Minggu, 05 April 2009

Geometri Tertawa

Hudan Hidayat
http://hudanhidayat.multiply.com/

Geometri Euklides bertemu dengan kepastian Descartes: “setiap dua titik dapat ditarik sebuah garis lurus”, sejajar dengan “aku berpikir maka aku ada”.

Kita bisa memasuki permainan pikiran ini dengan pernyataan lain: “setiap pikiran yang dituliskan akan menghasilkan aksara atau dunia tanda”.

Itulah hipotesis yang tak perlu berepot membawanya ke dunia laborat: kita bisa mengerjakannya sendiri dan saat ini: mengambil pena dan meletakkan dua titik secara berjauhan, lalu menghubungkan kedua titik itu dengan satu garis lurus. Saat kita melakukan itu pun pernyataan Descartes sudah dan sedang berlangsung: adanya diri kita yang sedang membuat sebuah garis lurus. Begitu juga saat kita melontarkan pikiran itu ke dalam dunia tulisan.

Tapi, apakah itu dunia kepastian, sebagaimana ilmu mengangankan untuk dirinya? Tidak. Itu tetap dalam tingkatan “hipotesa” karena belum terjadi. Berulang-ulangnya ketiga rangkaian pernyataan itu bukanlah sebuah kepastian, sesuatu yang pasti terjadi, yang kepastiannya memiliki tingkat keharusan yang abadi. Karena ketiganya adalah kepastian di tingkat nalar logis, bukanlah kepastian di tingkat kejadian yang akan dan pasti terjadi.

Sebab gampang sekali kehidupan mematahkan kepastian seperti itu: cukup dengan kematian, atau hilangnya nalar logis dalam diri seseorang. Apakah Descartes saat tidur bisa berkata: aku berpikir, maka aku ada? Bukankah dirinya sedang tidur yang berarti kesadaran pikirannya ikut tertidur – seperti benda yang dalam keadaan istrirahat dalam kalimat pertama hukum Newton yang pertama? Dengan cara yang sama kita bisa menghilangkan kata “kepastian” yang hendak dilekatkan kepada kedua pernyataan lainnya.

Maka kepastian adalah sesuatu ilusi, kehendak imperatif pada pikiran: menjangkau fenomena benda dan makna, sebagai sesuatu yang bernilai stabil dan tetap.

Bahasa matematika tak tergoyahkan, kata orang. Tapi lihatlah kita telah mematahkannya ke dalam ruang dan rentang definisi arti kepastian di tingkat logika, dengan kepastian di tingkat kejadiannya. Dunia selalu adalah dunia yang menyisakan sebuah ruang, ruang yang mungkin. Dengan kata “mungkin”, di situlah sang mahluk menjadi berendah hati atas dunia ini.

Katakanlah “mungkin”, jangan kau katakan pasti terjadi. Sebab ilmu, atau sains, betapapun digdayanya, adalah mustahil menebak apa kepastian yang akan terjadi besok. Baik pada tingkat semesta maupun dalam dunia manusia. Selalu, yang abadi itu adalah sebuah kemungkinan.

Kedigdayaan dunia mekanika Descartes dan Newton selama ratusan tahun, akhirnya berguguran ketika fisika baru menemukan sesuatu yang aneh dalam fenomena dunia atom atau subatom. Betapa di sana partikel-partikel atom menunjukkan wajah yang tak pastinya. Sifat yang paradoks yang telah membuat klaim “fisika” Newton tidak bisa dioperasikan lagi.

Selintas teringat kehendak dalam angan Kredo Puisi Tardji saat menyimak dunia atom fisika abad 20: betapa atom berloncatan tak tentu arah sebagaimana dunia puisi Tardji yang tak hendak tunduk dengan irama puisi dari sebuah tradisi puisi (setidaknya tradisi puisi di Indonesia). Bahwa atom pembentuk bahan dasar dunia itu, karena sifatnya yang berlainan dengan sifat yang dilihat oleh Newton, telah membawa implikasi yang tak terpermanai akan kenyataan dunia.

Kini kita jadi tahu bahwa, misalnya, ruang dan waktu yang absolut dalam paradigma Newton, patah oleh ruang dan waktu yang relatif dalam paradigma Einstein.

Orang bisa berkata itulah watak kebenaran ilmu dan watak kemenyingkapnya fenomena dunia: bahwa alam membukakan dirinya selapis-selapis, sedang manusia setahap demi setahap memperbarui metode ilmiahnya. Tapi bagaimana dengan fakta perdebatan legendaris antara Einstein dan Bohr – dua orang yang relatif memiliki paradigma yang sama dan peralatan metode yang sama dalam dunia fisika baru itu? – metode ilmiah.

Mengapa Einstein sampai akhir hidupnya tidak menyetujui implikasi dari kenyataan fisika kuantum?

Sayup-sayup terbaca karena Einstein tetap percaya kepada dunia eksternal yang menguasi dunia benda-benda, sedangkan fisika kuantum menolak, atau memperlihatkan sebuah gejala di mana sebab dan akibat tidak harus berlaku dan tidak harus terjadi di dunia atom. Dunia di mana dalam fisika atom partikel-partikel yang tak tunduk pada hukum tapi mengacak-ngacak hukum. Yang karena itu Heisenberg menyebutkannya sebagai prinsip ketidakpastian.

Capra mengutip Einstein, betapa fisika baru itu telah membuat dirinya terguncang.

“Semua usaha saya untuk menyelesaikan landasan teori fisika dengan pengetahuan (jenis baru) ini telah gagal sama sekali. Rasanya seolah-olah tanah tempat kita berpijak telah diambil dari bawah, tanpa ada landasan kuat lainnya yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk mendirikan bangunan”.

Apa yang hendak kita katakan kepada klaim ilmu yang mendeklarasikan, atau sering dinyatakan, sebagai dunia yang stabil? Di mana beroperasi dunia matematika dengan bahasanya yang serba pasti, dan karena tingkat kepastian inilah maka tingkat kepastian dunia benda seolah bisa dijangkau sebagai kenyataan yang sudah dipastikan – sains, ilmu yang bisa memastikan fenomena benda-benda. Toh kenyataannya kedua pendekar ilmu itu bertengkar tak habis-habis pada pokok soal yang sama: dunia di mana keduanya ikut menyemainya selama puluhan tahun: fisika kuantum.

Saya sendiri percaya bahwa kebenaran ada dalam tiap tiap tingkatannya. Tapi kebenaran yang bukan dalam kepastian terjadinya. Tapi kebenaran logis atau kebenaran logika. Inipun bergantung dalam ruang dan dalam waktu – sebagaimana telah ditunjukkan kedua fenomena fisika klasik dengan fisik baru, atau dalam perdebatan panas kedua jagoan fisika kuantum: Bohr dan Einstein.

Dunia rasional dan moral Yunani belumlah lama, juga tahapan-tahapannya kemudian yang kita kenal sebagai lintasan tengah, abad ilmiah sampai dengan era teori Big Bang dan teori Theory Everything. Katakanlah telah berlangsung sekitar tiga ribu tahun, dengan dijumlahkannya tahun-tahun sebelum masehi – dengan membuat simplikasi tahun-tahun sebelum masehi.

Sedang alam semesta telah terentang puluhan milyar tahun dan kehidupan ratusan juta tahun. Alam semesta pun akan terentang ke depan miliaran tahun – ini pun kalau kita mengikuti kemungkinan usia matahari – benda gas yang kelak kemudian akan kehilangan panasnya dan mengerut ke dalam dirinya sendiri.

Maka apakah yang akan terjadi pada masa depan? Akan bermunculan fenoma-fenomena alam yang tak terkirakan, di mana manusia menjawabnya dan pasti akan melayaninya dengan tingkat dunia pemikiran yang lebih canggih.

Rentangan-rentangan itu, kalau dalam dunia informasi agama, telah dirangkumnya ke dalam buku induk yang memuat kabar tentang alam semesta: kitab lauh mahfuz. Kitab di mana tiap kejadian tentang semesta dan segala isinya ini telah dibuatkan olehnya dan dicatat dalam kitabnya. Karena itu ia bermetapora: kumpulkanlah tujuh lautan dan tujuh gunung dan jadikanlah batangnya sebagai pena dan air lautnya sebagai tinta, tak akan juga selesai menuliskan ilmu tuhanmu.

Maka ungkapan penemuan terbesar, atau penciptaan terbesar, baik di ranah ilmu atau di ranah sastra, bagi saya nampak menggelikan. Sama menggelikannya dengan mereka yang serupa kanak-kanak yang terpukau dengan keajaiban nalar dan ilmu, dengan melekatkannya sebagai sebuah dunia kepastian untuk menjangkau kebenaran terhadap fenomena alam. Sebab tak ada kebesaran di tengah dunia di mana tuhan menyingkapkan rahasianya dan menjawab rahasianya dengan ilmunya yang diturunkan pelan-pelan itu.

Tapi begitulah hidup ini, hidup sebagai rangkaian teka-teki di mana manusia sebagai anak-anak komedi.

Di sana tuhan geli sendiri, di sini kita bersedih hati.
Mengapa kita tidak ramai-ramai tertawa saja?

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae