan kapital materi.

Seratus Ribu hingga Seratus Juta

Di antara pusaran kutub fiksi-fiksi islami yang lebih sering dianggap sebagai buku agama ketimbang karya sastra, serta kutub novelis profan yang mengklaim diri sebagai sastrawan tulen dengan mengusung sastra mazhab selangkangan (SMS)-nya, AAC tidak pelak hadir sebagai oase yang menjadi antitesis kedua kutub. Ini disitir Hadi Susanto dalam prolog novel ini, yang menurut saya, juga menambah bobot fenomenalnya.

Bukan hal yang mudah memasukkan nilai-nilai dakwah yang sedemikian kental, sekental susu kental manis tanpa air dan mengangkatnya menjadi karya sastra yang secara mengejutkan juga memenuhi selera pasar.

Tentang penulis sendiri, sebelum AAC, Habiburrahman El Shirazy yang akrab dipanggil Kang Abik atau Kang Habib ini, bukan siapa-siapa. Bahkan, untuk publik Semarang, tempatnya menuntaskan novel yang beranak-pinak buku itu (catat kehadiran fenomena Ayat-Ayat Cinta dan novel-novel pasca-AAC seperti dwilogi Ketika Cinta Bertasbih, Pudarnya Pesona Cleopatra, dan karya-karya lain dalam daftar yang tidak pendek) juga bernasib sama dengan puaknya. Ya, jadi best seller juga.

Habib (32), bukan kebetulan seusia dengan orang yang tengah menulis resensinya ini, sekembali ke kampung halaman bergelar Sarjana Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, hanya menjadi guru honorer dengan gaji kurang dari Rp100 ribu sebulan. AAC menjadi semacam blessing in disguise (berkah tersembunyi) karena lahir justru setelah ia mengalami kecelakaan hingga harus istirahat penuh di rumah.

Dalam tempo sebulan, ia selesaikan roman santri yang lalu dimuat surat kabar Republika dalam bentuk cerita bersambung. Begitulah, AAC kemudian dibukukan dan meledak empat bulan pascacetak pertama. Tidak hanya sekali, tapi meledak dan meledak terus. Dan pada 2005 serta 2006, ia sukses menumbangkan dominasi Harry Potter sebagai buku terlaris.

Habib menikmati royalti 12 persen dari harga jual yang jika ditotal dengan buku-bukunya yang lain berjumlah Rp1,5 miliar. Dan dalam beberapa bulan ini, tiap bulan Penerbit Republika mengirim royalti kepada bapak dua anak itu Rp100 juta. Dengan royalti yang mengalir bagai air, guru honorer bergaji tidak sampai Rp100 ribu perak itu kini bisa membangun pesantren dan sekolah di Semarang.

Bukan Roman Picisan

Tokoh utama AAC adalah pemuda Indonesia bernama Fahri, mahasiswa pascasarjana Al-Azhar Kairo nan pintar, taat beragama, aktivis kampus, pekerja keras, bijak, dan romantis. Pokoknya, Fahri sosok ikhwan tulen paripurna dambaan perempuan yang juga digambarkan jadi rebutan empat akhwat, yaitu Maria, Noura, Nurul, dan Aisha. Notabene keempatnya cantik-cantik.

Aisha, gadis peranakan Jerman-Turki-Palestina, yang kemudian menjadi istri Fahri, bahkan dilukiskan cuantiiik bagai bidadari dan kaya-raya pula. Walau dipenuhi kejutan dan di beberapa bagian menguras air mata, sebagaimana keinginan banyak pembaca fiksi, novel ini toh berakhir bahagia.

Kedengaran klise dan tidak lebih bak roman picisan? Mungkin saja. Bahkan, walau bertabur kosakata khas komunitas santri dan aktivis masjid, ada yang berpendapat novel ini lebih layak masuk genre sastra pop. Mengenai hal ini, Habib punya jawaban lugas bahwa ia menulis mengikuti “rumus umum” yang berlaku di pesantren; khotibun naas ‘ala qodri uqulihim. “Bicaralah sesuai kemampuan orang yang kamu ajak bicara. Itu kunci komunikasi,” terangnya.

Rumus komunikasi yang dipakai Habib sukses memikat hati bukan hanya ikhwan-akhwat pembaca spesifik karya-karya Forum Lingkar Pena (FLP), forum penulis fiksi islami tempatnya bernaung, yang sudah terbiasa serta fasih dengan sebutan akhi-ukhti (”saudara laki-laki”–”saudara perempuan”). Ayat-Ayat Cinta juga terbukti sukses memikat hati akademisi kelas berat seperti Prof. Laode Kamaludin atau sastrawan trilogi laris Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari. Novel ini juga berhasil memaksa grup media Tempo yang terkenal dengan jurnalisme sastrawi yang “angker” itu untuk memberitakannya di laporan utama. Dan jangan lupakan kelas konsumen buku snobbish yang membeli buku lebih karena alasan gaya hidup, dan tentu saja punya andil besar menahbiskan novel ini menjadi novel laris.

Buku fenomenal secara substansial maupun komersial yang menurut sebagian besar anggota milis pencinta AAC dan Habiburrahman El Shirazy ini, sempurna tanpa cacat cela, tetap membuka ruang kritik. Seperti yang dikatakan Salim A. Fillah dalam fenomena Ayat-Ayat Cinta, kekurangan novel ini adalah tokoh utamanya tidak punya kekurangan. Dan ceritanya tidak ubahnya sinetron-sinteron tanah air yang too good to be true alias hiper-realitas.

Dengan penuh hormat, kepada Kang Habib yang telah melahirkan karya dari hati ini, saya setuju bahwa tokoh Fahri telah berhasil mendobrak segenap adagium pemuda gaul ala Si Boy yang hanya meletakkan agama sebagai simbol tasbih di spion mobil atau sesekali mendirikan salat, tapi pada saat yang sama rajin ke diskotek dan memacari perempuan yang memakai rok mini.

Saya juga percaya, dari 300 ribu pembeli AAC–serta sekian ribu peminjam buku berkantong cekak seperti saya–banyak yang mendapati pencerahan bahwa di dunia nan durjana ini masih ada sosok-sosok oasis semacam Fahri, Maria, dan Aisha. Saya setuju bahwa anak-anak muda kita butuh role model seperti Fahri yang menurut Kang Habib bahkan masih kurang sempurna. Masih kurang me-malaikat (waduh!).

Saya pun setuju bahwa sosok sekarakter Fahri itu wujud di dunia nyata, bukan hanya di Kairo, melainkan juga di sudut provinsi termiskin di Sumatera maupun di relung-relung Jakarta dan Semarang. Namun, toh pada akhirnya tidak ada yang maksum (tanpa kesalahan) selain baginda Rasul saw.

Dan untuk sebuah novel yang sudah cetak berpuluh kali, sungguh sayang bila di cetakan ke 21 sekalipun masih ditemui sejumlah salah ketik, penulisan imbuhan yang tidak sesuai dengan kaidah umum berbahasa, serta lafal asing yang tak tepat kamus. Walau demikian, keindahan novel yang diinspirasi Alquran surat Az Zukhruf Ayat (67) ini, tetap sulit dicari tandingannya. Wallahualam.

*) Pencinta buku, tinggal di Bandar Lampung.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae