Nurel Javissyarqi*
http://pustakapujangga.com/?p=84
Sebuah Naskah Pendek
Prolog (QS.24:35):
“Ia pemberi cahaya lelangit dan bumi.
Perumpamaan Cahaya-Nya ibarat kurungan pelita
(miskat), yang di dalamnya terdapat pelita. Pelita itu
berada di dalam kaca; kaca tersebut bagaikan bintang
cemerlang serupa mutiara, yang dinyalakan dari pohon
yang banyak berkahnya; yaitu pohon zaitun,
yang berasal bukan dari barat, dan bukan dari timur.
Yang minyaknya saja, hampir-hampir menerangi, meski
tak dinyalakan dengan api. Cahaya di atas segala cahaya!”
I. Pembuka
(Seorang pengembara muda berjalan di atas panggung,
ia berkata):
Segarlah kepemudaanku yang baru mekar,
embun arang di wajah mawar hitam bergulingan
ketika angin sekutu serentak menikam para papa,
dengan mata gemerlap menyetubuhi ruang hampa.
Akukah gembel yang malang itu?
Mengembala domba-domba tak berkepala,
dan para cacing busuk dalam perut ibundanya.
Saatnya memang,
menggelandang dari gang-gang kota,
makan dari sampah harapan para angkara;
makin dalam pekat kelopak-kelopak hatimu
di tepian pantai jalanan itu.
Tanganku tergores duri-duri kaktus,
liar-meliar di pebukitan karang;
pedihnya ke segenap penjuru,
menangis ke sudut cakrawala,
dan bola-bola mata menjadi nanar,
tak ubahnya fajar tersentak
oleh harkat yang nisbi,
diam!
(cahaya menfokus di layar menyerupai bulan,
ia melanjutkan kata-kata):
Tubuh-tubuh pepohonan mati meranggas,
jarum-jarum rumput mematahkan kalbu bulan,
di setiap wujud menandaskan kematian,
di setiap degup menandaskan kelahiran;
aku menjelma, bagianmu yang hantu.
(Pemuda itu menemukan uang logam,
lalu mengamati, dan diteruskan ucapannya):
Sepasang wajah tidak mungkin bertemu,
walau sejatinya menyatu;
adakah tangis di lempengan ini,
kecintaanmu yang malu?
Benarkah ini wajah Tuhan?
Atau raut kekasihku yang lenyap oleh peredaran?
Yang dari kutub utara dan selatan,
yang dari pegunungan timur maupun barat,
kemarilah, ke lembah ngarai peradaban;
pasar kebudayaan menantimu,
walau membeli pertukaran kasih.
Alamlah,
yang semayamkan kehendak utuh
kepada relung terdalam.
(jantungnya keras berdegup kencang,
ia memegangi dadanya lalu lemas, lantas
ia kembali bangkit dari kehitaman panggung.
Dan sorot lampu remang perlahan menerangi
wajah pucatnya, ia melanjutkan berkata-kata):
Akulah anakmu, wahai kehidupan abadi,
di sini tempatnya, balung-belulang ditempa api,
di jalanan malam menyala,
hingga dendam memupus,
serupa buah randu sedang menua,
mengeluarkan kapuk-kapuk beterbangan;
menghampiri langit, menuju kerajaan-Nya.
Gelombang samudra pada ketinggiannya,
awan pukul-menghempas
di awang-uwung dunia panggung,
sejauh hasrat jaman biru memutih
di samping diri manusia yang pergi.
(seorang wanita menghampirinya seperti tersesat,
dan didekatinya lelaki malang itu sambil berucap):
Aku dengar, bisikan sang waktu, katanya segera datang,
ribuan cahaya terang kunang-kunang menari di udara;
inikah jawaban, atau masih petanda?
Di setiap tingkatan itu rona,
ketika pipi terkelupas asmara;
sayap bebuku mengatup di belahan jemari,
menjelma mutu manikam di saku renungan.
Biasanya, kulewati derita dahan; kata angin itu,
menelusup pada kejauhan matamu,
menjangkau rindu dengan kecurigaan.
Inikah perhatianmu yang malang?
Memandang bukit berpelukan kenang?
(lelaki itu menimpali kata-kata):
Pebukitan yang mengelilingi kediamanmu,
itu cawan ganjil bagimu;
setetes embun segelas samudra,
menimang hati nan jauh dirimu,
air putih serta senyum paling perawan kau suguhkan,
sosok itu melayang-layang di awan, entah ke mana
sekarang, hanya angin kukenal, melekat di badan.
(sang gadis itu menandaskan kata):
Kedewasaanmu tidak mungkin melupakan itu,
tarikan nafasmu-nafasku tetap sama,
bersatu dalam sukma merajah.
(lelaki itu menjawab):
Ya benar, kita dari ketinggain timur dan barat,
serupa minyak zaitun cemerlang tanpa nyala api,
sebab si setan belang tak sanggup menjangkau kemari.
Inilah daerah kekuasaan iman;
keyakinanku manunggal,
bimbangku mandek menstupa.
Kuceritakan segala kerahasiaan jiwa,
agar engkau mawas di depan cermin,
Eva Braun, Balkis serta Roro Jonggrang,
akulah Hitler bengis itu, Sulaiman yang setia,
atau Bandung Bandawasa yang meludahi tanah.
Kuusung kerajaan jiwamu, hingga kau tak memilikinya,
dan mereka, membawa nafasmu hadir kemari.
(wanita itu menangis tersedu,
sambil berkata dengan khidmad):
Menuruni lembah-lembah kecilku, tanganmu merentang,
keringat menguap, jantung memberi melodi,
dan darah tandas tak tersisa.
Wahai sahabat jamanku, hisaplah jiwa kekasihmu ini;
aku kini menjelma ibunda keabadian,
di atas anak-anakkan rambutmu sampai kepadaku,
sepi kuwarisi, mengikuti daun-daun terjatuh
di pekuburan sesal kamboja,
siapa mencubit, tak lagi temukan getahnya.
(lalu lelaki itu menyaut):
Yang dari satu kutub, tidak mau meleburkan diri,
dirinya selalu tak sempurna, walau ribuan kitab ia pelajari;
di dekatku tetap seperti orang buta atau tersesat, dan aku
tidak akan membukakan pepintu,
tetapi, terimalah ini perempuanku,
selogam mata uang perak bukan penolakan,
yang kutemukan di tengah jalan kembara.
(Lelaki itu memberikan sekeping uang tersebut,
sambil menekan kata-kata):
Genggamlah kuat-kuat,
bahwa timur dan barat tak kan bertemu,
kutub utara serta selatan, selamanya begitu.
Tetapi ini, dalam satu mata uang yang sama,
aku sebut sebagai perjodohan duniawi.
(wanita dan lelaki itu tiba-tiba kesakitan,
terjatuh lalu mati,
hanya kedua tangannya saling bertemu,
oleh selogam mata uang takdir).
II. Bercampur
(dalam satu keranda ada dua mayat,
sang pengembara, dan wanita tersesat.
Keempat pemikul keranda, serentak berucap):
Bukti setia adalah ajal,
bukti pertemuan, yang tak terpisahkan.
Kita panggul jasad mati,
demi sebuah damai yang hilang;
keduanya saling mengisi kekosongan,
yang menyulam arti, memberi makna dikemudian.
Mereka telah tahu, realitas dan misteri bersulaman,
tak ubahnya angan dan fikiran. Mereka juga mengerti,
hidup senantiasa dalam waktu-waktu percobaan,
demi mengekalkan kesejatian tujuan serta harapan.
Dan mereka pun faham, dunia bukan segala-galanya,
hanya yang sungguh-sungguh menuju batas akhir,
menemukan kilauan cahaya-Cahaya.
Kita pendam nantinya dalam lubang penantian,
penangguhan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan.
Ternyata yang paling berharga di dunia adalah ruh;
nafas-nafas yang sanggup menafaskan kepada sesama.
(Keempat pemikul keranda, simbul orang timur
dan orang barat, yang tak mungkin bersatu,
kecuali dalam pesta kematian)
III. Peleburan
(kedua pengantin kematian itu duduk-duduk
di kursi goyang “surga.” Sang perempuannya
membawa kipas, lelakinya memegang saputangan,
dan empat bidadari datang kepada kedua mempelai)
(bidadari pertama menyuguhkan;
sekuntum kembang, segelas anggur merah,
seunting padi, dan sebutir telur)
(bidadari kedua menyuguhkan;
seranting pohon waru beserta daun-daunnya,
selembar bulu elang, dan segenggam debu)
(bidadari ketiga menyuguhkan;
lembar-lembar kertas, sebotol tinta,
secangkir embun, secawan salju)
(dan bidadari ke empat menyuguhkan;
segelintir kerikil, sebilah pisau, seekor burung
tersembelih, yang masih segar darahnya,
beserta sebuah apel ranum).
(bidadari pertama berkata):
Sekuntum kembang itu kalbumu,
segelas anggur merah perbincanganmu,
seunting padi, sebutir telur
adalah wujud ketulusanmu.
(bidadari kedua berkata):
Seranting pohon waru beserta daun-daunnya
adalah sayap-sayap kasih sayangmu,
selembar bulu elang sebagai penamu,
dan segenggam debu, asal muasalmu.
(bidadari ketiga berkata):
Lelembaran kertas itu usiamu,
sebotol tinta sebagai perjuanganmu,
secangkir embun, tangisan-tangisanmu,
dan secawan salju itu wujud keiklasanmu.
(dan bidadari keempat berkata):
Segelintir kerikil ibarat rembulan atau matahari,
sebilah pisau itu simbul fikiranmu, dan tidakkah
seekor burung tersembelih itu kepasrahan nuranimu,
sedangkan sebuah apel ranum sebagai penyempurna.
(lelaki itu berdiri dari kursi goyang, lalu berucap):
Segalanya dari kekosongan, ketiadaan yang suci,
menuju kepada kehendak-kehendak;
menuangkan anggur di dalam gelas piala,
busanya ke segenap jemari tangan mereka.
Dengan saputangan ini, kuusap,
betapa basah mereka kekasih
(ia memanggil kekasihnya):
Kipasilah lehernya yang hampir putus,
dikarena melihat ketinggian capaian kita.
(lelaki dan perempuan itu serentak berucap):
Kita di atas tanjung karang paling mulia,
di bawahnya gemuruh ombak dan tepuk tangan;
kita dinaungi, oleh Cahaya Keilahian yang pertama.
Nagan Lor 21.Yogyakarta.
*)Pengelana dari desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, JaTim.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar