http://cetak.kompas.com/
Habsiyah
Kau adalah bidadari yang ditiup dari bahan tersisa. Karenanya tak begitu istimewa. Dan terpaksa diletakkan di gerbang pasar daripada di taman sorga. Di gerbang pasar tugasmu meluruskan langkah para ibu. Langkah yang bingung ketika mesti memutar uang belanja yang kerap minus. Yang hanya cukup untuk menipu kenyang. Dan sedikit membeli racun serangga. Serta secarik nota yang akan ditulis: “Maafkan, jika aku akan meracun anak- anakku, juga anak-anakmu....” Lalu seperti pengusap, kau pun mengusap pikiran para ibu itu. Pikiran yang goyang. Pikiran yang akan membuat sayapmu berkelepakan menahan gigil. Seperti gigilan tembok pasar yang suram. Yang jika didengar memantul di antara beras, kecap, lombok, minyak, rempah dan para penimbang yang bimbang. Sebab setiap sapi yang ditimbangnya selalu melenguh. Dan bercerita, tentang hidupnya yang cuma dari kandang ke kandang. Lalu berujung di pisau jagal yang gatal. Tapi, karena kau bidadari yang tak begitu istimewa, maka jadinya usapanmu pun tak manjur. Lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil. Dan lebih banyak pula kau melihat para ibu yang pikirannya tetap saja goyang. Yang diam-diam cuma berseliweran. Sambil terus meliukkan matanya. Seperti, seperti ingin menyiasatimu, menjeratmu dan memaksamu untuk memasuki keranjang yang gelap. Agar menjadi si babon yang bertelur sebanyak-banyaknya. Si babon yang berdaging dan berlemak tebal. Dan si babon yang juga mesti segera diracun: “Bidadari yang tak begitu istimewa, tak perlulah menangis!”
(Gresik, 2008)
Sinai
Kau berkata api. Dan perkataanmu itu jadi api. Api yang melayang. Menukik tegak-lurus ke bawah. Menuliskan kitab. Kitab api. Api yang berkobar. Dan di perahu yang panjang, kitab apimu itu aku baca. Tapi kenapa kobaran apinya tetap saja tak hidup? Malah makin mengecil dan mengecil? Kau yang di gunung itu pun cuma melambai. Tanganmu yang putih tampak berkilat. Dan dari kilat itu, aku mendengar: “Api dalam kitabku, bukan untuk dibaca.” Lalu kau tampakkan hujan belalang, kabut kuning, dan ruh yang mati keluar lewat celah lubang. Seperti barisan yang tak tahu muasalnya. Barisan yang melangkah dengan kepala tertunduk. Yang sesekali pendar-matanya mencari arah tempatmu yang lain: “Yang-Asing, Yang-Asing, jangan tinggalkan kami!” Tapi katamu lagi: “Api dalam kitabku membakarlah!” Ya, api dalam kitabmu pun melesat. Membakar barisan itu. Dan kobaran pun menyala seribu satu tahun. Seperti kobaran matahari lain. Dari sebuah kisah. Tentang si putra sungai yang mencoba menyimak sekumpulan cerita berbingkai. Yang dimulai dengan: “Di teluk semuanya bermula. Dan di permulaan itu ada yang mesti ditinggal. Dan ada pula yang mesti dipungut. Kecuali pada api dalam kitabnya. Yang tak tersentuh olehmu!”
(Gresik, 2008)
Pingitan
Di depan pintu bilik pingitanmu aku berdiri. Membawa timba bertali. Yang ujungnya terikat di leherku. “Bolehkah aku masuk?” Tak ada jawaban. Hanya lewat lubang kunci, aku melihat kau sedang merangkak di lantai. Meniupi layar perahu kincir plastikmu: “Aku sedang berlayar, mengarungi tiga pelangi yang membentang!” Dalam anganku: “Apa benar impianmu tentang pelayaran di lantai itu membuatmu sakit?” Di sebelahmu, aku melihat bonekamu telentang. Matanya kaku. Kulitnya ungu. Ungu karena pinta. Ya, barangkali pinta itu adalah peta. Dan di kerumitan peta itu, kau pun meregangkan tubuh campuranmu. Tubuh lelaki dan perempuan. Tubuh yang berpinggul juga bersusu. Dan juga berotot serta berbatang tegar. “Aku membuahi sekaligus juga melahirkan!” tambahmu sambil memeluk dan menciumi bonekamu. Lalu, setengah hari ke depan, tali timbaku pun tiba-tiba menegang. Leherku tergagap. Kaukah yang menariknya? Yang pasti, aku merasa timbaku menyentuh kedalaman sumurmu. Dan di kedalaman sumurmu itu, perahu kincir plastikmu berlayaran dengan perkasa. Sedang, bonekamu pun cuma bisa timbul-tenggelam. Mulutnya sesekali terbuka. Seperti menanti kelebat hikayatmu. Kelebat hikayatmu yang selalu kau tafsirkan seperti ini: “Mengapa mesti jadi terpingit, jika antara sakit dan sehat, antara menyorong dan menerima, kelambunya begitu tipis….” Akh, sekali lagi, bolehkah aku masuk?
(Gresik, 2008)
Pinatih
Bukan karena kapal dagangku menabrak masa kanakmu, kau jadi yang aku peluk. Dan bukan karena kemandulan di rahimku, kau jadi yang aku susui. (Susu keriput yang ditakik gurat.) Dan bukan karena selat yang jinak, sampai dua seberangku kau satukan. Sampai kampung jadi bentangan kapur. Kapur putih. Putih semata. Putih yang membungkus perihku. Perih yang nikmat saat menamaimu belimbing yang gurih. (Belimbing yang berlekuk lima.) Belimbing yang matang di cermin-mulus-mengkilatku. Cermin yang memantulkan wajah para akrobat, pengunyah api dan ahli nujum. (Wajah yang menyerah di tepi bayanganmu.) Dan bukan juga karena kau menyebutku Pinatih: ibu setiap wanita, maka aku mengusap darahmu. Yang tak merah tak hitam. Tapi bening seperti getah yang mengalir tak putus-putus. Mengalir di kedua saluran napasku yang kerap tertahan. Ketika ada yang berkabar: jika ahli waris perumahan di lautan itu adalah kau. (Hai, yang pernah dilarung.) Dan bukan karena warisan itu, aku jadi yakin, jika di lereng sanalah, kau kelak akan mengubah batu jadi gajah di papan catur. Dan pena jadi tawon yang berdengung di jantungku. Jantung yang setipis sembilu dibelah tujuh. Jantung yang selalu ingin menangis untukmu seorangan: “Seorangan!”
(Gresik, 2008)
Sungai Kembar
Setiap aku menangis, setiap itu pula air mataku akan menjelma sungai.
Sungai yang kembar. Seperti gerak kembar. Yang beringsut kembar.
Dan mendesir dengan kembar: “Tapi, apa aku bisa membedakannya?”
Itu agak rumit. Sebab sungai kembarku benar-benar kembar. Apa keduanya
terputus atau tersambung. Banyak atau sedikit. Tak terbeda. Keduanya
menempel. Keduanya saling kelindan. Maka, aku terima saja tanpa soal.
Dan sungai kembarku yang terjelma dari air mataku itu pun punya nama.
Tapi mana yang mana namanya juga tak terbeda. Jika dipanggil, keduanya
sama menegak. Jika tidak, keduanya sama melengos. Menggemaskan.
“Lihatlah, aku usir yang satu, keduanya pun pergi. Dan ketika aku
tinggalkan yang satunya lagi, keduanya pun menangis.” Dan anehnya,
seperti aku, dalam tangis itu, air mata keduanya juga menjelma sungai.
Sungai yang kembar lainnya.
Dan sungai yang kembar lainnya ini pun akan menjelmakan sungai yang
kembar yang lain lagi. Yang lain lagi. Dan yang lain lagi. Sampai semua
yang melingkupiku, penuh dengan sungai-sungai yang kembar. Yang
kembar. Dan yang kembar.
Dan semua sungai-sungai yang kembar itu, ternyata selalu rindu padaku.
Sampai suatu hari, semuanya maju ke mimpiku dan merajuk: “Jika boleh
kami berkorban, kami akan berkorban. Agar kami tahu, kenapa kami terus
berlahiran. Berlahiran kembar untukmu?”
Akh, di dalam mimpi itu, ternyata aku juga menjelma kembar: “Kembar!”
(Gresik, 2008)
Tikungan
Mengingatmu, aku mengingat wanita pendiam di dalam pantun. Dan
menunggumu, aku menunggu bangsawan majenun. Yang datang dengan
keledainya. Dengan pentungan dan seragam rantai yang di punggungnya
telah ditambal dengan sekenanya. Tambalan keropos.
Wanita pendiam, pantun dan bangsawan majenun, sepertinya memang
dirimu. Campuran antara desah, pitutur dan kegilaan untuk melawan angin
dan arah. Serta sebaris larangan, bagi setiap yang ingin menggunakan
kata maaf dalam aus.
Tapi, apa benar kau jadi datang? Si kucing pun muncul dari tingkungan.
Mata si kucing tampak berbinar. Dan tampak seperti habis menelanmu.
Ada kepuasan dan kebengisan yang mengental. Dan ada anyir yang
dikirimkan padaku. Juga pada tempatmu.
Tempat yang telah aku sediakan. Tempat yang sejak lama
(telah menjadi arena), saat kau pancurkan getah dari kedua matamu. Seperti memancurkan sebuah kampung yang sakit. Yang bibirnya
tak pernah bisa mengatup.
Kampung yang sakit, yang bibirnya tak bisa mengatup?
Akh, apanya yang sakit. Sebab, maaf (maaf kata ini mesti digunakan),
kau dulu pun kerap menyergah: “Tak ada kampung yang sakit. Kecuali
yang dijungkit.” Dan kau pun ketawa. Ketawa nyaring.
Sampai setiap yang mendengarnya pun mengusap dadanya. Merogoh
jantungnya. Agar tak rontok. Sambil meletakkan debar yang bergeser.
Debar yang melebar. “Dan yang dijungkit, selalu punya ruang tersendiri kan?”
Tambah sergahmu. Seperti sergahan seekor gagak galak di kepala anjing
yang menyalak.
Sejurus kemudian, si kucing yang muncul tadi beranjak. Dan lewat
bayangannya, aku makin yakin, kau memang tak akan datang
(sebab telah ditelannya). Dan aku? Pun hanya dapat menunggu. Menunggu
datangnya bangsawan majenun yang lain, sepertimu.
Si kucing lenyap di tikungan yang sama!
(Gresik, 2008)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar