Senin, 09 Februari 2009

Lhok Samawi

Abidah El Khalieqy
http://entertainmen.suaramerdeka.com/

TENTANG cinta? Aha! Telah berapa windu aku hidup di alam asing di sebuah negeri tanpa matahari berkota melompong tak ada telinga tak ada mata tak ada hati tempat kita merasa sebagai manusia. Dan kau bilang mau datang ke rumahku? Di mana? Coba katakan! Adakah rumah tanpa alamat nirkampung nirkota?

"Aku mau ke kamu. Di mana saja," kau bilang.

Tapi aku tak di mana-mana. Pemburu sunyi cuma. Aku sedang mendengarnya; alastu birabbik qultu balaa? Sunyi adalah sehamparan bening tempat aku mencari wajahku. Kau tahu aku amnesia. Bertahun sudah aku lupa namaku, bentuk wajahku, koleksi baju dan kaset langka yang dulu bikin cemburu. Juga film-filmku. Pun puisi-puisiku. Siapa mereka? Aku pikuni semua-mua tak ada sisa.

"Masih ada kamu. Kuingin itu," katamu.

Aku? Akukah itu yang berambut gondrong dan lupa nyisir selalu. Berjalan tanpa halte. Berlayar tanpa dermaga. Aku melayang di luar atmosfer bumi, Sayang! Jangan cari aku.

"Kau melihat tanpa mata. Mendengar tanpa telinga. Kau berjalan tanpa kaki. Aku ingin ketemu kamu."

Ah! Lupakan aku. Lebih cepat lebih bagus. Aku tak seperti yang kauduga. Cuma rerubuhan berlumpur jelaga. Ini tubuh hanyalah dokumen mimpi buruk berpuluh tahun dikibul pesulap kondang. Tak ada madu. Tak ada legen. Tinggal ampas dan sepah yang dibuang, Sayang! Pandang aku dari jalan ini. Dan kau akan lari. Melambaikan tangan dan goodbye.

"Aku akan berlari mengejarmu!"

Percuma! Aku tak ke mana-mana. Ini zaman boleh ngebut namun dingin aspal tetaplah tampangku. Karena buta. Aku tak mampu melihat apa pun. Juga kecantikanmu yang sohor itu. Mereka bilang matamu seperti bintang kejora. Pengarung laut merinduimu untuk hitungan peruntungan yang besar. Para pujangga melafalmu dengan bibir gemetar. Teman-temanmu, sahabat dan pengagummu menderap pepujian akbar. Namun aku hanyalah sesosok terkapar! Yang sial dan nanar!

Aku berjalan tertatih bak siput sakaratul maut. Lalu kancil-kancil menertawaiku. Berpuluh kali mereka mendahuluiku. Beratus kali meninggalkanku tergenang dalam masa lalu. Mungkin telah ribuan kali menertawakan jogging-ku yang tak usai-usai. Tak ada jalan lari, Sayang! Mereka mengepungku. Kancil-kancil berubah menjadi kampret yang mengerat inci per inci hutanku. Dicucup pula laut dan tambang minyakku. Juga perawan-perawanku. Aku sekarat persis di seberang lumbung bumiku yang kemilau. Inilah kisah Teluk Samawi. Jantung negeri petrogas yang kolaps diisap para zombie. Compang-camping segitu menekan. Bahkan tak ada di dunia, pengemis berjajar di bandara. Hanyalah di sini, Sayang! Di negeri penghasil minyak bumi dari lima terbesar di dunia.

"Beri aku kesempatan menatapmu."

Kau tak akan kuat. Aku tak ingin mengucur-deraikan air matamu. Cukuplah di sini berhujan tangis. Kota yang disesak kebodohan. Bikin tugu dan Freeport sepenuh kota lalu kunci dengan bedil. Maka, mati itu lebih nyaman. Hidup yang tercerabut dari akar. Anak-anak bermain dedaun gugur. Kerontang. Gunung-gunung menangis. Ladang kami sesenggukan. Burung-burung tak punya jalan pulang. Dan peta yang digulung ombak hitam.

"Biarkan aku menjamahmu."

Barangkali tidak sekarang. Barangkali ada bandul jam yang mengabarkan persuaan. Barangkali dari masa silam atau kurun mendatang, entah di mana kita bakal berjumpa. Barangkali di negeri atas angin tak berbatas awan. Barangkali saja.

"Baiklah! Aku berangkat menujumu!"

Jangan sia-siakan usia oleh mimpi keras kepala, Kekasih! Aku tak ada. Bagaimanakah cara menjumpai -yang tak ada? Sudah lama aku hilang. Klandestine. Bersama hilang para gigiku, hilang pula wajahku dari halaman buku. Tak ada sesiapa di sini. Kosong. Ini kota mati. Hanyalah tubuh-tubuh yang bergerak ke sana kemari, tanpa kepala. Beratus purnama kami raib. Dihalau taring-taring dicakar para anjing. Anjing-anjing yang mengaing.

Pesakitan yang abadi puasa ini, tak kuat muncul dan melawan. Tak mampu aku berteriak. Karena pita suara sudah dipotong oleh mereka empunya anjing loreng. Jika sesekali kami mendesah, desahan itu bakal teredam gelegar meriam. Kalah oleh amunisi yang mendesis bagai ular kobra. Bak dalam kardus pengap, kotak pandora, napas kami megap-megap oleh lubang kecil yang juga penuh mata raksasa. Lidahku putus oleh klakson yang tak terfatwa hukumnya. Klakson rimba.

"Paling tidak. Aku bisa mendengar napasmu!"

"Atau menatap sendumu."

"Sungguh! Di manakah nyaringmu yang bul-bul itu? Segitu kangennya aku..."

Nyaringku pada masa lalu. Dulu sekali, kala seribu mentari nancap tombak jingga di kota ini. Rencong agung yang tersemat di pinggang. Ayat-ayat ditebarkan. Bumi yang hijau dan panen raya. Gadis-gadis bercindai panjang. Bulan penuh di malam-malam mendaras ilmu. Para tua berhikayat dan kami menyimak penuh hikmat. Meunasah berkibar menyibak langit. Kami melenggang dalam kemegahan. Kini segalanya menyilam. Sebentuk kenangan cuma.

Tak ada lagi suara kini. Ini musim tak ada cerita. Matahari tidur. Awan hitam berarak di ubun-ubun. Ayat-ayat menjadi iklan para pejabat kapitalis. Bumi yang merah oleh leleran darah. Amis!. Kami panen tangis dan tadarus luka. Para gadis cacat jiwa. Para yatim dingin dan lapar mengetuk pintu langit, menggedor Arsy Istawa. Di ujung sana mereka berpesta. Kami mendelong depan pintu barak. Plonga-plongo kehabisan frasa.

Maka lupakan aku, sayang!

?Lupa? Bahkan andai kau tak pernah ada, aku akan mencari yang sepertimu. Begitu abadi dukamu. Jibril pun gemetar oleh tangismu. Biarkan aku merengkuhmu?

Ah! Kamu masih seperti yang dulu. Tekad tinggi dan kepala batu. Andainya kita boleh berandai. Misalkan kita boleh bermisal. Kalau saja, sayang! Kalau saja aku ini pangeran bermahkota. Dan jari-jariku punya kuasa. Lidahku kuat dan fasih menembus pesta rimba yang tuli. Seperti penyair yang mengajari raksasa bahasa manusia. Akan kusulap rimba raya menjadi negeri yang indah penuh ampunan-Nya. Tak ada anjing tak ada buaya. Apalagi longisquama. Tak ada clurut yang mengerat perbendaharaan negara dan melarikan diri ke negeri tetangga lalu bersangkar di sana dengan rakusnya membetot separoh dari lumbung tuan rumah.

Tak ada lain, sayang! Palu-palu menjadi tumpul di gedung pengadilan. Sudah lama para clurut mengembara seantero rimba dan Semar mesem membiaknya kian raksasa. Sekalipun ia suka pergi jumatan ke Istiqlal, ia bukanlah Abid tapi Brutus mendhem ora sudi mikul. Ia ternakkan clurut secara massal dan sistemik, persis di halaman tengah istananya. Lalu para clurut ditebarnya menyeluruh, dari pucuk syaraf sampai pelosok kaki. Pesta raya yang tak ada dua di jagat bumi. Lihat betapa tambunnya mereka, mengantongi 600 trilyun dalam lambungnya. Bahkan Karun tak sampai seperseratusnya.

Lalu rakyat kebagian gempa, sayang! Puting beliung dan banjir bandang. Sejuta asap mengepul dan lumpur panas memburai. Udara sumuk dan gerah menjarah nafasmu. Tak tahan. Kau lari ke puncak gunung dan dilempar pijaran lava. Rakyat panik mencari samudra. Tapi ombak hitam bangkit dari tidur lautnya. Tegak tiga tombak. Laju gulung keruk. Satu kilometer permenit. Laut mencium darat, menggulung peta berikut peradabannya. Meninggalkan sunyi maha ngungun semesta.

Dan aku bisu!

Rontok gigi lidah kelu.

Aha! Jangan berandai lagi pada pangeran dan mahkota. Ini zaman buruk bagi imaji. Bahkan mimpi pun pakai disensor. Tigapuluh tahun disesak perang adalah musim seulanga gugur di perut Hawa. Namun tak gugur jua. Adakah waktu bagi cinta?

"Tak ada lain. Cinta bakal memberimu tangga naik. Kenakan sayapnya dan mari terbang bersama!?

Ah masa? Aku tak punya strategi mendatanginya. Tak kumiliki perangkat dan aku....ku kalah, Kekasih!

"Cinta itu serupa kemenangan. Ia datang dan pergi apa adanya. Tak acuh pada kalah atau menang. Begitu sederhana. Namun ia perkasa. Tak tumbang-tumbang ia oleh gempuran masa."

Jika begitu.

"Bukan jika, tapi nyata!"

Alangkah pahit kenyataan ini. Sayapku patah mustahil tumbuh sesudahnya. Meski kau paket lagi cinta, aku tak kuat menyambutnya. Maka biarkan ia mengabadi dalam sumur keindahan mata Yusuf. Biarkan para musafir menimbanya, mencecap segar dari kucuran airmata. Aku permisi. Maaf! Kubawa serta namamu menuju Ashabul Kahfi.

"Memangnya ada apa di situ, Cintaku?"

Ada Rahasia.

Salamu'alaik!

Yogyakarta, 2006

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae