Faisal Syahreza
http://oase.kompas.com/
Aku merasa bersalah bila menatap matamu yang bagai ceruk dalam, setelah hangus dalam ranjangmu semalam. Oh tapi aku tahu itu keinginanmu bukan? Kau bahkan sepertinya bahagia bukan kepalang bila malam-malam--ketika tak ada satu lelaki pelanggan pun yang melirikmu dan mau tidur denganmu--tiba-tiba aku datang dan menyambutmu dengan pelukan sayap lelaki bujang. Aku merasa sesat bila terjebak lagi dengan pertemuanmu, bagai menemukan beruang lapar di hutan. Dan sebaliknya anehnya jadi serba salah, bila aku tak kunjung bertemu denganmu aku malahan merasa dingin dan sepi sekali. Aku merasakan bahwa aku sedang berenang di lautan es tanpa busana. Tanpa ada rumah yang mau menyambutku dengan api unggun dan segelas susu hangat.
Aku selesaikan ciumanku denganmu begitu khdimat ketika bibirku lumat dan bibirmu masih bermain peran. Kau malah sempat menghempaskan tubuhmu lagi di kasur empuk, merubung tubuhku dengan goda. Dan sedikit-sedikit ingin kembali luruh denganku ketika jari lentikmu mengajak bercinta lagi. Tak bisa, kataku padamu. Aku harus pulang, kuliah pagi ini. Aku harus siapkan buku-buku dan makalah yang akan aku persentasikan tepat di depan dosen. Mata kuliah mengajarkanku untuk membagi waktu sebaik mungkin, cinta dan karir begitu bebarengan. Mudah-mudahan lancar, ucapku padanya. Agar ia ngerti dan mau mendoakanku.
Aku tahu dia akan pulang dan merasakan lagi kengerian yang sudah bisa aku tangkap dalam kecemasannya ketika aku mulai mengancingkan kemejaku. Dia selalu merasakan cemas yang dasyat. Padahal dia perempuan yang masih muda dan cantik dengan bibir yang tak bosan-bosan menawarkan candu. Tubuhnya ramping, dan di dadanya ada sepasang apel matang. Dia tak terlalu pintar dari bagaimana cara bercerita tentang dirinya juga hidupnya padaku, namun dengan otak yang sedemikian rupa tergambar dari perilakunya mencermati perjumpaan berkali-kali, dia sepertinya masih cukup pantas sekolah di kampus swasta yang tersebar di penjuru kota.
Aku tahu dia mempunyai kecemasan yang besar, sangat bisa aku rasakan. Namun senantiasa dia menyeruakan, tak ada apa-apa aku, karena baginya diriku tujuannya. Dia selalu seperti itu bila kutanyai ‘ada masalah?’ kurang lebih jawabnya sampai di situ.
Aku tak mau memaksa menanyainya, tak ada gunanya. Dia perempuan paling cantik dan paling bisa memahamiku dalam segala hal di usiaku yang masih muda. Aku masih ingat dengan ice cream yang ia pilihkan untukku. Bukan main mengapa dia bisa mengetahui aku menyukai rasa coklat dengan balutan selai strobery dan kacang. Bagi orang ini sepele, bagiku ini luar biasa. Ini sesuatu yang sempurna, apalagi ketika dia membelikanku baju berwarna putih dengan motif gambar anak anjing. Dia seakan dikirim Tuhan untukku. Dengan segala kekuasaan yang mampu menyihirku. Orang harus bisa menemukan pasangannya yang membuat ia merasa nyaman dan cocok, dalam hal kecil maupun hal besar.
Makanya, aku tak akan melepasnya begitu saja. Dia akan kupelihara bagai sebongkah tanah yang ditanami pepohanan jangkung. Dengan bermacam buah tumbuh bergelantungan dalam rimbun dan keteduhan daunan di hatiku. Setiap kemarau aku ada di sana. Setiap musim hujan juga aku akan di sana, menengokinya, bagai menengoki kebun siap panen di segala musim. ‘Aku cinta kau wahai kebun yang setiap saat siap kupetik’ padanya kubisiki.
***
Aku, begitu selasai kuliah dan mengerjakan tugas Filologiku, segera bergegas menuju taman parterre. Di sana aku biasa merebahkan tubuhku ke rerumputan sambil menatap kemilau cahaya senja di daunan. Aku merasa ingin menulis puisi. Akan kucari tempat biar membantu pikiranku lebih jernih lagi. Aku biasa mengingat-ingat gadis yang dulu sempat aku taksir, dini, kiki, fuji, sri, putri dan banyak lagi. Aku ingat-ingat lagi mereka. Agar membantu mencairkan perasaan yang bisa dituangkan dalam tulisan. Walaupun ujung-ujungnya puisi selalu menjadi isi curahan, ah persetan.
Aku lihat orang-orang sudah banyak yang duduk di taman. Ada anak jurusan bahasa inggris pacaran. Dia bukan temanku, hanya saja aku hapal saja wajah-wajahnya. Mengapa tiba-tiba aku lupa ingin menulis puisi. Di sini memang selalu seperti itu. Tak tentu.
Ada nyamuk-nyamuk yang mengganggu lamunanku. Aku tak sempat membuka buku catatan dan menuliskan sepatah kata pun, keburu temanku datang. Suara knalpotnya bukan main keras, merobek lengangnya sepi taman. Ah, Erik dari dulu sudah begitu, gengster motor selalu punya sikap yang semaunya. Dia mengajakku pulang ke kostanku, aku ikut saja dengannya. Setelah ia menawariku untuk membeli sebotok anggur dan sebungkus rokok. Aku setuju saja. Dan habis perkara sudah.
***
Dia malah tidur sesampainya di kost. Aku malah ingin berdiam sejenak. Aku kangen perempuan yang selalu menghanguskanku diranjangnya itu. Perempuan yang senantiasa menyimpan kenangan tentangnya di lipatan ingatanku.
Aku kemudian menyalakan komputerku dan perasaan ingin menulis puisi yang sempat hilang datang lagi. Ternyata aku ingin menulis puisi untuk seorang perempuan yang baru aku kenal. dia lebih berguna dari yang aku kira. Dari bayang dia yang coba aku raih di batas pikiranku, aku dapati potongan puisi. oh, ini sepatutnya menjadi tugas sang calon penyair. Penyair yang sedang berusaha mencari pengakuan dari masyarakat. Penyair yang kesepian.
Kemudian perlahan aku ingin terbakar oleh tubuhnya. Mungkin aku harus sedikit mengingat beberapa adegan ranjang dengannya. Seperti, bagaimana segalanya kepunyaanku habis ia hisap. Seperti menghisap sari-sari kekuatanku lalu lenyap dan lelah meliputiku, waktu itu.
***
Erik selalu pulang malam setelah merasa jalanan lengang. Ketika lalu lintas jalan mulai jarang kendaraan. Dan seribu kupu-kupu bulan, bermunculan dengan luka dan tangisan yang sangat rahasia, tak bisa didengar. Entah apa yang ia cari di suasana sepi itu. Aku kemudian keluar kost, menuju warung di jalan.
“Rokok.”
“Berapa?”
“Setengah bungkus.”
Aku hendak mencari makan, perut kelaparan. Tapi aku sempatin membeli rokok. Menghangatkan badan. Lagian angin tak enak di mulutku yang terbiasa menghisap batang rokok.
Malam sudah lumayan larut, hampir jam duabelas, aku sempat berpikir tak dapat makanan. Untung kawasan kampus, ada saja beberapa warung buka 24 jam. Meski kutahu, lauk yang dingin dan sisa tadi pagi yang tak laku dibeli orang. Ah lagi-lagi persetan.
Setelah beberapa lauk menemani nasi hangat dari aku santap habis. Aku sudah merasa kenyang dan waktunya kembali untuk pulang, tidur dan tak usah berpikiran tentang tugas Morfologi lagi, biarlah gimana nanti saja, besok pun masih sempat aku kerjakan. Aku menuju jalan. Menikung di gelap malam.
***
Oh, tidak kau, kataku setengah terkejut. Kudapati sepasang matamu lagi-lagi melukis kecemasan yang membadai. Aku tak sanggup memandangnya. Lalu kau tersenyum. Dan.
“Bahagia rasanya.”
Aku langsung memeluk tubuhnya. Tubuhnya yang sudah setengah beku. Mungkin dia sudah lama di sini. Di simpang jalan lengang tanpa lampu benderang dan hanya ada remang bulan. Dia masih memiliki tangan yang hangat dan bau parfum yang aku suka. Aku cintai dia seperti mencintai sebatang rokok satu-satunya. (rokok pada saat itu bukan main istimewanya).
Aku senang juga bisa tanpa sengaja bertemu dia. Aku seakan tak kehabisan cerita dalam obrolan yang keluar dari mulutku ini. Dia pun seakan tak bosan mendengar ocehanku meski terkadang harus menjadi obrolan yang sama sekali tak penting.
Lama juga waktu dibabat habis, dingin tak terasa lagi saat itu. Namun begitu obrolan yang sudah harus terulang lagi untuk kesekian kali, barulah aku tahu. Aku kehabisan cerita, dan dia nampak lelah mendengarkannya.
Aku harus bagaimana?
***
Kini setelah aku ambil keputusan mengajaknya ke kostan, aku sendiri bingung, apa yang bisa dilakukan di dalam ruang kotak penuh kekosongan. Tadi aku lihat sebelum masuk, kamar sebelahku lampunya mati, dan sekarang menyala. Mungkin dia terganggu oleh kedatangku dengan dia. Ah, tak apalah.
Aku segera menyuruhnya untuk tidur di kasurku yang tipis. Maaf kataku, aku tak punya kasur empuk nan hangat.
Dia malah tersenyum dan bersandar di punggungku, kau hangat. Katanya sambil terbenam begitu saja. Bagai seekor burung menemukan sarangnya di atas pohonan yang jauh tinggi dan aman.
Aku mencoba mencegahnya, aku mencegah diriku nekat lagi memberangus diri. Aku tak enak dengan kamar sebelahku bila ia ternyata mengatahui apa yang terjadi di kamarku bila lepas dari control kita berselancar lagi di lautan kasmaran, aku anggap perempuan itu dan aku sedang dilanda kasmaran berat yang tak bisa dihentikan apapun karena aku sendiri tak tahu apa sebabnya.
Perempuan itu seakan tak gelisah, malah membuka pakaiannya dan hanya menyisakan kutangnya saja dan celana dalamnya kemudian kembali meringkusku. Aku tergoda, tapi tetap tegar berusaha lepas cari cengkramannya yang membabi buta.
Dia bukan seorang yang pantang menyerah rupanya, dia malah berbisik padaku, kamu kangenkan sama hangat tubuhku, sambil mencoba meluruhkan lagi diriku.
Aku punya cara jitu, aku nyalakan komputerku. Siapa tahu dia mengerti tentang sikapku itu. Komputerku meraung suara kipas dan mesinnya, maklum komputer lama. Dia sedikit kecewa dan matanya kini terasa jenuh dengan perbuatanku, maafkan aku dalah hatiku padanya.
***
Ini puisi yang kutulis saat ingat kamu, seruku pada perempuan yang kucintai itu bagai menyukai permen manis di lidahku. Aku goyangkan tubuhnya yang kini telanjang. Aku merasa dia nyaman.
Lihat puisiku ini, bujukku, aku akan coba mengirimkannya ke koran-koran.
Dia melorot lagi dalam genggaman tanganku. Aku sedang merasa memberitahukannya bahwa ini semua karenamu aku bisa menulis. Tapi dia malah terus berpindah dari samping kananku, ke samping kiriku begitu seterusnya.
Aku tahu dia merasa tersanjung oleh ulahku. Aku segera memerhatikan lekuk tubuhnya yang penuh dengan cindramata itu. Kenangan yang manis dalam ingatan.
Oh tidak alangkah terkejutnya aku. Kutemukan berbagai luka lebam di antara tubuhnya. Di punggungnya, di dada, di dagu, di kening. Luka pukulan benda tumpul. Hatiku gusar, siapa yang berani menyakiti tubuh mulusnya ini. Aku bersumpah ingin mematikannya dalam cekikanku yang lambat agar tahu rasanya kematian.
Aku ciumi luka-lukanya dan kutemukan kisah baru. Oh aku terjun bebas di antara payudaranya lagi. Hangus sudah segalanya kembali. Menuju malam yang hangat dalam perapian. Dan pada luka-luka di tubuh perempuan itu, aku menemukan diriku, bapakku, ibuku, temanku, pamanku, orang asing, dan orang asing yang tak kukenali sebelumnya.
***
Pagi. Begitu terbangun dia sudah tak ada, hanya ada mesin komputerku dan printerku yang menyala. Ada kertas berserakan di mana-mana. Oh dia – perempuan itu – telah melakukannya sebelum aku bangun. Dia telah mengambil haknya sebagai perempuan yang kupinang malam itu, dengan beberapa puisi sebagai mahar, pengganti kebahagian yang tak kukira akan kurasa. Dan kudapatkan dari dia kenikmatan tiada tara. Aku ingat lagi dia – perempuan itu – berkata dia harus pulang ke rumah pamannya pagi sekali dan harus membawa uang setoran, sebelum matahari mencuri segalanya darinya. Dan kini kulihat matahari sudah muncul lagi dengan sinarnya yang membawa cerita usang dalam hidup yang siap dijalani lagi seperti hari sebelumnya.
00.12 PM / 18 Juni 2008 Bandung
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar