Sabtu, 28 Maret 2009

Jejak Religius dalam Perpuisian Indonesia

Lukman Asya
http://www.infoanda.com/

Dalam konteks tulisan ini religiositas dimaknai sebagai religious feeling or sentiment atau perasaan keagamaan. Religiusitas berarti termanifestasikannya suatu keyakinan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia; adanya suatu penyerahan diri, ketundukan dan ketaatan (Atmosuwito, 1989). Rohaniwan Muji Sutrisno mengartikan religiusitas sebagai intinya inti agama. Mangunwijaya (1982) memahami religiusitas lebih pada getaran hati nurani.

Religiusitas dalam sastra Indonesia selalu hadir dalam konteks wacana (pembacaan maupun penciptaan) sekularisme dan materialisme yang menjauhkan manusia dari nilai-nilai spiritualitasnya. Penghayatan yang intens terhadap Tuhan, menyoal aspek-aspek personalitas kebaktian makhluk kepada Tuhan, sedu-sedannya di dalam suatu karya bukan hanya karena alasan untuk memperoleh pengetahuan tentang religiositas an sich, melainkan juga karena secara pragmatis sebagai suatu gerakan mencari dimensi yang hilang dari religi. Religiositas, menurut Rumi, merupakan suatu yang dapat digunakan sebagai sarana pembinaan dan pendewasaan mental manusia.

Kemunculan karya sastra, baik prosa maupun puisi, yang berlandaskan religiusitas mengesankan kehadiran suatu genre sastra yang khas yang dianggap dekat dengan sastra falsafi. Sastra falsafi berbicara tentang esensi hidup dan kehidupan dan persoalan kemanusiaan seperti dalam tulisan Dostoyevsky, Rimbaud, Tolstoy, Kafka, Sartre atau Camus.

Sastra religius menampakkan pandangan yang lebih jernih dan transenden dibanding sastra falsafi. Ini dapat dilihat pada karya-karya Dante Alighieri dalam Divina Comedia, dan Johann Wolfgang van Goethe dalam Faust. Begitu juga karya-karya Muhammad Iqbal, Jalaluddin Rumi, Hamzah Fansuri, dan Raja Ali Haji.

Dalam khasanah sastra Indonesia, spirit religius yang kental juga dapat dilihat pada karya-karya Abdul Hadi WM, Kuntowijoyo, A Mustofa Bisri, Emha Ainun Nadjib, Jamal D Rahman, Rukmi Wisnu Wardhani, dan Din M Yanwari.

Hamzah Fansuri adalah seorang pujangga Melayu-Islam di zaman kegemilangan kerajaan Acheh. Lahir di Barus dan terkenal sebagai penyair dan ahli suluk yang hidup dalam abad ke-16. Dalam bidang ilmu agama, Hamzah Fansuri mengembangkan ajaran-ajarannya dengan dibantu oleh Syamsuddin al-Sumaterani.

Penyair sufi ini banyak memberikan sumbangan besar bagi khazanah perpuisian. Hamzah Fansuri adalah pembuka jalan sastra-sastra kitab yang mengedepankan unsur religiusitas. Bahkan, beberapa kalangan menempatkannya sebagai 'bapak puisi Indonesia'. Karya-karyanya secara alegoris mengandung kias-ibarat yang merujuk kepada Martabat Tujuh, mendedahkan keteladanan kemanusiaan di depan sang khalik.

Menurut Abdul Hadi WM, Hamzah Fansuri merupakan pencipta 'syair Melayu' yang bercirikan puisi empat baris dengan pola sajak akhir a-a-a-a. Bakatnya sebagai sastrawan besar tampak dalam kesanggupan kreatifnya merombak bahasa lama menjadi bahasa baru dengan cara memasukkan ratusan kata Arab, istilah konseptual dari Alquran dan falsafah Islam. Ia juga membuat sintesis antara puisi-puisi Arab Parsi dengan puisi-puisi tradisi Melayu. Bahasa Melayu lantas tampil sebagai bahasa intelektual yang dihormati, sebab dapat menampung gagasan baru yang diperlukan pada zaman itu.

Peranan penting Hamzah Fansuri bukan saja karena gagasan tasawufnya, tetapi puisinya yang mencerminkan pergulatan penyair menghadapi realitas zaman dan pengembaraan spiritualnya. Karya penting Hamzah Fansuri adalah Zinat Al-Wahidin yang ditulis pada akhir abad ke-16 ketika perdebatan sengit tentang paham wahdat al-wujud sedang berlangsung dengan tegang di Sumatera.

Prof Madya Hadijah Rahmat, dari Institut Pendidikan di Universiti Teknologi Nanyang, menulis bahwa Hamzah Fansuri mempunyai sifat berani bersuara dengan bersandarkan keyakinan ilmu, sehingga dikenal sebagai seorang pelopor dan pembaru melalui Syair Perahu, Syair Burung Pungguk, Syair Dagang, Syair Sidang Fakir dan Syair Burung Pingai.
Ia banyak mengeritik perilaku politik dan moral raja-raja, bangsawan, dan kaum kaya.

Pada hakekatnya yang ditekankan Hamzah Fansuri melalui karya-karyanya adalah bagaimana manusia hadir mencapai maqom kesempurnaan yakni apabila tidak menafikan aspek rohaniah dan batiniah. Manusia sebagai makhluk religi perlu berusaha meningkatkan martabat kerohanian, ilmu pengetahuan dan amalannya. Puncak seorang manusia yakni ketika dia tidak saja mengenal dirinya tetapi juga dapat mengenal siapa Tuhannya yang akhirnya mencapai ekstase: penyatuan antara manusia dengan Tuhan.

Penyair A Mustofa Bisri (Gus Mus) juga dikenal sebagai politisi dan kiai. Pengasuh Pondok Pesantren 'salafiah' Raudatut Thalibin, Rembang, ini termasuk seorang manusia yang multi talent. Karya-karyanya berupa puisi dan cerpen telah dibukukan dalam beberapa antologi. Ia memiliki komitmen sosial dan religius yang sangat kuat. Konsep hidupnya mengedepankan ruh ketimbang 'daging' terekspresikan dalam antologi puisinya Negeri Daging (Bentang Budaya, 2002). Buku itu memantapkan sosok dirinya sebagai penyair yang terlibat dengan masalah-masalah sosial, politik dan budaya.

Gus Mus mengingatkan semua orang untuk meyakini nilai ruhiah dan spiritualitas dalam kehidupan, sebagaimana tergambar dalam puisi Negeri Daging berikut ini:

di negeri daging
setiap hari banyak orang
asyik memperagakan daging
setiap hari banyak orang
hilir-mudik menjajakan daging
di negeri daging
setiap hari banyak orang mati
memperebutkan daging
di negeri daging
jagal-jagal berkeliaran
daging-daging berserakan

Dari kalangan yang lebih muda pasca-Abdul Hadi WM dan Emha Ainun Nadjib ada nama Ahmadun Yosi Herfanda, dengan buku kumpulan sajak terbarunya, Ciuman Pertama untuk Tuhan (Logung Pustaka, 2003), yang sedikit berbeda dengan beberapa antologi sebelumnya. Dalam Sembahyang Rumputan dan Fragmen-fragmen Kekalahan, ekspresi estetik sang penyair lebih mengedepankan kritik sosial dalam kerangka religiusitas atau meminjam terminologi Ahmadun sendiri sebagai karya sastra religius yang sosialistik.

Sedangkan dalam Ciuman Pertama untuk Tuhan Ahmadun lebih memperlihatkan "mabuk asyik" sang makhluk dengan Tuhannya. Puisi-puisi yang termuat di dalamnya ditaburi nama-nama sufi semisal Rabiah, Hallaj, Rumi dan lain-lain yang tentu saja ada tendensi positif tertentu dan tidak sekedar menyebut nama tetapi secara intertekstual membawa dan menghubungkan konteks kekinian yang dibangun si penyair dengan khazanah tasawuf di masa silam, minimal spiritualitasnya. Misalnya pada puisi Ciuman Pertama untuk Tuhan berikut ini:

merendahkan hati di bawah telapak kaki dalam tahajud paling putih dan sunyi, akhirnya sampai juga aku mencium tuhan, mungkin kaki atau telapak tangannya -- tapi aku ingin mengecup dahinya duhai, hangatnya sampai ke ulu jiwa

inilah ciuman pertamaku, setelah berabad-abad gagal meraihnya dengan beribu rakaat dan dahaga tiada kecerdasan kata-kata yang bisa menjangkaunya tak juga doa dalam tipu daya air mata -- duhai kekasih raihlah hatiku dalam hangatnya cinta

Begitu pula pada puisi-puisi lainnya, seperti Membaca Rumi, Solilokui, dan Syeh Siti Jenar, yang secara hermenetis membawa si aku lirik pada etos religiusitas yang khusuk dalam suluk kerinduannya: meneguhkan tradisi sufistik sebagai ittiba' yang dia pertaruhkan.

Penyair-penyair lain yang lebih muda dan karya-karyanya kental religiusitas adalah Rukmi Wisnu Wardhani dan Din M Yanwari. Nama yang terakhir itu adalah sosok penyair muda dari Bandung yang belum terkenal tetapi puisi-puisinya secara religiusitas cukup berpengharapan di belantika perpuisian Indonesia. Beberapa puisinya sempat dimuat di Galamedia, Pikiran Rakyat dan majalah Syir'ah. Antologi puisi tunggalnya, Arasy Imaji diterbitkan oleh Pustaka ADeDi, 2005.

Membaca puisi-puisi Din M Yanwari dalam antologi puisi tersebut kita dapat menemukan peristiwa nyata yang seakan hadir sebagai suatu perjalanan kemakhlukan yang menghanyutkan perasaan: meditasi batiniah. Seolah-olah puisi adalah pita kaset yang memutar kembali pengalaman-pengalaman keagamaan. Gambaran nyata suasana si aku lirik (penyair) itu secara sederhana terekspresikan dalam puisi puisi Dalam Yasin berikut ini:

Dalam gerimis
yasin-yasin melepas tiga rakaat senja
memancang tiga prasasti doa

Terpancang prasasti pertama:
"Ya Allah, panjangkan usiaku
sepanjang liku-liku jalan-Mu."

Tertanam prasasti kedua:
"Ya Allah, limpahkan rizkiku
semelimpah ayat-ayat-Mu."

Tertancap prasasti ketiga:
"Ya Allah, teguhkan imanku
seteguh ulul azmi-Mu."

Dalam puisi di atas tergambar sebuah kepasrahan, ketakziman dan keajrihan sekaligus penjarakan. Ada jarak yang coba diciptakan si penyair guna menegaskan dirinya benar-benar "tukang kebun" di lahan milik "tuan" Tuhan. Ya, si penyair cuma hamba yang biasa dengan kendaraan kata-kata yang biasa. Tetapi dari itulah kian tegas secara posisioning siapa hamba siapa Mu (dalam M besar). Si hamba adalah seseorang yang sedang melakukan kerja-kerja kecil dalam laku estetiknya berusaha konsisten di jagat konvensi kata dan religiusitas.

Bahasa yang sederhana pada sebagian besar puisi-puisi dalam antologi Arasy Imaji tersebut digunakan penyair sebagai medium untuk meyakinkan dirinya cuma hamba dengan seribu keluh dan sedu sebagai si 'tolol' yang berlayar dengan perahu puisinya di tengah lautan ilmu Allah yang maha luas.

*) Penyair dan penyiar radio.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae