Sabtu, 31 Januari 2009

Sajak-Sajak Mardi Luhung

http://cetak.kompas.com/
Habsiyah

Kau adalah bidadari yang ditiup dari bahan tersisa. Karenanya tak begitu istimewa. Dan terpaksa diletakkan di gerbang pasar daripada di taman sorga. Di gerbang pasar tugasmu meluruskan langkah para ibu. Langkah yang bingung ketika mesti memutar uang belanja yang kerap minus. Yang hanya cukup untuk menipu kenyang. Dan sedikit membeli racun serangga. Serta secarik nota yang akan ditulis: “Maafkan, jika aku akan meracun anak- anakku, juga anak-anakmu....” Lalu seperti pengusap, kau pun mengusap pikiran para ibu itu. Pikiran yang goyang. Pikiran yang akan membuat sayapmu berkelepakan menahan gigil. Seperti gigilan tembok pasar yang suram. Yang jika didengar memantul di antara beras, kecap, lombok, minyak, rempah dan para penimbang yang bimbang. Sebab setiap sapi yang ditimbangnya selalu melenguh. Dan bercerita, tentang hidupnya yang cuma dari kandang ke kandang. Lalu berujung di pisau jagal yang gatal. Tapi, karena kau bidadari yang tak begitu istimewa, maka jadinya usapanmu pun tak manjur. Lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil. Dan lebih banyak pula kau melihat para ibu yang pikirannya tetap saja goyang. Yang diam-diam cuma berseliweran. Sambil terus meliukkan matanya. Seperti, seperti ingin menyiasatimu, menjeratmu dan memaksamu untuk memasuki keranjang yang gelap. Agar menjadi si babon yang bertelur sebanyak-banyaknya. Si babon yang berdaging dan berlemak tebal. Dan si babon yang juga mesti segera diracun: “Bidadari yang tak begitu istimewa, tak perlulah menangis!”

(Gresik, 2008)



Sinai

Kau berkata api. Dan perkataanmu itu jadi api. Api yang melayang. Menukik tegak-lurus ke bawah. Menuliskan kitab. Kitab api. Api yang berkobar. Dan di perahu yang panjang, kitab apimu itu aku baca. Tapi kenapa kobaran apinya tetap saja tak hidup? Malah makin mengecil dan mengecil? Kau yang di gunung itu pun cuma melambai. Tanganmu yang putih tampak berkilat. Dan dari kilat itu, aku mendengar: “Api dalam kitabku, bukan untuk dibaca.” Lalu kau tampakkan hujan belalang, kabut kuning, dan ruh yang mati keluar lewat celah lubang. Seperti barisan yang tak tahu muasalnya. Barisan yang melangkah dengan kepala tertunduk. Yang sesekali pendar-matanya mencari arah tempatmu yang lain: “Yang-Asing, Yang-Asing, jangan tinggalkan kami!” Tapi katamu lagi: “Api dalam kitabku membakarlah!” Ya, api dalam kitabmu pun melesat. Membakar barisan itu. Dan kobaran pun menyala seribu satu tahun. Seperti kobaran matahari lain. Dari sebuah kisah. Tentang si putra sungai yang mencoba menyimak sekumpulan cerita berbingkai. Yang dimulai dengan: “Di teluk semuanya bermula. Dan di permulaan itu ada yang mesti ditinggal. Dan ada pula yang mesti dipungut. Kecuali pada api dalam kitabnya. Yang tak tersentuh olehmu!”

(Gresik, 2008)



Pingitan

Di depan pintu bilik pingitanmu aku berdiri. Membawa timba bertali. Yang ujungnya terikat di leherku. “Bolehkah aku masuk?” Tak ada jawaban. Hanya lewat lubang kunci, aku melihat kau sedang merangkak di lantai. Meniupi layar perahu kincir plastikmu: “Aku sedang berlayar, mengarungi tiga pelangi yang membentang!” Dalam anganku: “Apa benar impianmu tentang pelayaran di lantai itu membuatmu sakit?” Di sebelahmu, aku melihat bonekamu telentang. Matanya kaku. Kulitnya ungu. Ungu karena pinta. Ya, barangkali pinta itu adalah peta. Dan di kerumitan peta itu, kau pun meregangkan tubuh campuranmu. Tubuh lelaki dan perempuan. Tubuh yang berpinggul juga bersusu. Dan juga berotot serta berbatang tegar. “Aku membuahi sekaligus juga melahirkan!” tambahmu sambil memeluk dan menciumi bonekamu. Lalu, setengah hari ke depan, tali timbaku pun tiba-tiba menegang. Leherku tergagap. Kaukah yang menariknya? Yang pasti, aku merasa timbaku menyentuh kedalaman sumurmu. Dan di kedalaman sumurmu itu, perahu kincir plastikmu berlayaran dengan perkasa. Sedang, bonekamu pun cuma bisa timbul-tenggelam. Mulutnya sesekali terbuka. Seperti menanti kelebat hikayatmu. Kelebat hikayatmu yang selalu kau tafsirkan seperti ini: “Mengapa mesti jadi terpingit, jika antara sakit dan sehat, antara menyorong dan menerima, kelambunya begitu tipis….” Akh, sekali lagi, bolehkah aku masuk?

(Gresik, 2008)



Pinatih

Bukan karena kapal dagangku menabrak masa kanakmu, kau jadi yang aku peluk. Dan bukan karena kemandulan di rahimku, kau jadi yang aku susui. (Susu keriput yang ditakik gurat.) Dan bukan karena selat yang jinak, sampai dua seberangku kau satukan. Sampai kampung jadi bentangan kapur. Kapur putih. Putih semata. Putih yang membungkus perihku. Perih yang nikmat saat menamaimu belimbing yang gurih. (Belimbing yang berlekuk lima.) Belimbing yang matang di cermin-mulus-mengkilatku. Cermin yang memantulkan wajah para akrobat, pengunyah api dan ahli nujum. (Wajah yang menyerah di tepi bayanganmu.) Dan bukan juga karena kau menyebutku Pinatih: ibu setiap wanita, maka aku mengusap darahmu. Yang tak merah tak hitam. Tapi bening seperti getah yang mengalir tak putus-putus. Mengalir di kedua saluran napasku yang kerap tertahan. Ketika ada yang berkabar: jika ahli waris perumahan di lautan itu adalah kau. (Hai, yang pernah dilarung.) Dan bukan karena warisan itu, aku jadi yakin, jika di lereng sanalah, kau kelak akan mengubah batu jadi gajah di papan catur. Dan pena jadi tawon yang berdengung di jantungku. Jantung yang setipis sembilu dibelah tujuh. Jantung yang selalu ingin menangis untukmu seorangan: “Seorangan!”

(Gresik, 2008)



Sungai Kembar

Setiap aku menangis, setiap itu pula air mataku akan menjelma sungai.
Sungai yang kembar. Seperti gerak kembar. Yang beringsut kembar.
Dan mendesir dengan kembar: “Tapi, apa aku bisa membedakannya?”
Itu agak rumit. Sebab sungai kembarku benar-benar kembar. Apa keduanya
terputus atau tersambung. Banyak atau sedikit. Tak terbeda. Keduanya
menempel. Keduanya saling kelindan. Maka, aku terima saja tanpa soal.
Dan sungai kembarku yang terjelma dari air mataku itu pun punya nama.
Tapi mana yang mana namanya juga tak terbeda. Jika dipanggil, keduanya
sama menegak. Jika tidak, keduanya sama melengos. Menggemaskan.
“Lihatlah, aku usir yang satu, keduanya pun pergi. Dan ketika aku
tinggalkan yang satunya lagi, keduanya pun menangis.” Dan anehnya,
seperti aku, dalam tangis itu, air mata keduanya juga menjelma sungai.
Sungai yang kembar lainnya.
Dan sungai yang kembar lainnya ini pun akan menjelmakan sungai yang
kembar yang lain lagi. Yang lain lagi. Dan yang lain lagi. Sampai semua
yang melingkupiku, penuh dengan sungai-sungai yang kembar. Yang
kembar. Dan yang kembar.
Dan semua sungai-sungai yang kembar itu, ternyata selalu rindu padaku.
Sampai suatu hari, semuanya maju ke mimpiku dan merajuk: “Jika boleh
kami berkorban, kami akan berkorban. Agar kami tahu, kenapa kami terus
berlahiran. Berlahiran kembar untukmu?”
Akh, di dalam mimpi itu, ternyata aku juga menjelma kembar: “Kembar!”

(Gresik, 2008)



Tikungan

Mengingatmu, aku mengingat wanita pendiam di dalam pantun. Dan
menunggumu, aku menunggu bangsawan majenun. Yang datang dengan
keledainya. Dengan pentungan dan seragam rantai yang di punggungnya
telah ditambal dengan sekenanya. Tambalan keropos.
Wanita pendiam, pantun dan bangsawan majenun, sepertinya memang
dirimu. Campuran antara desah, pitutur dan kegilaan untuk melawan angin
dan arah. Serta sebaris larangan, bagi setiap yang ingin menggunakan
kata maaf dalam aus.
Tapi, apa benar kau jadi datang? Si kucing pun muncul dari tingkungan.
Mata si kucing tampak berbinar. Dan tampak seperti habis menelanmu.
Ada kepuasan dan kebengisan yang mengental. Dan ada anyir yang
dikirimkan padaku. Juga pada tempatmu.
Tempat yang telah aku sediakan. Tempat yang sejak lama
(telah menjadi arena), saat kau pancurkan getah dari kedua matamu. Seperti memancurkan sebuah kampung yang sakit. Yang bibirnya
tak pernah bisa mengatup.
Kampung yang sakit, yang bibirnya tak bisa mengatup?
Akh, apanya yang sakit. Sebab, maaf (maaf kata ini mesti digunakan),
kau dulu pun kerap menyergah: “Tak ada kampung yang sakit. Kecuali
yang dijungkit.” Dan kau pun ketawa. Ketawa nyaring.
Sampai setiap yang mendengarnya pun mengusap dadanya. Merogoh
jantungnya. Agar tak rontok. Sambil meletakkan debar yang bergeser.
Debar yang melebar. “Dan yang dijungkit, selalu punya ruang tersendiri kan?”
Tambah sergahmu. Seperti sergahan seekor gagak galak di kepala anjing
yang menyalak.
Sejurus kemudian, si kucing yang muncul tadi beranjak. Dan lewat
bayangannya, aku makin yakin, kau memang tak akan datang
(sebab telah ditelannya). Dan aku? Pun hanya dapat menunggu. Menunggu
datangnya bangsawan majenun yang lain, sepertimu.
Si kucing lenyap di tikungan yang sama!

(Gresik, 2008)

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae