Ribut Wijoto
http://www.sinarharapan.co.id/
Pada dasa warsa akhir abad XX dan hingga kini, kiranya terjadi perubahan konsepsi dalam perwujudan puisi-puisi Indonesia. Kekangan spirit eksistensial yang mengambil bentuk Simbolis bukan lagi menjadi pilihan yang menarik. Model-model semacam puisi Subagio Sastrowardoyo, Sitor Situmorang, Taufik Ismail serasa ketinggalan zaman. Maka muncullah nama-nama penyair seperti Acep Zamzam Noor, Afrizal Malna, Sitok Srengenge, HU Mardi Luhung, Arief B. Prasetyo, W. Haryanto, Adi Wicaksono, Oka Rusmini. Puisi-puisi merekalah yang menciptakan masa silam bagi kepenyairan terdahulu.
Puisi ”Mahasukha” dari Arief B. Prasetyo, misalnya: Di pinggulmu selusin sayap ingin mengerjap, kungang-kunang terbang, menikung, mengiang, membandang, terus, terus, cepat, ringkus, remas, hempas, keras-keras, jadi jerit bianglala yang terkulai di telaga, yang terberai, terkapar menggapai-gapai akar darah… Pilihan kata dan pola perakitan kata pada puisi Arief serasa chaos. Struktur puitik yang mecah-memecah, pendar-memendar, saling menyingkir, dan saling berpusaran. Model puisi ini mengingatkan pada gaya puisi Barok. Sebuah gaya puisi yang bersifat painterly atau lukisan. Di sana, di puisi Barok, ada terjadi percampuran antara kehidupan duniawi dengan kehidupan surga-neraka, atau kehidupan gaib. Tema digarap dan dijelaskan dengan detail, rumit, berpasang-pasangan, dan aneh.
Memang, saat berakhirnya Abad Pertengahan dan menjelang Renaissance, di Eropa timbul gaya bersastra yang disebut gaya Barok. Gaya yang menandai berakhirnya masa mitologi-religius, ke masa rasionalitas. Menurut Rene Wellek dan Austin Warren, gaya atau alam pikiran Barok meliputi suatu alam semesta yang terdiri atas berbagai dunia, segala macam dunia, yang saling berkaitan dengan cara yang tidak terduga. Gaya ini menandai masa transisi kebudayaan Eropa.
Apakah gaya Barok telah mempengaruhi gaya penulisan puisi di Indonesia? Apakah gaya ini hadir dalam bentuk atau semangat zaman? Dan, apakah manfaat yang dapat ditarik untuk perkembangan kebudayaan di tanah air?
***
Abad Pertengahan Eropa dikenal sebagai abad kegelapan kebudayaan. Kaum agamawan (gereja) bergabung dengan kekuasaan negara (pemerintah) menentukan arah bagi daya kreasi dan kehidupan masyarakat. Mitologi religius menjadi gerakan bersama aktivitas budaya. Ajaran-ajaran kristiani didogmakan sehingga menempati garis mana yang boleh dilakukan, mana pula yang haram untuk dijalani. Konsekuensinya bisa berarti hidup atau mati, satu kasus tragis ialah matinya Galileo akibat berbeda pandangan dengan gereja.
Pengaruh pola pemikiran Abad Pertengahan terhadap puisi muncul pada tema dan gaya penulisan. Kemegahan kehidupan surga-neraka (kehidupan setelah mati) dan kehinaan kehidupan dunia adalah tema-tema populer dan dianggap sah. Sedangkan estetika bahasa, diarahkan ke simbol-simbol keagungan Tuhan.
Adapun konsep waktu yang diterapkan adalah konsep waktu surga-neraka (yang kekal, abadi) dan konsep waktu dunia (yang fana, sementara). Konsep waktu abadi (kekekalan hidup setelah mati) menjadi orientasi proses kreatif sastra (baca: puisi). Tercermin dalam puisi panjang dari Dante bertajuk Divina Commedia yang menggambarkan obsesinya pada dunia setelah mati (surga dan neraka). Kedudukan kata (diksi) adalah sebagai simbol. Mengacu langsung pada pemahaman pasti. Konvensional. Seragam. Seperti ritual mistik.
Hal ini berbeda dengan pola pemikiran masa Renaisance, yang bersifat rasional. Kekuasaan gereja dipisahkan dari kekuasaan pemerintahan. Masyarakat diberi kebebasan dengan memilih, mengembangkan akal/rasio, memajukan kebudayaan pengetahuan. Secara serempak, masyarakat merayakan konsep waktu duniawi. Bahwa surga terletak di dunia, di bumi, ada pada masa depan manusia. Cita-cita diusahakan dan diyakini dapat diraih sebelum kematian menjemput.
Pengaruhnya pada sastra (puisi) ialah dominannya ”aku” yang bertindak dan menafsirkan. Muncul karya-karya bergaya Romantisisme. Seperti pada puisi-puisi John Keats atau Coleridge yang sangat romantis-eksistensialis. Di sini, kata-kata kembali menjadi mitos, ialah mitos rasio dan kehendak eksistensial manusia (penyair).
Gaya puisi Barok hadir di antara kedua masa tersebut. Sebagai gaya masa transisi, gaya Barok bergerak dengan menggunakan prinsip-prinsip gaya sebelum dan sesudahnya, tentu dengan beberapa ciri khusus.
Bila pada masa Pertengahan bersifat linear-transenden dan masa Renaisance bersifat linear-horizon, maka masa Barok bersifat painterly atau lukisan. Percampuran antara kehidupan duniawi dan kehidupan surga-neraka, atau kehidupan gaib. Tema digarap dan dijelaskan dengan detail, rumit, berpasang-pasangan, dan aneh. Semacam adonan gado-gado yang dihidangkan sesaat sesudah bangun tidur.
Perpaduan dan persamaan metafora Barok meliputi alam hidup, alam benda, maupun ketuhanan. Pada periode inilah marak istilah kaki bukit, manis empedu, lidah Tuhan, cemburu daun, tangkai hati, dan sebagainya. Sifat yang seharusnya hanya dimiliki manusia dilekatkan pada binatang, tumbuhan, Tuhan, maupun benda mati. Penyair-penyair gaya Barok teramat gemar permainan analogi dan ironi. Menyamakan berbagai dunia dan menilai sistem suatu dunia dengan kaidah dunia yang berbeda. Mereka merumuskan persoalan manusia secara mendetail dan utuh. Seperti tampak pada puisi Henry Vaughan ataupun Victor Hugo.
***
Masa transisi kebudayaan yang dialami bangsa Indonesia, sadar atau tidak membawa pengaruh terhadap pengucapan dan pemilihan bentuk gaya penulisan puisi. Demikian juga pola komunikasi massa yang berkembang. Belum lagi kejadian real pada politik semata. Pembangunan yang selalu gagal menemukan bentuk, atau bisa dikatakan ”nyaris sia-sia”. Memang begitu keadaannya. Lebih konkret lagi, antara 1999 hingga tahun 2000 adalah masa peralihan.
Gaya penulisan Barok dapat diklaim sebagai gejala yang wajar bila dilihat dari kacamata kondisi masyarakat. Ialah hasil pengaruh masa transisi yang carut-marut, sporadis, mencemaskan, dan menggemaskan. Bahwa gaya puisi Barok sudah semestinya lahir dan berkembang. Bukan lagi persoalan meniru atau mencuri gaya Barok Eropa. Boleh jadi demikian.
Tapi bila melihat ciri-ciri yang mendominasi, bisa jadi gaya Barok Indonesia merupakan gejala atavisme universal dari yang ada di Eropa. Yaitu bangkitnya pola persajakan lama yang sudah tenggelam. Bahwa pada situasi dan kondisi tertentu akan memunculkan pengulangan tradisi, semacam siklus kebudayaan.
Di Indonesia pernah terjadi pada pola mantra dari puisi Sutardji Calzoum Bachri. Puisi mantranya sulit dijelaskan, apakah berasal dari tradisi Nusantara ataukah dari puisi-puisi Prancis abad ke-19, misalnya Arthur Rimbaud. Juga pola persajakan simbolisme yang menjadi trend di Indonesia pada tahun 1960 hinga 1980-an. Apakah penerusan pola persajakan Chairil Anwar ataukah mengambil pola persajakan simbolisme Eropa.
Pada pola persajakan Barok, kita pernah mengenal puncak puisi tradisi Pujangga baru. Puisi gaya Barok pada tahun 1990-an secara bentuk konkret banyak perbedaannya dengan bentuk terapan gaya Barok Eropa. Hal ini dipengaruhi oleh pengambilan tema-tema yang berbeda pula. Atau lebih tepatnya, terjadi perluasan tema. Gaya Barok Eropa lebih dikuasai tema duniawi dan surga-neraka.
Bentuknya berupa personifikasi ketuhanan dan materialisme dunia gaib. Sedangkan gaya Barok Indonesia melebar ke tema humanitas, sosial-politik, dan tema-tema lain yang sebelumnya tidak tersentuh sama sekali.
Gaya Barok Eropa telah berhasil menandai dan mempersiapkan perubahan/perkembangan kebudayaan atau perubahan cara pandang terhadap realitas. Puisi gaya Barok Eropa yang berciri detail, melompat-lompat, painterly, dan ajaib. Tema yang dominan adalah konkretisasi religiositas kristiani. Tema dan pemilihan bentuk Barok tersebut kiranya secara cerdas mewakili dan memberi gambaran lengkap dari kemunduran kebudayaan Eropa Abad Pertengahan. Tentu saja disertai dengan kritik-kritik yang khas. Ialah dengan mempermainkan simpang siur dunia transenden dengan dunia material. Atau sekali waktu, merasionalkan dunia gaib – kehidupan surga-neraka dan kehidupan ketuhanan.
Alam konsep diturunkan ke alam nyata, demikian sebaliknya. Konsep waktu sementara dan abadi dipadukan dan diputarbalikkan. Dari situ, terjadi keruntuhan kemapanan mitologi Abad Pertengahan.
Di Indonesia, penyair-penyair gaya Barok teramat suka menuliskan bentuk puisi panjang (lebih dari 20 baris). Mereka mencampuradukkan aneka macam dunia dan gagasan. Tema atau persoalan sepele akan menjadi rumit dan bertele-tele di tangan mereka, padahal itu cukup membutuhkan beberapa baris bagi penyair simbolis.
Selebihnya, secara konsep penyair Barok Indonesia sama dengan penyair Barok Eropa. Mereka gemar menjungkir-balikkan mitologi dan kekuasaan.
*) Teater Gapus, Surabaya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar