Dharmadi
http://oase.kompas.com/
Tak dapat dilupakannya kata-kata terakhir istrinya, keinginan untuk bisa mendampingi anak-anaknya sampai menjadi orang tua. Suatu ketika, beberapa tahun yang lalu, hanya beberapa menit menjelang kepergiannya, di dini hari;’Aku kepengin nunggoni bocah-bocah mentas nganti dadi wong tuwo’. Dan waktu itu ia hanya menjawab,”Jangan berpikir yang bukan-bukan, yang penting kamu sehat”.
Hanya itu saja kata-kata terakhir istrinya, yang terbaring di ranjang, ranjang yang pertama kali ditiduri bersamanya, tigapuluh tahun yang lalu, ranjang pengantin yang menjadi saksi gelora gairah di malam pertama dan di saat-saat kemudian telah mencatat bermacam adegan dan peristiwa dan menyimpannya sebagai riwayat. Begitu selesai berkata, istrinya diam, tak bergerak, kedua tangannya terlipat di dada.
Dan kemudian ia seperti mendengar suara;’bojomu wis ditunggu ibu-ibune nang swarga; ditunggu ibune, ditunggu mertuwane, ditunggu budhene; wis disediyani swarga’. Ia tergeragap, seakan terbangun dari tidur, mencari arah suara, tak ada orang lain, kecuali dirinya di ujung kaki istrinya, anaknya mbarep di sisi kanan ibunya, dan anaknya yang nomor dua, lelaki satu-satunya, di sisi kiri ibunya. Lalu suara siapa itu, yang baru saja didengarnya, yang mengatakan,‘isterimu sudah ditunggu ibu-ibunya di sorga; ditunggu ibunya, ditunggu mertuanya, ditunggu budhenya; sudah disediakan sorga’.
"Kok mung tekan semene Bu," spontan, hanya itu yang keluar dari mulutnya, begitu melihat istrinya diam untuk selama-lamanya. Ketika itu. ia tak pernah menduga, kok hanya sampai di sini istrinya mendampinginya. Meninggalkannya untuk selama-lamanya, hanya dalam sakit dua hari saja.
***
Sejak itu ia merasa kesepian; serasa pisau yang runcing tajam, kesepian menikam dalam dan sepertinya sulit sekali dicabut dari rasa hatinya, sepanjang hari-harinya. Impian yang dibangun selama ini, serasa runtuh, luluh-lantak, hanya meninggalkan puing-puing dan tak mungkin untuk dibangunnya kembali.
Selama ini ia dan istrinya sering membayang-bayang dan merancang-rancang, kalau pensiun kelak, ketika tinggal berdua, anak-anak telah menjadi orang tua; mengunjungi anak cucu, berkunjung ke teman-teman lama, silaturahmi ke sanak kerabat. Ah, betapa bahagianya.
***
Kini ia sudah pensiun; beberapa temannya menawari untuk mengajak usaha bersama; berdagang. Tak pernah terlintas dalam pikirannya tentang dagang, karena memang tak bisa dagang tak pernah dagang. Ada juga yang nawari calon istri; “Biar kamu tak kesepian; tak selalu mengingat-ingat yang telah pergi, dan nanti kalau anak-anak sudah berumah tangga, misah semua, ada yang ngrumati”. Begitu kata temannya membujuk; juga suadara-sadaranya, mendorongnya untuk mencari sisihan baru.
Ia tak banyak komentar menanggapi saran teman dan saudaranya agar nikah lagi; “Gampang nanti”, hanya itu selalu jawabnya. Tak ada niat dalam hatinya untuk nikah lagi. Di samping tak mau repot ketika ngunduri umur-semakin tua punya anak lagi, juga merasa sulit untuk melupakan istrinya.
Tak kurang tiga puluh tahun bersama, baginya bukan waktu yang singkat untuk begitu saja bisa melupakan almarhumah istrinya, yang semasa hidupnya telah menjadi teman loro-loponya, yang setia mendampinginya bersama jatuh bangun dengan sepenuh hatinya, dengan keiklasan cintanya, bersama-sama membangun keluarga, membesarkan anak-anak tanpa banyak tuntutan, tak bermacam keinginan sampai saat kematiannya.
Kuburan kini yang menjadi salah satu bagian kegiatan dari sisa hari-harinya. Setiap minggu paling tidak dua kali, yang sering tiap Senin dan Kamis, sehabis ashar sampai menjelang maghrib, malah terkadang sampai malam hari ia ziarahi kubur istrinya.
Kalau ke kubur istrinya ia akan berjalan-jalan di area kuburan, melihat-lihat sambil sesekali berhenti sejenak pada beberapa makam, membaca tulisan yang ada di nisan; apakah itu nisan kayu atau nisan batu.
Dibacanya nama, tanggal lahir dan tanggal kematian yang tertera di nisan. Dan ia akan berkata sendiri ketika melihat makam yang sepertinya tak lagi terawat, dalam rimbun ilalang. ”Di mana sanak kerabatnya? Mungkinkah sudah tak ada lagi atau telah lupa dengan si mati?”
Kalau kebetulan menemukan kubur baru, ia agak lama berada di kuburan itu, sambil membayangkan perasaan orang-orang yang ditinggal mati. Ia ingat pada awal-awal setelah kematian istrinya; pikiran serasa kosong, seperti bingung kalau di rumah; keluar masuk, tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Merasa ada yang hilang, dan ingin dicari tapi tak tahu mesti ke mana mencarinya. Juga seperti ada yang pergi, muncul rasa rindu, ditunggu, siapa tahu kembali. ”Pasti yang ditinggal merasa sangat kehilangan, betapa sedihnya”, begitu selalu gumamnya.
Dan terkadang ia merenung ketika membaca di nisan umur si mati yang masih muda; ”Kenapa mesti dilahirkan kalau masih muda sudah dipanggil kembali; tetapi kenapa ada yang sudah berumur lanjut, renta tak lagi bisa apa-apa, sepertinya tak lagi berguna, masih diberi hidup? Apa yang Kau kehendaki Gusti?”
Dan terkadang bertanya pada diri sendiri ketika melihat makam dalam cungkup yang dibangun megah; ”Benarkah dulu ia mencintai sepenuh ketulusan hati pada si mati ketika masih hidup, seperti tulisan di nisan ini. Apa yang dapat dirasakan si mati dengan cungkup semegah ini?”
Ketika di kuburan istrinya sehabis berdoa dia selalu bertanya,”Sudah sampai di mana perjalananmu Bu?”, dan juga mengabarkan keadaan anak-anaknya juga dirinya;”anak-anak baik-baik semua; mereka sudah mandiri, sudah jadi orangtua, dan nampaknya bahagia saja.
Itu semua buah dari pohon kasih sayangmu, keiklasan berkorban seorang perempuan, sebagai istri dan sekaligus ibu. Hanya aku sekarang sendiri, merasa kesepian”.
Sesekali ia kadang merebahkan badan di samping kijing istrinya, searah dengan almarhumah ketika dulu ditidurkan di dasar liang, sambil memandang langit, memandang bintang, memandang bulan, memandang awan, memandang ke kejauhan, dan membayangkan bagaimana rasanya berada di liang kubur.
Ia juga selalu berusaha untuk dapat datang pada setiap ada berita kematian yang sampai kepadanya, yang menimpa salah satu sanak saudara, kerabat, tetangga, atau teman-temannya. Dan selalu, entah sebentar atau agak lama, ia berusaha untuk dapat ikut memikul keranda. Dalam memikul, ia selalu berkata dalam hati;”Di pundak pelayat jasad ditinggikan sesaat, di liang kubur jasad dikembalikan ke asal-usul”.
Bukan hanya memikul. Ia selalu berusaha untuk bisa membantu kayim, ikut nyirami dan merawat jenazah. Ketika ia nyirami selalu bertanya dalam hati; “Apakah bunga dan wewangian ini bisa membersihkan dosa-dosa?”
Dan ketika membantu mengafani, ia berkata sendiri dalam batin; ”Akhirnya hanya lembaran kain kafan yang dipakai dan dibawa ketika kembali pulang ke keabadian.” Dan sesekali, ia ikut menerima jenazah di dalam liang kubur.
Sering tetangganya atau para pelayat yang lain melarangnya;”Sudah sepuh Pak ndak usah, masih banyak yang muda-muda.”
***
Orang-orang mencarinya; “Ke mana ini pak Martabat?” Sebentar lagi jenazah akan diberangkatkan. “Tadi ada di sini; ngobrol-ngobrol denganku,” kata Pak Karso.
“Coba dicari ke kuburan, siapa tahu ada di sana,” selintas kata pak Mardiyo, selaku wakil ketua rt tanpa menunjuk orang; ”biasanya ngecek galian.”
Rasa tanggung jawab yang besar masih juga melekat di dirinya. Meskipun hanya sebagai ketua rt yang sekaligus ketua paguyuban kematian, ia berusaha untuk semuanya berjalan lancar dan beres. Terkadang ia datang sendiri ke kelurahan lapor adanya kematian di lingkungannya, bersama warga lain mengambil keranda yang disimpan di kuburan, dan ngecek sendiri ke tempat kubur yang sedang digali; mengukur panjangnya, mengukur kedalamannya sambil membawakan makanan dan minuman untuk para penggali.
Sampai saatnya pemberangkatan jenazah, belum juga ia kelihatan. Terpaksa pelepasan jenazah dilakukan oleh Pak Mardiyo.
Beberapa puluh meter menjelang kuburan, rombongan iring-iringan jenazah dihentikan oleh dua orang warga yang tadi secara spontan berangkat mencari Pak Martabat di kuburan. Dengan suara yang agak bergetar sepertinya disungkup rasa takut dalam batinnya, ia menemui Pak Mardiyo;”Pak, Pak, Pak Martabat tidur di dalam liang.”
Pak Mardiyo menghentikan iringan sesaat. “Tidur di dalam liang? Apa tidak ada yang tahu sejak tadi?”
“Kata orang-orang yang menggali kubur, setelah menerima nasi bungkus dari Pak Martabat, mereka pergi agak menjauh dari liang kubur mencari tempat yang teduh untuk makan sambil istirahat menunggu jenazah, tak begitu memperhatikan terus ke mana Pak Martabat”, hampir bersamaan kedua orang itu menjawab.
Pak Mardiyo sesaat berunding dengan beberapa warga; tak lama beberapa warga itu bergegas langkah mendahului ke kuburan; iring-iringan jenazah kembali berjalan dengan pelan.
***
Beberapa warga saling berpandangan di bibir liang kubur. Kemudian kembali saling mengarahkan pandang ke dalam liang. Melihat di dasar sana Pak Martabat dalam posisi seperti lazimnya jizim yang dikubur.
Miring sedikit tengkurap menghadap ke salah satu dinding liang, hidungnya mencium dasar, ujung-ujung jari kakinya mancal-menjejak tanah.
Hampir bersamaan beberapa warga yang di atas, di bibir liang kubur, beberapa kali memanggil-manggilnya, ”Pak, Pak, Pak Martabat, bangun Pak, bangun.” Tak ada sahutan, juga tak ada sedikit pun gerak dari tubuh Pak Martabat sebagai jawaban.
Iring-iringan jenazah semakin mendekati liang kubur. Orang-orang yang di sekitar bibir liang kubur belum ada yang bertindak; masih saling berpandangan dan sesekali saling memandang ke dalam liang, dan memandang ke arah iringan jenazah yang semakin mendekat.
*****
,2007
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar