Minggu, 22 Februari 2009

Dalam Tikam Kesepian

Dharmadi
http://oase.kompas.com/

Tak dapat dilupakannya kata-kata terakhir istrinya, keinginan untuk bisa mendampingi anak-anaknya sampai menjadi orang tua. Suatu ketika, beberapa tahun yang lalu, hanya beberapa menit menjelang kepergiannya, di dini hari;’Aku kepengin nunggoni bocah-bocah mentas nganti dadi wong tuwo’. Dan waktu itu ia hanya menjawab,”Jangan berpikir yang bukan-bukan, yang penting kamu sehat”.

Hanya itu saja kata-kata terakhir istrinya, yang terbaring di ranjang, ranjang yang pertama kali ditiduri bersamanya, tigapuluh tahun yang lalu, ranjang pengantin yang menjadi saksi gelora gairah di malam pertama dan di saat-saat kemudian telah mencatat bermacam adegan dan peristiwa dan menyimpannya sebagai riwayat. Begitu selesai berkata, istrinya diam, tak bergerak, kedua tangannya terlipat di dada.

Dan kemudian ia seperti mendengar suara;’bojomu wis ditunggu ibu-ibune nang swarga; ditunggu ibune, ditunggu mertuwane, ditunggu budhene; wis disediyani swarga’. Ia tergeragap, seakan terbangun dari tidur, mencari arah suara, tak ada orang lain, kecuali dirinya di ujung kaki istrinya, anaknya mbarep di sisi kanan ibunya, dan anaknya yang nomor dua, lelaki satu-satunya, di sisi kiri ibunya. Lalu suara siapa itu, yang baru saja didengarnya, yang mengatakan,‘isterimu sudah ditunggu ibu-ibunya di sorga; ditunggu ibunya, ditunggu mertuanya, ditunggu budhenya; sudah disediakan sorga’.

"Kok mung tekan semene Bu," spontan, hanya itu yang keluar dari mulutnya, begitu melihat istrinya diam untuk selama-lamanya. Ketika itu. ia tak pernah menduga, kok hanya sampai di sini istrinya mendampinginya. Meninggalkannya untuk selama-lamanya, hanya dalam sakit dua hari saja.
***

Sejak itu ia merasa kesepian; serasa pisau yang runcing tajam, kesepian menikam dalam dan sepertinya sulit sekali dicabut dari rasa hatinya, sepanjang hari-harinya. Impian yang dibangun selama ini, serasa runtuh, luluh-lantak, hanya meninggalkan puing-puing dan tak mungkin untuk dibangunnya kembali.

Selama ini ia dan istrinya sering membayang-bayang dan merancang-rancang, kalau pensiun kelak, ketika tinggal berdua, anak-anak telah menjadi orang tua; mengunjungi anak cucu, berkunjung ke teman-teman lama, silaturahmi ke sanak kerabat. Ah, betapa bahagianya.
***

Kini ia sudah pensiun; beberapa temannya menawari untuk mengajak usaha bersama; berdagang. Tak pernah terlintas dalam pikirannya tentang dagang, karena memang tak bisa dagang tak pernah dagang. Ada juga yang nawari calon istri; “Biar kamu tak kesepian; tak selalu mengingat-ingat yang telah pergi, dan nanti kalau anak-anak sudah berumah tangga, misah semua, ada yang ngrumati”. Begitu kata temannya membujuk; juga suadara-sadaranya, mendorongnya untuk mencari sisihan baru.
Ia tak banyak komentar menanggapi saran teman dan saudaranya agar nikah lagi; “Gampang nanti”, hanya itu selalu jawabnya. Tak ada niat dalam hatinya untuk nikah lagi. Di samping tak mau repot ketika ngunduri umur-semakin tua punya anak lagi, juga merasa sulit untuk melupakan istrinya.

Tak kurang tiga puluh tahun bersama, baginya bukan waktu yang singkat untuk begitu saja bisa melupakan almarhumah istrinya, yang semasa hidupnya telah menjadi teman loro-loponya, yang setia mendampinginya bersama jatuh bangun dengan sepenuh hatinya, dengan keiklasan cintanya, bersama-sama membangun keluarga, membesarkan anak-anak tanpa banyak tuntutan, tak bermacam keinginan sampai saat kematiannya.

Kuburan kini yang menjadi salah satu bagian kegiatan dari sisa hari-harinya. Setiap minggu paling tidak dua kali, yang sering tiap Senin dan Kamis, sehabis ashar sampai menjelang maghrib, malah terkadang sampai malam hari ia ziarahi kubur istrinya.
Kalau ke kubur istrinya ia akan berjalan-jalan di area kuburan, melihat-lihat sambil sesekali berhenti sejenak pada beberapa makam, membaca tulisan yang ada di nisan; apakah itu nisan kayu atau nisan batu.

Dibacanya nama, tanggal lahir dan tanggal kematian yang tertera di nisan. Dan ia akan berkata sendiri ketika melihat makam yang sepertinya tak lagi terawat, dalam rimbun ilalang. ”Di mana sanak kerabatnya? Mungkinkah sudah tak ada lagi atau telah lupa dengan si mati?”

Kalau kebetulan menemukan kubur baru, ia agak lama berada di kuburan itu, sambil membayangkan perasaan orang-orang yang ditinggal mati. Ia ingat pada awal-awal setelah kematian istrinya; pikiran serasa kosong, seperti bingung kalau di rumah; keluar masuk, tak tahu apa yang mesti dilakukan.

Merasa ada yang hilang, dan ingin dicari tapi tak tahu mesti ke mana mencarinya. Juga seperti ada yang pergi, muncul rasa rindu, ditunggu, siapa tahu kembali. ”Pasti yang ditinggal merasa sangat kehilangan, betapa sedihnya”, begitu selalu gumamnya.
Dan terkadang ia merenung ketika membaca di nisan umur si mati yang masih muda; ”Kenapa mesti dilahirkan kalau masih muda sudah dipanggil kembali; tetapi kenapa ada yang sudah berumur lanjut, renta tak lagi bisa apa-apa, sepertinya tak lagi berguna, masih diberi hidup? Apa yang Kau kehendaki Gusti?”

Dan terkadang bertanya pada diri sendiri ketika melihat makam dalam cungkup yang dibangun megah; ”Benarkah dulu ia mencintai sepenuh ketulusan hati pada si mati ketika masih hidup, seperti tulisan di nisan ini. Apa yang dapat dirasakan si mati dengan cungkup semegah ini?”

Ketika di kuburan istrinya sehabis berdoa dia selalu bertanya,”Sudah sampai di mana perjalananmu Bu?”, dan juga mengabarkan keadaan anak-anaknya juga dirinya;”anak-anak baik-baik semua; mereka sudah mandiri, sudah jadi orangtua, dan nampaknya bahagia saja.

Itu semua buah dari pohon kasih sayangmu, keiklasan berkorban seorang perempuan, sebagai istri dan sekaligus ibu. Hanya aku sekarang sendiri, merasa kesepian”.

Sesekali ia kadang merebahkan badan di samping kijing istrinya, searah dengan almarhumah ketika dulu ditidurkan di dasar liang, sambil memandang langit, memandang bintang, memandang bulan, memandang awan, memandang ke kejauhan, dan membayangkan bagaimana rasanya berada di liang kubur.

Ia juga selalu berusaha untuk dapat datang pada setiap ada berita kematian yang sampai kepadanya, yang menimpa salah satu sanak saudara, kerabat, tetangga, atau teman-temannya. Dan selalu, entah sebentar atau agak lama, ia berusaha untuk dapat ikut memikul keranda. Dalam memikul, ia selalu berkata dalam hati;”Di pundak pelayat jasad ditinggikan sesaat, di liang kubur jasad dikembalikan ke asal-usul”.

Bukan hanya memikul. Ia selalu berusaha untuk bisa membantu kayim, ikut nyirami dan merawat jenazah. Ketika ia nyirami selalu bertanya dalam hati; “Apakah bunga dan wewangian ini bisa membersihkan dosa-dosa?”

Dan ketika membantu mengafani, ia berkata sendiri dalam batin; ”Akhirnya hanya lembaran kain kafan yang dipakai dan dibawa ketika kembali pulang ke keabadian.” Dan sesekali, ia ikut menerima jenazah di dalam liang kubur.
Sering tetangganya atau para pelayat yang lain melarangnya;”Sudah sepuh Pak ndak usah, masih banyak yang muda-muda.”
***

Orang-orang mencarinya; “Ke mana ini pak Martabat?” Sebentar lagi jenazah akan diberangkatkan. “Tadi ada di sini; ngobrol-ngobrol denganku,” kata Pak Karso.
“Coba dicari ke kuburan, siapa tahu ada di sana,” selintas kata pak Mardiyo, selaku wakil ketua rt tanpa menunjuk orang; ”biasanya ngecek galian.”

Rasa tanggung jawab yang besar masih juga melekat di dirinya. Meskipun hanya sebagai ketua rt yang sekaligus ketua paguyuban kematian, ia berusaha untuk semuanya berjalan lancar dan beres. Terkadang ia datang sendiri ke kelurahan lapor adanya kematian di lingkungannya, bersama warga lain mengambil keranda yang disimpan di kuburan, dan ngecek sendiri ke tempat kubur yang sedang digali; mengukur panjangnya, mengukur kedalamannya sambil membawakan makanan dan minuman untuk para penggali.

Sampai saatnya pemberangkatan jenazah, belum juga ia kelihatan. Terpaksa pelepasan jenazah dilakukan oleh Pak Mardiyo.
Beberapa puluh meter menjelang kuburan, rombongan iring-iringan jenazah dihentikan oleh dua orang warga yang tadi secara spontan berangkat mencari Pak Martabat di kuburan. Dengan suara yang agak bergetar sepertinya disungkup rasa takut dalam batinnya, ia menemui Pak Mardiyo;”Pak, Pak, Pak Martabat tidur di dalam liang.”

Pak Mardiyo menghentikan iringan sesaat. “Tidur di dalam liang? Apa tidak ada yang tahu sejak tadi?”
“Kata orang-orang yang menggali kubur, setelah menerima nasi bungkus dari Pak Martabat, mereka pergi agak menjauh dari liang kubur mencari tempat yang teduh untuk makan sambil istirahat menunggu jenazah, tak begitu memperhatikan terus ke mana Pak Martabat”, hampir bersamaan kedua orang itu menjawab.

Pak Mardiyo sesaat berunding dengan beberapa warga; tak lama beberapa warga itu bergegas langkah mendahului ke kuburan; iring-iringan jenazah kembali berjalan dengan pelan.
***

Beberapa warga saling berpandangan di bibir liang kubur. Kemudian kembali saling mengarahkan pandang ke dalam liang. Melihat di dasar sana Pak Martabat dalam posisi seperti lazimnya jizim yang dikubur.

Miring sedikit tengkurap menghadap ke salah satu dinding liang, hidungnya mencium dasar, ujung-ujung jari kakinya mancal-menjejak tanah.

Hampir bersamaan beberapa warga yang di atas, di bibir liang kubur, beberapa kali memanggil-manggilnya, ”Pak, Pak, Pak Martabat, bangun Pak, bangun.” Tak ada sahutan, juga tak ada sedikit pun gerak dari tubuh Pak Martabat sebagai jawaban.
Iring-iringan jenazah semakin mendekati liang kubur. Orang-orang yang di sekitar bibir liang kubur belum ada yang bertindak; masih saling berpandangan dan sesekali saling memandang ke dalam liang, dan memandang ke arah iringan jenazah yang semakin mendekat.
*****

,2007

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae