Abidah El Khalieqy
http://entertainmen.suaramerdeka.com/
TENTANG cinta? Aha! Telah berapa windu aku hidup di alam asing di sebuah negeri tanpa matahari berkota melompong tak ada telinga tak ada mata tak ada hati tempat kita merasa sebagai manusia. Dan kau bilang mau datang ke rumahku? Di mana? Coba katakan! Adakah rumah tanpa alamat nirkampung nirkota?
"Aku mau ke kamu. Di mana saja," kau bilang.
Tapi aku tak di mana-mana. Pemburu sunyi cuma. Aku sedang mendengarnya; alastu birabbik qultu balaa? Sunyi adalah sehamparan bening tempat aku mencari wajahku. Kau tahu aku amnesia. Bertahun sudah aku lupa namaku, bentuk wajahku, koleksi baju dan kaset langka yang dulu bikin cemburu. Juga film-filmku. Pun puisi-puisiku. Siapa mereka? Aku pikuni semua-mua tak ada sisa.
"Masih ada kamu. Kuingin itu," katamu.
Aku? Akukah itu yang berambut gondrong dan lupa nyisir selalu. Berjalan tanpa halte. Berlayar tanpa dermaga. Aku melayang di luar atmosfer bumi, Sayang! Jangan cari aku.
"Kau melihat tanpa mata. Mendengar tanpa telinga. Kau berjalan tanpa kaki. Aku ingin ketemu kamu."
Ah! Lupakan aku. Lebih cepat lebih bagus. Aku tak seperti yang kauduga. Cuma rerubuhan berlumpur jelaga. Ini tubuh hanyalah dokumen mimpi buruk berpuluh tahun dikibul pesulap kondang. Tak ada madu. Tak ada legen. Tinggal ampas dan sepah yang dibuang, Sayang! Pandang aku dari jalan ini. Dan kau akan lari. Melambaikan tangan dan goodbye.
"Aku akan berlari mengejarmu!"
Percuma! Aku tak ke mana-mana. Ini zaman boleh ngebut namun dingin aspal tetaplah tampangku. Karena buta. Aku tak mampu melihat apa pun. Juga kecantikanmu yang sohor itu. Mereka bilang matamu seperti bintang kejora. Pengarung laut merinduimu untuk hitungan peruntungan yang besar. Para pujangga melafalmu dengan bibir gemetar. Teman-temanmu, sahabat dan pengagummu menderap pepujian akbar. Namun aku hanyalah sesosok terkapar! Yang sial dan nanar!
Aku berjalan tertatih bak siput sakaratul maut. Lalu kancil-kancil menertawaiku. Berpuluh kali mereka mendahuluiku. Beratus kali meninggalkanku tergenang dalam masa lalu. Mungkin telah ribuan kali menertawakan jogging-ku yang tak usai-usai. Tak ada jalan lari, Sayang! Mereka mengepungku. Kancil-kancil berubah menjadi kampret yang mengerat inci per inci hutanku. Dicucup pula laut dan tambang minyakku. Juga perawan-perawanku. Aku sekarat persis di seberang lumbung bumiku yang kemilau. Inilah kisah Teluk Samawi. Jantung negeri petrogas yang kolaps diisap para zombie. Compang-camping segitu menekan. Bahkan tak ada di dunia, pengemis berjajar di bandara. Hanyalah di sini, Sayang! Di negeri penghasil minyak bumi dari lima terbesar di dunia.
"Beri aku kesempatan menatapmu."
Kau tak akan kuat. Aku tak ingin mengucur-deraikan air matamu. Cukuplah di sini berhujan tangis. Kota yang disesak kebodohan. Bikin tugu dan Freeport sepenuh kota lalu kunci dengan bedil. Maka, mati itu lebih nyaman. Hidup yang tercerabut dari akar. Anak-anak bermain dedaun gugur. Kerontang. Gunung-gunung menangis. Ladang kami sesenggukan. Burung-burung tak punya jalan pulang. Dan peta yang digulung ombak hitam.
"Biarkan aku menjamahmu."
Barangkali tidak sekarang. Barangkali ada bandul jam yang mengabarkan persuaan. Barangkali dari masa silam atau kurun mendatang, entah di mana kita bakal berjumpa. Barangkali di negeri atas angin tak berbatas awan. Barangkali saja.
"Baiklah! Aku berangkat menujumu!"
Jangan sia-siakan usia oleh mimpi keras kepala, Kekasih! Aku tak ada. Bagaimanakah cara menjumpai -yang tak ada? Sudah lama aku hilang. Klandestine. Bersama hilang para gigiku, hilang pula wajahku dari halaman buku. Tak ada sesiapa di sini. Kosong. Ini kota mati. Hanyalah tubuh-tubuh yang bergerak ke sana kemari, tanpa kepala. Beratus purnama kami raib. Dihalau taring-taring dicakar para anjing. Anjing-anjing yang mengaing.
Pesakitan yang abadi puasa ini, tak kuat muncul dan melawan. Tak mampu aku berteriak. Karena pita suara sudah dipotong oleh mereka empunya anjing loreng. Jika sesekali kami mendesah, desahan itu bakal teredam gelegar meriam. Kalah oleh amunisi yang mendesis bagai ular kobra. Bak dalam kardus pengap, kotak pandora, napas kami megap-megap oleh lubang kecil yang juga penuh mata raksasa. Lidahku putus oleh klakson yang tak terfatwa hukumnya. Klakson rimba.
"Paling tidak. Aku bisa mendengar napasmu!"
"Atau menatap sendumu."
"Sungguh! Di manakah nyaringmu yang bul-bul itu? Segitu kangennya aku..."
Nyaringku pada masa lalu. Dulu sekali, kala seribu mentari nancap tombak jingga di kota ini. Rencong agung yang tersemat di pinggang. Ayat-ayat ditebarkan. Bumi yang hijau dan panen raya. Gadis-gadis bercindai panjang. Bulan penuh di malam-malam mendaras ilmu. Para tua berhikayat dan kami menyimak penuh hikmat. Meunasah berkibar menyibak langit. Kami melenggang dalam kemegahan. Kini segalanya menyilam. Sebentuk kenangan cuma.
Tak ada lagi suara kini. Ini musim tak ada cerita. Matahari tidur. Awan hitam berarak di ubun-ubun. Ayat-ayat menjadi iklan para pejabat kapitalis. Bumi yang merah oleh leleran darah. Amis!. Kami panen tangis dan tadarus luka. Para gadis cacat jiwa. Para yatim dingin dan lapar mengetuk pintu langit, menggedor Arsy Istawa. Di ujung sana mereka berpesta. Kami mendelong depan pintu barak. Plonga-plongo kehabisan frasa.
Maka lupakan aku, sayang!
?Lupa? Bahkan andai kau tak pernah ada, aku akan mencari yang sepertimu. Begitu abadi dukamu. Jibril pun gemetar oleh tangismu. Biarkan aku merengkuhmu?
Ah! Kamu masih seperti yang dulu. Tekad tinggi dan kepala batu. Andainya kita boleh berandai. Misalkan kita boleh bermisal. Kalau saja, sayang! Kalau saja aku ini pangeran bermahkota. Dan jari-jariku punya kuasa. Lidahku kuat dan fasih menembus pesta rimba yang tuli. Seperti penyair yang mengajari raksasa bahasa manusia. Akan kusulap rimba raya menjadi negeri yang indah penuh ampunan-Nya. Tak ada anjing tak ada buaya. Apalagi longisquama. Tak ada clurut yang mengerat perbendaharaan negara dan melarikan diri ke negeri tetangga lalu bersangkar di sana dengan rakusnya membetot separoh dari lumbung tuan rumah.
Tak ada lain, sayang! Palu-palu menjadi tumpul di gedung pengadilan. Sudah lama para clurut mengembara seantero rimba dan Semar mesem membiaknya kian raksasa. Sekalipun ia suka pergi jumatan ke Istiqlal, ia bukanlah Abid tapi Brutus mendhem ora sudi mikul. Ia ternakkan clurut secara massal dan sistemik, persis di halaman tengah istananya. Lalu para clurut ditebarnya menyeluruh, dari pucuk syaraf sampai pelosok kaki. Pesta raya yang tak ada dua di jagat bumi. Lihat betapa tambunnya mereka, mengantongi 600 trilyun dalam lambungnya. Bahkan Karun tak sampai seperseratusnya.
Lalu rakyat kebagian gempa, sayang! Puting beliung dan banjir bandang. Sejuta asap mengepul dan lumpur panas memburai. Udara sumuk dan gerah menjarah nafasmu. Tak tahan. Kau lari ke puncak gunung dan dilempar pijaran lava. Rakyat panik mencari samudra. Tapi ombak hitam bangkit dari tidur lautnya. Tegak tiga tombak. Laju gulung keruk. Satu kilometer permenit. Laut mencium darat, menggulung peta berikut peradabannya. Meninggalkan sunyi maha ngungun semesta.
Dan aku bisu!
Rontok gigi lidah kelu.
Aha! Jangan berandai lagi pada pangeran dan mahkota. Ini zaman buruk bagi imaji. Bahkan mimpi pun pakai disensor. Tigapuluh tahun disesak perang adalah musim seulanga gugur di perut Hawa. Namun tak gugur jua. Adakah waktu bagi cinta?
"Tak ada lain. Cinta bakal memberimu tangga naik. Kenakan sayapnya dan mari terbang bersama!?
Ah masa? Aku tak punya strategi mendatanginya. Tak kumiliki perangkat dan aku....ku kalah, Kekasih!
"Cinta itu serupa kemenangan. Ia datang dan pergi apa adanya. Tak acuh pada kalah atau menang. Begitu sederhana. Namun ia perkasa. Tak tumbang-tumbang ia oleh gempuran masa."
Jika begitu.
"Bukan jika, tapi nyata!"
Alangkah pahit kenyataan ini. Sayapku patah mustahil tumbuh sesudahnya. Meski kau paket lagi cinta, aku tak kuat menyambutnya. Maka biarkan ia mengabadi dalam sumur keindahan mata Yusuf. Biarkan para musafir menimbanya, mencecap segar dari kucuran airmata. Aku permisi. Maaf! Kubawa serta namamu menuju Ashabul Kahfi.
"Memangnya ada apa di situ, Cintaku?"
Ada Rahasia.
Salamu'alaik!
Yogyakarta, 2006
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Senin, 09 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar