Rabu, 06 Agustus 2008

ZAITUN: CAHAYA DI ATAS CAHAYA

Nurel Javissyarqi*
http://pustakapujangga.com/?p=84


Sebuah Naskah Pendek

Prolog (QS.24:35):
“Ia pemberi cahaya lelangit dan bumi.
Perumpamaan Cahaya-Nya ibarat kurungan pelita
(miskat), yang di dalamnya terdapat pelita. Pelita itu
berada di dalam kaca; kaca tersebut bagaikan bintang
cemerlang serupa mutiara, yang dinyalakan dari pohon
yang banyak berkahnya; yaitu pohon zaitun,
yang berasal bukan dari barat, dan bukan dari timur.
Yang minyaknya saja, hampir-hampir menerangi, meski
tak dinyalakan dengan api. Cahaya di atas segala cahaya!”



I. Pembuka
(Seorang pengembara muda berjalan di atas panggung,
ia berkata):

Segarlah kepemudaanku yang baru mekar,
embun arang di wajah mawar hitam bergulingan
ketika angin sekutu serentak menikam para papa,
dengan mata gemerlap menyetubuhi ruang hampa.

Akukah gembel yang malang itu?
Mengembala domba-domba tak berkepala,
dan para cacing busuk dalam perut ibundanya.

Saatnya memang,
menggelandang dari gang-gang kota,
makan dari sampah harapan para angkara;
makin dalam pekat kelopak-kelopak hatimu
di tepian pantai jalanan itu.

Tanganku tergores duri-duri kaktus,
liar-meliar di pebukitan karang;
pedihnya ke segenap penjuru,
menangis ke sudut cakrawala,
dan bola-bola mata menjadi nanar,
tak ubahnya fajar tersentak
oleh harkat yang nisbi,
diam!

(cahaya menfokus di layar menyerupai bulan,
ia melanjutkan kata-kata):

Tubuh-tubuh pepohonan mati meranggas,
jarum-jarum rumput mematahkan kalbu bulan,
di setiap wujud menandaskan kematian,
di setiap degup menandaskan kelahiran;
aku menjelma, bagianmu yang hantu.

(Pemuda itu menemukan uang logam,
lalu mengamati, dan diteruskan ucapannya):

Sepasang wajah tidak mungkin bertemu,
walau sejatinya menyatu;
adakah tangis di lempengan ini,
kecintaanmu yang malu?
Benarkah ini wajah Tuhan?
Atau raut kekasihku yang lenyap oleh peredaran?

Yang dari kutub utara dan selatan,
yang dari pegunungan timur maupun barat,
kemarilah, ke lembah ngarai peradaban;
pasar kebudayaan menantimu,
walau membeli pertukaran kasih.
Alamlah,
yang semayamkan kehendak utuh
kepada relung terdalam.

(jantungnya keras berdegup kencang,
ia memegangi dadanya lalu lemas, lantas
ia kembali bangkit dari kehitaman panggung.
Dan sorot lampu remang perlahan menerangi
wajah pucatnya, ia melanjutkan berkata-kata):

Akulah anakmu, wahai kehidupan abadi,
di sini tempatnya, balung-belulang ditempa api,
di jalanan malam menyala,
hingga dendam memupus,
serupa buah randu sedang menua,
mengeluarkan kapuk-kapuk beterbangan;
menghampiri langit, menuju kerajaan-Nya.

Gelombang samudra pada ketinggiannya,
awan pukul-menghempas
di awang-uwung dunia panggung,
sejauh hasrat jaman biru memutih
di samping diri manusia yang pergi.

(seorang wanita menghampirinya seperti tersesat,
dan didekatinya lelaki malang itu sambil berucap):

Aku dengar, bisikan sang waktu, katanya segera datang,
ribuan cahaya terang kunang-kunang menari di udara;
inikah jawaban, atau masih petanda?

Di setiap tingkatan itu rona,
ketika pipi terkelupas asmara;
sayap bebuku mengatup di belahan jemari,
menjelma mutu manikam di saku renungan.

Biasanya, kulewati derita dahan; kata angin itu,
menelusup pada kejauhan matamu,
menjangkau rindu dengan kecurigaan.

Inikah perhatianmu yang malang?
Memandang bukit berpelukan kenang?

(lelaki itu menimpali kata-kata):

Pebukitan yang mengelilingi kediamanmu,
itu cawan ganjil bagimu;
setetes embun segelas samudra,
menimang hati nan jauh dirimu,

air putih serta senyum paling perawan kau suguhkan,
sosok itu melayang-layang di awan, entah ke mana
sekarang, hanya angin kukenal, melekat di badan.

(sang gadis itu menandaskan kata):

Kedewasaanmu tidak mungkin melupakan itu,
tarikan nafasmu-nafasku tetap sama,
bersatu dalam sukma merajah.

(lelaki itu menjawab):

Ya benar, kita dari ketinggain timur dan barat,
serupa minyak zaitun cemerlang tanpa nyala api,
sebab si setan belang tak sanggup menjangkau kemari.
Inilah daerah kekuasaan iman;
keyakinanku manunggal,
bimbangku mandek menstupa.

Kuceritakan segala kerahasiaan jiwa,
agar engkau mawas di depan cermin,
Eva Braun, Balkis serta Roro Jonggrang,
akulah Hitler bengis itu, Sulaiman yang setia,
atau Bandung Bandawasa yang meludahi tanah.

Kuusung kerajaan jiwamu, hingga kau tak memilikinya,
dan mereka, membawa nafasmu hadir kemari.

(wanita itu menangis tersedu,
sambil berkata dengan khidmad):

Menuruni lembah-lembah kecilku, tanganmu merentang,
keringat menguap, jantung memberi melodi,
dan darah tandas tak tersisa.

Wahai sahabat jamanku, hisaplah jiwa kekasihmu ini;
aku kini menjelma ibunda keabadian,
di atas anak-anakkan rambutmu sampai kepadaku,

sepi kuwarisi, mengikuti daun-daun terjatuh
di pekuburan sesal kamboja,
siapa mencubit, tak lagi temukan getahnya.

(lalu lelaki itu menyaut):

Yang dari satu kutub, tidak mau meleburkan diri,
dirinya selalu tak sempurna, walau ribuan kitab ia pelajari;
di dekatku tetap seperti orang buta atau tersesat, dan aku
tidak akan membukakan pepintu,
tetapi, terimalah ini perempuanku,
selogam mata uang perak bukan penolakan,
yang kutemukan di tengah jalan kembara.

(Lelaki itu memberikan sekeping uang tersebut,
sambil menekan kata-kata):

Genggamlah kuat-kuat,
bahwa timur dan barat tak kan bertemu,
kutub utara serta selatan, selamanya begitu.
Tetapi ini, dalam satu mata uang yang sama,
aku sebut sebagai perjodohan duniawi.

(wanita dan lelaki itu tiba-tiba kesakitan,
terjatuh lalu mati,
hanya kedua tangannya saling bertemu,
oleh selogam mata uang takdir).



II. Bercampur
(dalam satu keranda ada dua mayat,
sang pengembara, dan wanita tersesat.
Keempat pemikul keranda, serentak berucap):

Bukti setia adalah ajal,
bukti pertemuan, yang tak terpisahkan.
Kita panggul jasad mati,
demi sebuah damai yang hilang;
keduanya saling mengisi kekosongan,
yang menyulam arti, memberi makna dikemudian.

Mereka telah tahu, realitas dan misteri bersulaman,
tak ubahnya angan dan fikiran. Mereka juga mengerti,
hidup senantiasa dalam waktu-waktu percobaan,
demi mengekalkan kesejatian tujuan serta harapan.

Dan mereka pun faham, dunia bukan segala-galanya,
hanya yang sungguh-sungguh menuju batas akhir,
menemukan kilauan cahaya-Cahaya.

Kita pendam nantinya dalam lubang penantian,
penangguhan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan.

Ternyata yang paling berharga di dunia adalah ruh;
nafas-nafas yang sanggup menafaskan kepada sesama.

(Keempat pemikul keranda, simbul orang timur
dan orang barat, yang tak mungkin bersatu,
kecuali dalam pesta kematian)



III. Peleburan
(kedua pengantin kematian itu duduk-duduk
di kursi goyang “surga.” Sang perempuannya
membawa kipas, lelakinya memegang saputangan,
dan empat bidadari datang kepada kedua mempelai)

(bidadari pertama menyuguhkan;
sekuntum kembang, segelas anggur merah,
seunting padi, dan sebutir telur)

(bidadari kedua menyuguhkan;
seranting pohon waru beserta daun-daunnya,
selembar bulu elang, dan segenggam debu)

(bidadari ketiga menyuguhkan;
lembar-lembar kertas, sebotol tinta,
secangkir embun, secawan salju)

(dan bidadari ke empat menyuguhkan;
segelintir kerikil, sebilah pisau, seekor burung
tersembelih, yang masih segar darahnya,
beserta sebuah apel ranum).

(bidadari pertama berkata):
Sekuntum kembang itu kalbumu,
segelas anggur merah perbincanganmu,
seunting padi, sebutir telur
adalah wujud ketulusanmu.

(bidadari kedua berkata):
Seranting pohon waru beserta daun-daunnya
adalah sayap-sayap kasih sayangmu,
selembar bulu elang sebagai penamu,
dan segenggam debu, asal muasalmu.

(bidadari ketiga berkata):
Lelembaran kertas itu usiamu,
sebotol tinta sebagai perjuanganmu,
secangkir embun, tangisan-tangisanmu,
dan secawan salju itu wujud keiklasanmu.

(dan bidadari keempat berkata):
Segelintir kerikil ibarat rembulan atau matahari,
sebilah pisau itu simbul fikiranmu, dan tidakkah
seekor burung tersembelih itu kepasrahan nuranimu,
sedangkan sebuah apel ranum sebagai penyempurna.

(lelaki itu berdiri dari kursi goyang, lalu berucap):

Segalanya dari kekosongan, ketiadaan yang suci,
menuju kepada kehendak-kehendak;
menuangkan anggur di dalam gelas piala,
busanya ke segenap jemari tangan mereka.

Dengan saputangan ini, kuusap,
betapa basah mereka kekasih
(ia memanggil kekasihnya):

Kipasilah lehernya yang hampir putus,
dikarena melihat ketinggian capaian kita.

(lelaki dan perempuan itu serentak berucap):

Kita di atas tanjung karang paling mulia,
di bawahnya gemuruh ombak dan tepuk tangan;
kita dinaungi, oleh Cahaya Keilahian yang pertama.

Nagan Lor 21.Yogyakarta.
*)Pengelana dari desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, JaTim.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae