Senin, 04 Mei 2009

Mengenang Kritikus Sastra Dami Toda

Gerson Poyk
http://www.suarakarya-online.com/

Penulis terhenyak ketika memperoleh berita bahwa Dami N Toda telah meninggal pada bulan November 2006 yang lalu. Perkenalan pertama kami terjadi di Sanggar Wowor milik pematung Michael Wowor di Jalan Kalibata Raya pada tahun enam puluhan ketika Menteri Perkebunan waktu itu, Frans Seda, memberi oder kepada Michael untuk membuat patung Irama Revolusi.

Dami masih kuliah di UI ketika itu dan karena ia masih punya hubungan keluarga dengan Michael (kakak perempuan Michael kawin dengan famili Dami seorang yang bergelar ‘raja muda’ atau bangsawan Manggarai yang kemudian menjadi bupati) maka sudah tentu Michael membantu Demi sekadarnya.

Kami bertiga selalu berdiskusi tentang seni-budaya termasuk bagaimana membangun NTT melalui kesenian khususnya pariwisata budaya umumnya.

Lalu saya menulis di Kompas dan Dami menulis di Suara Karya dan sebuah majalah di Flores mengenai tema pembangunan budaya ‘kampung’ dan pendidikan non formal yang dalam perkembangan studi kami selanjutnya mungkin mirip apa yang ditulis oleh Paulo Fraire, Ivan Ilich dll, tetapi tidak mengaitkannya dengan revolusi fisik-berdarah. Ada teman yang mengatakan kampung itu mirip Taman Mini tetapi kami membantah karena terbayang, kalau ada proyek maka ada pimpro dari pihak birokrasi yang mudah terserang virus KKN dengan pengusaha (pengembang-pemborong) dsb. Kami ingin agar disamping birokrasi ada adhokrasi yang sehat-bermoral Di atas segalanya lebih baik kalau dimulai dari rakyat secara swakarya. Michael membuat gambar maket mengenai kampung, tersebut dan saya membawanya ke Kupang. Gubernur menganjurkan saya ke kantor humas provinsi untuk bantu-bantu di sana. Tampaknya beliau mengira saya ingin menjadi pegawai negeri. Maka saya pun kembali ‘merantau’ ke Jakarta.

Ketika Demi menulis skripsi tentang Iwan Simatupang ia datang ke rumah untuk berdiskusi tentang eksistensialisme. Seingat saya, saya hanya mengoceh tentang absurditas, tentang kesadaran sebagai tokoh pertama dan dunia (alam, isteri, anak, orang lain, teman, massa, pemerintah) sebagai tokoh kedua Tokoh pertama penuh kerinduan untuk menyatu dengan tokoh kedua tetapi tidak mungkin dan hanya timbul kontroversi yang disebut absurd walls. Pemeliharaan atau pembiaran atas ketiga tokoh tersebut diperlukan dalam panggung kehidupan. Ide mutlak dibenak yang melahirkan aksi mutlak untuk membunuh salahsatu tokoh berarti bunuh diri secara metafisik dan historis. Yang diperlukan adalah program yang moderat-samaritan, jalan tengah yang dituntun oleh hati nurani. Walaupun dunia ini absurd, banyak anak kecil, perempuan dan lelaki sipil dan militer terkapar menjadi mayat, namun sikap moderat-samaritan perlu dipertahankan. Akan tetapi Dami tidak menyertakannya dalam skripsinya. Sya sangat merasa bersalah karena tidak memberikan buku-buku tentang eksistensialisme yang dibeli ketika tinggal di Amerika karena takut hilang. Semuanya merupakan emas. Walaupun demikian, tidak lama kemudian, muncullah buku kumpulan eseinya yang berjudul Hamba-Hamba Kebudayaan, yang isinya menunjukkan kecerdasan eksistensial Dami.

Setelah ia lulus dari UI, jami bertemu beberapa kali, antara lain di rumah kontrakannya di Matraman (dekat gedung Gramedia) dan saya di seberangnya (di sebuah lorong sempit di samping pasar Pal Meriam, ditepi sungai yang penuh sampah). Pernah ketika saya mengunjungi dia penyair Abdul Hadi WM ada di sana. Keduanya akrab sejak lama, pernah bersama-sama menulis sebuah refererat berjudul Catatan Teoretik Sekitar Penciptaan Novel 70-an. Akan tetapi Dami lebih suka menulis tentang Sutarji Calsoum Bachri. Penyair ini adalah sekali gus fenomena dan noumena. Akan tetapi dia menolak fenomena dalam berpuisi dan ingin iseng sendiri dalam dirinya sendiri yang noumenal itu dengan mantra yang hanya mempunyai arti misterius dan kemagisan yang merdu. Untungnya Mbah Dukun Mantra Riau yang membawa-bawa naluri kekuasaan ke atas panggung sastra dengan mengangkat diri sebagai Presiden Puisi, dianggap main-main saja oleh Gunawan Muhamad. (Dami Toda, Hamba-Hamba Kebudayaan, hal 26). Dami dalam satu ceramahnya di TIM menyinggung ‘bahasa diam’. Maksudnya orang yang berdiam saja bisa merupakan kawah yang berisi informasi yang penting. Akan tetapi kalau sumber informasi dalam batin yang tidak diketahui oleh orang lain itu, tidak mendorong terjadinya bentuk (poem atau bentuk seni pada umumnya), mana bisa terjadi internalisasi puitis pada orang lain yang berhadapan dengan orang yang diam itu? Memang, menurut Kant kehidupan keseharian kita merupakan bahagian dari dunia fenomena dengan substrata noumena yang bebas tidak terbuka (apiori) bagi pengentahuan kita Dunia fenomen dapat dikenal oleh logika rasional sedangkan dunia noumena hanya dapat diketuk pintunya yang tertutup itu dengan logika irasional (logika hatinurani, logika analogis-metaforis). Atau mungkin seperti yang disebut oleh Maritain, poetry intuition adalah spiritual energy yang tak berbentuk yang mendorong terjadinya art (bentuk).

Suatu malam ketika selesai makan malam dirumah saya, saya mengantarkan dia sampai ke jalan. Di tengah jalan Matraman Raya yang sunyi lengang di dini hari itu kami berbicara tentang apa saja, termasuk tentang teater sehingga kami bergerak bebas-teatrikal di jalan yang lengang itu. Kemudian ia menghilang ke gangnya.

Lalu tidak lama kemudian dia ke Jerman sedang saya menghilang dari gang tersebut dengan memakai tiga celana dan tiga kemeja sekali gus bersama buku-buku emas saya, mengembara di tanah air sendiri. Rasanya seperti memakai pakaian astronaut di bulan, malah lebih berat karena membawa buku-buku.

Setelah harian Sinar Harapan terbit kembali, ia mengirim e-mail berisi niatnya untuk kami berdua menulis buku riwayat hidup Benedictus Mboi, mantan gubernur NTT dan tulisannya yang panjang tentang Nietzsche. Saya tidak menolak dan tidak menerima karena walaupun nama saya tercantum dalam box namun hanya sebagai anggota dewan redaksi diluar ‘garis komando’ yang konon kalau harian ini sudah maju barulah ada imbalannya.

Tiba-tiba ada teman yang menghadiahkan sebuah buku tebal tentang sejarah Manggarai. Buku yang tebal yang menunjukkan kemampuan raksasa seorang Dami N. Toda!. Ia mempergunakan waktu dan tenaga sebaik-baiknya di negeri Jerman dan Belanda untuk meneliti buku sejarah kampung halamannya.

Ketika saya ke Flores dalam rangka pembuatan video sastrawan Indonesia prakarsa Yayasan Lontar (dibiayai Ford Foundation), saya ke kota Ruteng kota dimana saya menghabiskan masa kecil saya. Seperti William Saroyan yang kembali ke mata airnya untuk melepaskan rindu dengan minum sambil mencium bau tanah kesayannya, saya mencari mata air saya yang dahulu dan ternyata masih ada, masih membersitkan air yang bisa diminum langsung, air yang membesarkan saya.

Maka timbullah niat menulisi bupati untuk membuatkan sebuah kolam dan sebuah perpustakaan dimana buku-buku dan potret putra-putri terbaik Manggarai, seperti Dami N Toda, Ben Mboi, Thoby Mutis (rector Trisakti) para pastor dan uskup asal Manggarai, yang berjasa dalam dunia pendidikan yang moderat-samaritas. Saya ingin mengirimi Dami video saya itu serta novel saya ‘Enu Molas di Lembah Lingko’ tetapi selalu tertunda karena selalu menderita ‘kanker’.

Dmi hanya menerima salam saya lewat seorang pemuda Jerman bernama Thomas Zschocke yang mengadakan penelitian selama dua tahun di Indonesia dan kembali ke Jerman dengan bibliografi dan tesis S2 masing-masing mengenai tulisan dan sastra saya serta S3 mengenai program pendidikan non formal di kampong budaya yang saya kembangkan menjadi program desa informasi (millennium ketiga) dimana sarjana dan seniman belajar dari petani dan petani belajar dari sarjana dan seniman menghadapi alam (pulau dan laut), bekerja dengan tool teknologi tepat guna seperti computer/internet, taktor tangan, gergaji mesin dsb dalam wadah koperasi di atas lahan lingko (kebun di Manggarai yang berbentuk roda sepeda atau sarang laba-laba) modern. Saya doktor muda Jerman tsb bekerja pada program PBB mengenai perkebunan kentang di Peru, bukan di lembah lingko, kampung halaman kami. Pada hal dia pernah berkomenter bahwa program tsb menentukan masa depan Indonesia, Ide desa budaya kami men Doktor-kan (menghidupkan) orang asing. ***

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae