Sabtu, 31 Januari 2009

BALADA DI BUKIT PASIR PRAHARA

Nurel Javissyarqi*
http://pustakapujangga.com/?p=108

(I) Yang menapaki bencah pasir pesisir,
mendaki bukit-bukit rindu,
dan angin selalu menyapu kakiku;
seperti seorang putri mengusap keningku,
kala keringat mulai bercukulan
lantas cepat menguap bersamanya.

(II) Ia bagaikan pengembara
berteduh di bawah trembesi tua,
cahaya surya beranjak sore,
melagukan kidung jingga kemesraan;
dan di manakah asal,
tempat tinggal dunia semestinya?

(III) Aku hawa kering, menuliskan lirik laut selatan,
menggerakkan kertas surat-surat ini
yang miliki ruh sebentuk makhluk,
lalu mereka terbuai angin pantai.

(IV) Kala mega kelam merunduk panjang,
ditarik serombongan taupan,
derap kereta kencana menghampiri singgahsana;
petilasan aku melamun sebuah dunia!

(V) Pagi pun sayup, ada yang berbisik di belakang,
sekerumun gadis membicarakan aku, kala di bukit pasirmu.

(VI) Ribuan pasang mata mengintai nasib dan nyawaku,
kegelisahanku bercampur senang,
karena alunan seruling langit setia memberi kabar,
laksana berita yang tak akan usai.

(VII) Di segugus bukit pasir, kudengar gemuruh ombak
terus menggelepar, menggelegar di balik hatimu;
suara genta semakin lama bertambah kencang,
denting klenengan meninggi, membukit gemitar;
aku diburu bayangan kematian.

(VIII) Pengembara tua bergegas melangkah,
menyisir rumput selamatkan satwa;
aku melintasi bayang mentari,
disapu lembut angin lembah senantiasa.

(IX) Kepala di bawa hati, nikmati hidupku,
terkoyak momok rindu waktumu;
walau pandanganmu jauh menerawang,
tetapi sayapku yang tunggal, tak pernah engkau perhatikan.

(X) Daun-daun akasia dihempas angin sekutu,
muntahan gelombang kikis ketegaran,
dan tak terasa; pasir yang biasa engkau tiup
semakin mengubur renunganku.

(XI) Begini saja, ucapkan salam buat kukenang; lalu
lihatlah burung-burung kecil melintas sekali terhempas di udara,
suaranya yang riuh lenyap, bersama mantra puja pernah lewat.

(XII) Di depanku, seekor kuda jantan mangais nasibnya,
kesepian, karena kaki-kakinya tak serupa tenaga muda;
akankah ia sanggup menjilat langit
sekobaran tungku kawah candradimuka.

(XIII) Pelanlah kasih, jangan dikejar ketakutanmu ngilu sepi,
sebab di ketiak sayap-sayap itu terselip sepasang pisau berkilatan,
menarik nyawa yang terlena.

(XIV) Boleh engkau melakukannya,
sebab dalam dadamu nasib cepat berubah,
namun berbuatlah bijak, serupa kasih angin geladak,
yang selalu mengipasi perjalananmu.

(XV) Rambutmu yang panjang, biarkanlah tergerai, usah
kau perhatikan bolamata-bolamata menguntit keberadaanmu,
sebab engkau telah aku selimuti dengan keganjilan agung
yang tak pernah aku lakukan pada mereka.

(XVI) Yang engkau jalankan sesuci kehendak mulia;
para cendekia di dalam sangkar,
atau burung timur bebas berkelana.
Dalam dirimu, ada kebimbangan penuh
yang sanggup menyatukan timur-barat,
dan selamanya engkau begitu.

(XVII) Seirama bayu,
awan kesedihan ini mengikuti masa-masa harus mereka lewati,
sedang engkau, pralambang yang mengasyikkan.

(XVIII) Dari jauh, angin menderu kencang; berpuluh-puluh
gelombang siap menerjang kemah-kemah berteratak tegar,
juga ia bakal genggam bulir-bulir pasir kemanusiaan.

(XIX) Di sini kau jauhi dunia keramaian,
sedang mereka hanya merekam prahara,
sementara badai tengah engkau bangun
sejumlah angin mengajarkan kepadamu;
dari tepian jauh dikau rasakan itu,
lalu terkenang oleh cinta akan kejujuran.

(XX) Lolongan anjing menyita kehusyukanku,
aku tahu energi suaranya dibantu angin kelestarianmu;
gending-gending sebentar sayu lalu menggenta,
aku pun pula tenaga prahara engkau setubuhi,
dan tak terasa angin pantai menjadi Maha Guru
di waktu hatimu sedingin salju.

(XXI) Sesekali sisirlah rambutmu walau sejenak,
searah angin mengajakmu pergi jauh,
meski nantinya kembali kusut;
yang engkau jalankan,
serupa ikan-ikan hidup di dasar samudra,
perlu bernafas, sesuci manusia menghirup denyutan semesta.

(XXII) Halus butiran pasir itu
semakin tinggi, lembut selendang diterbangkan,
mendorong menyapa lewat surat-surat tertakdirkan
bagi persembahan nyawamu-nyawaku,
dan nafasmu itu nafasku di alam panggung.

(XXIII) Di ubun-ubun kepalaku,
awan menjelma jala-jala angkasa
semakin cepat menyebar,
keinginannya aku sebagai tangkapannya,
demi persembahan di altar candi para dewa;
namun ada kekuatan lain yang mencegah,
sehingga daku luput dari jeruji,
karena Sang Waktu belum berkenan.

(XXIV) Yang mencipta waktu
menjadi bebunga penghuni pantai;
ia sosok penjaga taman,
duduk sendirian menikmati harum kembang,
dari musim satu ke musim lainnya;
lantas kulit ruh terpesona dan mempesona.

(XXV) Kembali memandangmu,
tarian janur-janur serasi waktu membiru,
mengikuti ritme riak gelombang yang terdengar
dari balik pebukitan dunia;
dirinya yang lembut bertirai,
sedang engkau, sudah melewati tirai ke berapa?

(XXVI) Tatkala mutut membisu, kubaca bola matanya,
tangannya yang santun begitu lembut, ada penantian tak jenuh
menunggu sang ayu menghampirimu;
daun hijau bercahaya, embun murni mengkristal.

(XXVII) Saudaraku,
geserlah tempat dudukmu walau sebentar,
sebenarnya di belakang punggung bukit,
pohon-pohon subur sulur-menjulur,
berdiri tegas atas hembusan angin nuranimu;
tapi tahukah engkau? Dan terfikirkah mereka?
Ia melakukan itu, menanti kehadiranmu,
dekapanmu yang bersahabat,
sebelum perpisahan takdir melepas.

(XXVIII) Seharusnya jangan hentikan sampai di situ,
sebab ruh dalam dadamu siap membantu;
seakan waktu selalu baru menuju kepemudaan cahaya.

(XXIX) Jika engkau mengambili benang-benang tercurah
dari kasih sayang hujan kepadamu, itu masih ada.

(XXX) Yang biasa di dunia terpencil, kenapa masih ada gelisah?
Lalu ingin mengakhiri nikmatnya vibrasi mahabbah?
Padahal sudah banyak tenaga kau petik dari gairahnya;
bukankah hanya tak enak atas sahabat karibmu
yang menunggu dengan murung sepertimu juga.

(XXXI) Yang ia kerjakan mengasah pucuk karang
menjadikan bebijian pasir bermakna;
tidak hanya bagimu, untuk mereka pula,
walau waktu itu mereka melupakan dirimu,
padahal terngiang setuju
atas angin-gelombang pernah ia singgahi,
sebagai tempat menimba sumur keabadian itu.

(XXXII) Santai saja,
cukup engkau kenang, lalu mereka merasakan pula;
biarkan ia berjalan dengan pilihannya,
dan engkau melangkah pada keyakinanmu.
Terus atau sudah cukup,
sampai kembali sebagai manusia asing di hadapan mereka.

(XXXIII) Yang telah menggerakkan
grafitasi nasib dunia walau sekejap,
partikel auraku berpijar terang,
dan parfum atmosfirnya tetap melekap pada mereka;
ini mawar hitam, racun cair racikan jaman, kata mereka.

(XXXIV) Ia tanggalkan pebekalan
kala tinta hitamnya berlayar tanpa rencana;
kau telah melakukan juga,
merasakan bagaimana bumi ini digedor dari dalam,
dan tubuhmu berlapis kekuatan.

(XXXV) Meninggikan unsur sukma sejati
pada dataran mulia,
teratai semakin tinggi tangkainya;
kelebihanmu dari mereka,
yang hanya menanti antrian waktu.

(XXXVI) Tidak cukup merentang,
sudah lama menghabiskan atom nyawa
demi pengembaraan tanpa telatah,
bagaikan tertikam belati malam menggigil putus asa.
Engkau memeluk bintang-gemintang setelah saling pandang,
demi mengembalikan dinaya;
yang dicuri akan kembali, yang memberi segera menerima,
bagi persembahkan senyum, mendapat kecupan mesra.

(XXXVII) Kini danau matanya keruh,
pasir berhamburan, bergolak di arus deras,
melemparkan jasad melobangi angkasa;
hanya mata dekatlah, mengerti rindu dari pedihnya ujung pena.

(XXXVIII) Pentas mulai digelar,
para pelukis sedikit menorehkan keberanian warna,
dan para penyair baru menggores beberapa aksara,
seakan merangkum dunia dengan kesombongan;
mereka rasa telah unggul dari Sang Pencipta.
Separuh dari mereka berucap;
“bila Tuhan masih ada, Ia punya rencana!”

(XXXIX) Sementara itu,
aku tetap duduk di rerumputan hijau perawan,
sambil memahat waktu di atas batu,
menujum takdirku untuk mereka.

(XL) Sesekali untaian rambut mengenai mukaku,
aku biarkan, dan terkadang kuseka lembut
dengan jemari tangan yang ada cincin setia darinya.

(XLI) Lalu ia berjalan, sambil mengunyah makna batu nisan;
berkali-kali senja menyeret matahari,
jam-jam kembali terhenti di embun daun kalbumu.
Serupa malam-malam sebelumnya,
kesepian tanpa seorang teman,
juga tiada lagi, kata mereka;
“raut yang patut dibayangkan!”
-----------

21 September 2000, Parang Tritis Yogyakarta.
*) Pengelana asal Lamongan, JaTim.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae