Minggu, 22 Februari 2009

Perempuan yang Kunikahi dengan Puisi

Faisal Syahreza
http://oase.kompas.com/

Aku merasa bersalah bila menatap matamu yang bagai ceruk dalam, setelah hangus dalam ranjangmu semalam. Oh tapi aku tahu itu keinginanmu bukan? Kau bahkan sepertinya bahagia bukan kepalang bila malam-malam--ketika tak ada satu lelaki pelanggan pun yang melirikmu dan mau tidur denganmu--tiba-tiba aku datang dan menyambutmu dengan pelukan sayap lelaki bujang. Aku merasa sesat bila terjebak lagi dengan pertemuanmu, bagai menemukan beruang lapar di hutan. Dan sebaliknya anehnya jadi serba salah, bila aku tak kunjung bertemu denganmu aku malahan merasa dingin dan sepi sekali. Aku merasakan bahwa aku sedang berenang di lautan es tanpa busana. Tanpa ada rumah yang mau menyambutku dengan api unggun dan segelas susu hangat.

Aku selesaikan ciumanku denganmu begitu khdimat ketika bibirku lumat dan bibirmu masih bermain peran. Kau malah sempat menghempaskan tubuhmu lagi di kasur empuk, merubung tubuhku dengan goda. Dan sedikit-sedikit ingin kembali luruh denganku ketika jari lentikmu mengajak bercinta lagi. Tak bisa, kataku padamu. Aku harus pulang, kuliah pagi ini. Aku harus siapkan buku-buku dan makalah yang akan aku persentasikan tepat di depan dosen. Mata kuliah mengajarkanku untuk membagi waktu sebaik mungkin, cinta dan karir begitu bebarengan. Mudah-mudahan lancar, ucapku padanya. Agar ia ngerti dan mau mendoakanku.

Aku tahu dia akan pulang dan merasakan lagi kengerian yang sudah bisa aku tangkap dalam kecemasannya ketika aku mulai mengancingkan kemejaku. Dia selalu merasakan cemas yang dasyat. Padahal dia perempuan yang masih muda dan cantik dengan bibir yang tak bosan-bosan menawarkan candu. Tubuhnya ramping, dan di dadanya ada sepasang apel matang. Dia tak terlalu pintar dari bagaimana cara bercerita tentang dirinya juga hidupnya padaku, namun dengan otak yang sedemikian rupa tergambar dari perilakunya mencermati perjumpaan berkali-kali, dia sepertinya masih cukup pantas sekolah di kampus swasta yang tersebar di penjuru kota.

Aku tahu dia mempunyai kecemasan yang besar, sangat bisa aku rasakan. Namun senantiasa dia menyeruakan, tak ada apa-apa aku, karena baginya diriku tujuannya. Dia selalu seperti itu bila kutanyai ‘ada masalah?’ kurang lebih jawabnya sampai di situ.

Aku tak mau memaksa menanyainya, tak ada gunanya. Dia perempuan paling cantik dan paling bisa memahamiku dalam segala hal di usiaku yang masih muda. Aku masih ingat dengan ice cream yang ia pilihkan untukku. Bukan main mengapa dia bisa mengetahui aku menyukai rasa coklat dengan balutan selai strobery dan kacang. Bagi orang ini sepele, bagiku ini luar biasa. Ini sesuatu yang sempurna, apalagi ketika dia membelikanku baju berwarna putih dengan motif gambar anak anjing. Dia seakan dikirim Tuhan untukku. Dengan segala kekuasaan yang mampu menyihirku. Orang harus bisa menemukan pasangannya yang membuat ia merasa nyaman dan cocok, dalam hal kecil maupun hal besar.

Makanya, aku tak akan melepasnya begitu saja. Dia akan kupelihara bagai sebongkah tanah yang ditanami pepohanan jangkung. Dengan bermacam buah tumbuh bergelantungan dalam rimbun dan keteduhan daunan di hatiku. Setiap kemarau aku ada di sana. Setiap musim hujan juga aku akan di sana, menengokinya, bagai menengoki kebun siap panen di segala musim. ‘Aku cinta kau wahai kebun yang setiap saat siap kupetik’ padanya kubisiki.
***

Aku, begitu selasai kuliah dan mengerjakan tugas Filologiku, segera bergegas menuju taman parterre. Di sana aku biasa merebahkan tubuhku ke rerumputan sambil menatap kemilau cahaya senja di daunan. Aku merasa ingin menulis puisi. Akan kucari tempat biar membantu pikiranku lebih jernih lagi. Aku biasa mengingat-ingat gadis yang dulu sempat aku taksir, dini, kiki, fuji, sri, putri dan banyak lagi. Aku ingat-ingat lagi mereka. Agar membantu mencairkan perasaan yang bisa dituangkan dalam tulisan. Walaupun ujung-ujungnya puisi selalu menjadi isi curahan, ah persetan.

Aku lihat orang-orang sudah banyak yang duduk di taman. Ada anak jurusan bahasa inggris pacaran. Dia bukan temanku, hanya saja aku hapal saja wajah-wajahnya. Mengapa tiba-tiba aku lupa ingin menulis puisi. Di sini memang selalu seperti itu. Tak tentu.
Ada nyamuk-nyamuk yang mengganggu lamunanku. Aku tak sempat membuka buku catatan dan menuliskan sepatah kata pun, keburu temanku datang. Suara knalpotnya bukan main keras, merobek lengangnya sepi taman. Ah, Erik dari dulu sudah begitu, gengster motor selalu punya sikap yang semaunya. Dia mengajakku pulang ke kostanku, aku ikut saja dengannya. Setelah ia menawariku untuk membeli sebotok anggur dan sebungkus rokok. Aku setuju saja. Dan habis perkara sudah.
***

Dia malah tidur sesampainya di kost. Aku malah ingin berdiam sejenak. Aku kangen perempuan yang selalu menghanguskanku diranjangnya itu. Perempuan yang senantiasa menyimpan kenangan tentangnya di lipatan ingatanku.
Aku kemudian menyalakan komputerku dan perasaan ingin menulis puisi yang sempat hilang datang lagi. Ternyata aku ingin menulis puisi untuk seorang perempuan yang baru aku kenal. dia lebih berguna dari yang aku kira. Dari bayang dia yang coba aku raih di batas pikiranku, aku dapati potongan puisi. oh, ini sepatutnya menjadi tugas sang calon penyair. Penyair yang sedang berusaha mencari pengakuan dari masyarakat. Penyair yang kesepian.

Kemudian perlahan aku ingin terbakar oleh tubuhnya. Mungkin aku harus sedikit mengingat beberapa adegan ranjang dengannya. Seperti, bagaimana segalanya kepunyaanku habis ia hisap. Seperti menghisap sari-sari kekuatanku lalu lenyap dan lelah meliputiku, waktu itu.
***

Erik selalu pulang malam setelah merasa jalanan lengang. Ketika lalu lintas jalan mulai jarang kendaraan. Dan seribu kupu-kupu bulan, bermunculan dengan luka dan tangisan yang sangat rahasia, tak bisa didengar. Entah apa yang ia cari di suasana sepi itu. Aku kemudian keluar kost, menuju warung di jalan.
“Rokok.”
“Berapa?”
“Setengah bungkus.”
Aku hendak mencari makan, perut kelaparan. Tapi aku sempatin membeli rokok. Menghangatkan badan. Lagian angin tak enak di mulutku yang terbiasa menghisap batang rokok.

Malam sudah lumayan larut, hampir jam duabelas, aku sempat berpikir tak dapat makanan. Untung kawasan kampus, ada saja beberapa warung buka 24 jam. Meski kutahu, lauk yang dingin dan sisa tadi pagi yang tak laku dibeli orang. Ah lagi-lagi persetan.
Setelah beberapa lauk menemani nasi hangat dari aku santap habis. Aku sudah merasa kenyang dan waktunya kembali untuk pulang, tidur dan tak usah berpikiran tentang tugas Morfologi lagi, biarlah gimana nanti saja, besok pun masih sempat aku kerjakan. Aku menuju jalan. Menikung di gelap malam.
***

Oh, tidak kau, kataku setengah terkejut. Kudapati sepasang matamu lagi-lagi melukis kecemasan yang membadai. Aku tak sanggup memandangnya. Lalu kau tersenyum. Dan.
“Bahagia rasanya.”

Aku langsung memeluk tubuhnya. Tubuhnya yang sudah setengah beku. Mungkin dia sudah lama di sini. Di simpang jalan lengang tanpa lampu benderang dan hanya ada remang bulan. Dia masih memiliki tangan yang hangat dan bau parfum yang aku suka. Aku cintai dia seperti mencintai sebatang rokok satu-satunya. (rokok pada saat itu bukan main istimewanya).

Aku senang juga bisa tanpa sengaja bertemu dia. Aku seakan tak kehabisan cerita dalam obrolan yang keluar dari mulutku ini. Dia pun seakan tak bosan mendengar ocehanku meski terkadang harus menjadi obrolan yang sama sekali tak penting.
Lama juga waktu dibabat habis, dingin tak terasa lagi saat itu. Namun begitu obrolan yang sudah harus terulang lagi untuk kesekian kali, barulah aku tahu. Aku kehabisan cerita, dan dia nampak lelah mendengarkannya.
Aku harus bagaimana?
***

Kini setelah aku ambil keputusan mengajaknya ke kostan, aku sendiri bingung, apa yang bisa dilakukan di dalam ruang kotak penuh kekosongan. Tadi aku lihat sebelum masuk, kamar sebelahku lampunya mati, dan sekarang menyala. Mungkin dia terganggu oleh kedatangku dengan dia. Ah, tak apalah.

Aku segera menyuruhnya untuk tidur di kasurku yang tipis. Maaf kataku, aku tak punya kasur empuk nan hangat.
Dia malah tersenyum dan bersandar di punggungku, kau hangat. Katanya sambil terbenam begitu saja. Bagai seekor burung menemukan sarangnya di atas pohonan yang jauh tinggi dan aman.

Aku mencoba mencegahnya, aku mencegah diriku nekat lagi memberangus diri. Aku tak enak dengan kamar sebelahku bila ia ternyata mengatahui apa yang terjadi di kamarku bila lepas dari control kita berselancar lagi di lautan kasmaran, aku anggap perempuan itu dan aku sedang dilanda kasmaran berat yang tak bisa dihentikan apapun karena aku sendiri tak tahu apa sebabnya.
Perempuan itu seakan tak gelisah, malah membuka pakaiannya dan hanya menyisakan kutangnya saja dan celana dalamnya kemudian kembali meringkusku. Aku tergoda, tapi tetap tegar berusaha lepas cari cengkramannya yang membabi buta.
Dia bukan seorang yang pantang menyerah rupanya, dia malah berbisik padaku, kamu kangenkan sama hangat tubuhku, sambil mencoba meluruhkan lagi diriku.

Aku punya cara jitu, aku nyalakan komputerku. Siapa tahu dia mengerti tentang sikapku itu. Komputerku meraung suara kipas dan mesinnya, maklum komputer lama. Dia sedikit kecewa dan matanya kini terasa jenuh dengan perbuatanku, maafkan aku dalah hatiku padanya.
***

Ini puisi yang kutulis saat ingat kamu, seruku pada perempuan yang kucintai itu bagai menyukai permen manis di lidahku. Aku goyangkan tubuhnya yang kini telanjang. Aku merasa dia nyaman.
Lihat puisiku ini, bujukku, aku akan coba mengirimkannya ke koran-koran.
Dia melorot lagi dalam genggaman tanganku. Aku sedang merasa memberitahukannya bahwa ini semua karenamu aku bisa menulis. Tapi dia malah terus berpindah dari samping kananku, ke samping kiriku begitu seterusnya.
Aku tahu dia merasa tersanjung oleh ulahku. Aku segera memerhatikan lekuk tubuhnya yang penuh dengan cindramata itu. Kenangan yang manis dalam ingatan.

Oh tidak alangkah terkejutnya aku. Kutemukan berbagai luka lebam di antara tubuhnya. Di punggungnya, di dada, di dagu, di kening. Luka pukulan benda tumpul. Hatiku gusar, siapa yang berani menyakiti tubuh mulusnya ini. Aku bersumpah ingin mematikannya dalam cekikanku yang lambat agar tahu rasanya kematian.

Aku ciumi luka-lukanya dan kutemukan kisah baru. Oh aku terjun bebas di antara payudaranya lagi. Hangus sudah segalanya kembali. Menuju malam yang hangat dalam perapian. Dan pada luka-luka di tubuh perempuan itu, aku menemukan diriku, bapakku, ibuku, temanku, pamanku, orang asing, dan orang asing yang tak kukenali sebelumnya.
***

Pagi. Begitu terbangun dia sudah tak ada, hanya ada mesin komputerku dan printerku yang menyala. Ada kertas berserakan di mana-mana. Oh dia – perempuan itu – telah melakukannya sebelum aku bangun. Dia telah mengambil haknya sebagai perempuan yang kupinang malam itu, dengan beberapa puisi sebagai mahar, pengganti kebahagian yang tak kukira akan kurasa. Dan kudapatkan dari dia kenikmatan tiada tara. Aku ingat lagi dia – perempuan itu – berkata dia harus pulang ke rumah pamannya pagi sekali dan harus membawa uang setoran, sebelum matahari mencuri segalanya darinya. Dan kini kulihat matahari sudah muncul lagi dengan sinarnya yang membawa cerita usang dalam hidup yang siap dijalani lagi seperti hari sebelumnya.

00.12 PM / 18 Juni 2008 Bandung

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae