Gerson Poyk
http://www.suarakarya-online.com/
Penulis terhenyak ketika memperoleh berita bahwa Dami N Toda telah meninggal pada bulan November 2006 yang lalu. Perkenalan pertama kami terjadi di Sanggar Wowor milik pematung Michael Wowor di Jalan Kalibata Raya pada tahun enam puluhan ketika Menteri Perkebunan waktu itu, Frans Seda, memberi oder kepada Michael untuk membuat patung Irama Revolusi.
Dami masih kuliah di UI ketika itu dan karena ia masih punya hubungan keluarga dengan Michael (kakak perempuan Michael kawin dengan famili Dami seorang yang bergelar ‘raja muda’ atau bangsawan Manggarai yang kemudian menjadi bupati) maka sudah tentu Michael membantu Demi sekadarnya.
Kami bertiga selalu berdiskusi tentang seni-budaya termasuk bagaimana membangun NTT melalui kesenian khususnya pariwisata budaya umumnya.
Lalu saya menulis di Kompas dan Dami menulis di Suara Karya dan sebuah majalah di Flores mengenai tema pembangunan budaya ‘kampung’ dan pendidikan non formal yang dalam perkembangan studi kami selanjutnya mungkin mirip apa yang ditulis oleh Paulo Fraire, Ivan Ilich dll, tetapi tidak mengaitkannya dengan revolusi fisik-berdarah. Ada teman yang mengatakan kampung itu mirip Taman Mini tetapi kami membantah karena terbayang, kalau ada proyek maka ada pimpro dari pihak birokrasi yang mudah terserang virus KKN dengan pengusaha (pengembang-pemborong) dsb. Kami ingin agar disamping birokrasi ada adhokrasi yang sehat-bermoral Di atas segalanya lebih baik kalau dimulai dari rakyat secara swakarya. Michael membuat gambar maket mengenai kampung, tersebut dan saya membawanya ke Kupang. Gubernur menganjurkan saya ke kantor humas provinsi untuk bantu-bantu di sana. Tampaknya beliau mengira saya ingin menjadi pegawai negeri. Maka saya pun kembali ‘merantau’ ke Jakarta.
Ketika Demi menulis skripsi tentang Iwan Simatupang ia datang ke rumah untuk berdiskusi tentang eksistensialisme. Seingat saya, saya hanya mengoceh tentang absurditas, tentang kesadaran sebagai tokoh pertama dan dunia (alam, isteri, anak, orang lain, teman, massa, pemerintah) sebagai tokoh kedua Tokoh pertama penuh kerinduan untuk menyatu dengan tokoh kedua tetapi tidak mungkin dan hanya timbul kontroversi yang disebut absurd walls. Pemeliharaan atau pembiaran atas ketiga tokoh tersebut diperlukan dalam panggung kehidupan. Ide mutlak dibenak yang melahirkan aksi mutlak untuk membunuh salahsatu tokoh berarti bunuh diri secara metafisik dan historis. Yang diperlukan adalah program yang moderat-samaritan, jalan tengah yang dituntun oleh hati nurani. Walaupun dunia ini absurd, banyak anak kecil, perempuan dan lelaki sipil dan militer terkapar menjadi mayat, namun sikap moderat-samaritan perlu dipertahankan. Akan tetapi Dami tidak menyertakannya dalam skripsinya. Sya sangat merasa bersalah karena tidak memberikan buku-buku tentang eksistensialisme yang dibeli ketika tinggal di Amerika karena takut hilang. Semuanya merupakan emas. Walaupun demikian, tidak lama kemudian, muncullah buku kumpulan eseinya yang berjudul Hamba-Hamba Kebudayaan, yang isinya menunjukkan kecerdasan eksistensial Dami.
Setelah ia lulus dari UI, jami bertemu beberapa kali, antara lain di rumah kontrakannya di Matraman (dekat gedung Gramedia) dan saya di seberangnya (di sebuah lorong sempit di samping pasar Pal Meriam, ditepi sungai yang penuh sampah). Pernah ketika saya mengunjungi dia penyair Abdul Hadi WM ada di sana. Keduanya akrab sejak lama, pernah bersama-sama menulis sebuah refererat berjudul Catatan Teoretik Sekitar Penciptaan Novel 70-an. Akan tetapi Dami lebih suka menulis tentang Sutarji Calsoum Bachri. Penyair ini adalah sekali gus fenomena dan noumena. Akan tetapi dia menolak fenomena dalam berpuisi dan ingin iseng sendiri dalam dirinya sendiri yang noumenal itu dengan mantra yang hanya mempunyai arti misterius dan kemagisan yang merdu. Untungnya Mbah Dukun Mantra Riau yang membawa-bawa naluri kekuasaan ke atas panggung sastra dengan mengangkat diri sebagai Presiden Puisi, dianggap main-main saja oleh Gunawan Muhamad. (Dami Toda, Hamba-Hamba Kebudayaan, hal 26). Dami dalam satu ceramahnya di TIM menyinggung ‘bahasa diam’. Maksudnya orang yang berdiam saja bisa merupakan kawah yang berisi informasi yang penting. Akan tetapi kalau sumber informasi dalam batin yang tidak diketahui oleh orang lain itu, tidak mendorong terjadinya bentuk (poem atau bentuk seni pada umumnya), mana bisa terjadi internalisasi puitis pada orang lain yang berhadapan dengan orang yang diam itu? Memang, menurut Kant kehidupan keseharian kita merupakan bahagian dari dunia fenomena dengan substrata noumena yang bebas tidak terbuka (apiori) bagi pengentahuan kita Dunia fenomen dapat dikenal oleh logika rasional sedangkan dunia noumena hanya dapat diketuk pintunya yang tertutup itu dengan logika irasional (logika hatinurani, logika analogis-metaforis). Atau mungkin seperti yang disebut oleh Maritain, poetry intuition adalah spiritual energy yang tak berbentuk yang mendorong terjadinya art (bentuk).
Suatu malam ketika selesai makan malam dirumah saya, saya mengantarkan dia sampai ke jalan. Di tengah jalan Matraman Raya yang sunyi lengang di dini hari itu kami berbicara tentang apa saja, termasuk tentang teater sehingga kami bergerak bebas-teatrikal di jalan yang lengang itu. Kemudian ia menghilang ke gangnya.
Lalu tidak lama kemudian dia ke Jerman sedang saya menghilang dari gang tersebut dengan memakai tiga celana dan tiga kemeja sekali gus bersama buku-buku emas saya, mengembara di tanah air sendiri. Rasanya seperti memakai pakaian astronaut di bulan, malah lebih berat karena membawa buku-buku.
Setelah harian Sinar Harapan terbit kembali, ia mengirim e-mail berisi niatnya untuk kami berdua menulis buku riwayat hidup Benedictus Mboi, mantan gubernur NTT dan tulisannya yang panjang tentang Nietzsche. Saya tidak menolak dan tidak menerima karena walaupun nama saya tercantum dalam box namun hanya sebagai anggota dewan redaksi diluar ‘garis komando’ yang konon kalau harian ini sudah maju barulah ada imbalannya.
Tiba-tiba ada teman yang menghadiahkan sebuah buku tebal tentang sejarah Manggarai. Buku yang tebal yang menunjukkan kemampuan raksasa seorang Dami N. Toda!. Ia mempergunakan waktu dan tenaga sebaik-baiknya di negeri Jerman dan Belanda untuk meneliti buku sejarah kampung halamannya.
Ketika saya ke Flores dalam rangka pembuatan video sastrawan Indonesia prakarsa Yayasan Lontar (dibiayai Ford Foundation), saya ke kota Ruteng kota dimana saya menghabiskan masa kecil saya. Seperti William Saroyan yang kembali ke mata airnya untuk melepaskan rindu dengan minum sambil mencium bau tanah kesayannya, saya mencari mata air saya yang dahulu dan ternyata masih ada, masih membersitkan air yang bisa diminum langsung, air yang membesarkan saya.
Maka timbullah niat menulisi bupati untuk membuatkan sebuah kolam dan sebuah perpustakaan dimana buku-buku dan potret putra-putri terbaik Manggarai, seperti Dami N Toda, Ben Mboi, Thoby Mutis (rector Trisakti) para pastor dan uskup asal Manggarai, yang berjasa dalam dunia pendidikan yang moderat-samaritas. Saya ingin mengirimi Dami video saya itu serta novel saya ‘Enu Molas di Lembah Lingko’ tetapi selalu tertunda karena selalu menderita ‘kanker’.
Dmi hanya menerima salam saya lewat seorang pemuda Jerman bernama Thomas Zschocke yang mengadakan penelitian selama dua tahun di Indonesia dan kembali ke Jerman dengan bibliografi dan tesis S2 masing-masing mengenai tulisan dan sastra saya serta S3 mengenai program pendidikan non formal di kampong budaya yang saya kembangkan menjadi program desa informasi (millennium ketiga) dimana sarjana dan seniman belajar dari petani dan petani belajar dari sarjana dan seniman menghadapi alam (pulau dan laut), bekerja dengan tool teknologi tepat guna seperti computer/internet, taktor tangan, gergaji mesin dsb dalam wadah koperasi di atas lahan lingko (kebun di Manggarai yang berbentuk roda sepeda atau sarang laba-laba) modern. Saya doktor muda Jerman tsb bekerja pada program PBB mengenai perkebunan kentang di Peru, bukan di lembah lingko, kampung halaman kami. Pada hal dia pernah berkomenter bahwa program tsb menentukan masa depan Indonesia, Ide desa budaya kami men Doktor-kan (menghidupkan) orang asing. ***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar