Sabtu, 26 Juli 2008

H.B. Jassin tanpa Wahyu

[ Minggu, 20 Juli 2008 ] Jawa Pos
M. Fadjroel Rachman
Penulis dan Peminat Karya Sastra

Membaca Hudan Hidayat, membaca Nabi Tanpa Wahyu (2008), adalah membaca sastra Indonesia muda yang jatuh bangun merintis jejak di dunia baru dalam aras nasional, regional, dan global. Hudan Hidayat (HH) tak lelah-lelah mencari jejak penulis baru, menciumi aroma pembeda, menelisik simpangan subtil, mencari kaitan pergaulan sastra Indonesia baru dan globalisasi dunia baru. Merumuskan benang merah sastra dan kebudayaan baru Indonesia, dalam taman sastra dan kebudayaan dunia, dengan iman yang teguh terhadap kebebasan, kehidupan, dan kemanusiaan. Sebab, kata HH, ia sama yakinnya dengan Octavio Paz (hlm. 55) yang berkata, ''Sastra modern lahir dari kritik terhadap zaman, kritik terhadap kebenaran tunggal.''

Dua jiwa dunia
Bila HH memeriksa karya penulis baru Indonesia, tanpa ragu HH langsung terjun dalam samudera pertempuran jiwa sang penulis. Pertempuran berdarah rasio dan nurani dalam menghadapi jiwa zaman yang berdialektik dunia batin para penulis. Segala bentuk luar (eksterior) karya menjadi persoalan kedua yang diperiksanya, bahkan seringkali diabaikan saja. HH mencatat pertarungan batin, membantu merumuskannya, menjadi tandem bila pertarungan kolosal dan berdarah-darah sedang berlangsung, yang kadang membuat penulis Indonesia muda terkapar dan ingin menyerah saja.

Dialektika dua jiwa dunia, jiwa zaman, dan jiwa penulis, adalah medan pertarungan spiritual yang dimasuki tanpa ragu oleh HH. Tak selamanya HH terjun bertempur dengan pedang berkilau, tameng tak tembus tombak, dan ksatria musuh yang hadir nyata di depan mata. Bahkan HH kadang seperti Don Quixote yang merumuskan medan pertarungannya sendiri lengkap dengan musuh yang harus dilawan, puteri yang harus diselamatkan, bahkan ukuran kemenangannya. Tetapi keikhlasan dan kesabaran untuk terjun dalam pertarungan dua jiwa dunia tersebut, adalah kata kunci untuk memahami kumpulan artikel kritik sastra dan kebudayaan Nabi Tanpa Wahyu (NTW) ini. Seberapa dahsyatkah pertarungan dalam medan dialektika dua jiwa dunia tersebut? Arthur Rimbaud (1857-1907), dalam A Season in Hell, berucap, ''The spiritual fight is as brutal as men battle.''

Bila kritikus sastra dan kebudayaan dunia lama, Indonesia tua, kadang hanya mengintip medan pertarungan dengan sinis, bahkan menghardik pelakunya, atau bermodal meteran pengukur estetika, moral dan teologis mengukur panjang dan lebar formasi pertempuran. Maka HH mengatakan tidak atas sikap dan karakter dekaden semacam itu. Karena kritikus sastra dan kebudayaan bukan nabi dengan wahyu pamungkas, atau paus katolisisme dengan segala keputusan Ilahiah. Kritikus sastra dan kebudayaan adalah sahabat, tandem, dan petarung dalam pertempuran berdarah antara jiwa zaman dan jiwa penulis. Seolah HH menyuarakan teriakan arogan Chairil Anwar, ''yang bukan penyair (petarung, pen.) tidak ambil bagian''. HH menyelam ke jiwa terdalam para penulis baru, karena ''suka pada mereka yang menemu malam.''

Hudan tanpa Wahyu
Apa jadinya bila Hudan Hidayat yang juga menulis novel Tuan dan Nona Kosong bersama Mariana Amiruddin, antologi cerpen Lelaki Ikan dan Keluarga Gila, dipertukarkan dengan Taufiq Ismail, lawan polemiknya tentang sastra pornografi? Maka, saya yakin, akan habislah semua lawan polemiknya, terkapar berdarah-darah, terkutuk di dunia dan di akhirat. Sebab, kekuatan argumen Hudan, pengetahuan, dan pengalamannya di kancah sastra sebagai novelis dan cerpenis, serta kelihaiannya menyusun kalimat seperti penyair atau ahli pantun Melayu yang memilih kata dan bunyi, bila ditambah absolutisme wahyu, akan menjelmakan sosok Hudan sebagai ''esais dengan palu penghancur''. Bersukurlah, HH adalah seorang pelaku polemik tanpa wahyu.

Hudan dalam kumpulan esai terbaru NTW ini tetaplah pemuja keras kepala wahana dialog dan pertarungan wacana, sepanas apa pun hantaman bertubi, maupun stigma yang disematkan di kening oleh lawan polemiknya, tak membuat HH tergelincir menjadi pembunuh berdarah dingin. Siapa pun yang dikritiknya di dalam esai NTW, seperti Iwan Simatupang, Budi Darma, Martin Aleida, Ayu Utami, Afrizal Malna, Binhad Nurrohmat, Fadjroel Rachman, Agus Noor, Djenar Maesa Ayu, sampai Albert Camus, selalu mendapatkan sapaan hangat menggetarkan seperti sinar matahari, pasir putih, pantai sepi, dan kilau laut Kota Oran (Aljazair) di novel Albert Camus, Sampar.

Paradoks Takdir Dunia
Jantung NTW sekaligus kredo kepenulisan dan kehidupannya menurut saya adalah esai pertama Sastra yang Hendak Menjauh dari Tuhannya. Esai ini sangat kuat, selain mengungkapkan kepercayaan penulis pada olah sastra dan hidupnya, juga langsung berkonfrontasi dengan olah sastra dan hidup dari Taufiq Ismail, lawan polemiknya. Sastra, kata Hudan, menjadi wahana mengolah kompleksitas kehidupan dan manusia, bukan sastra yang meringkus hidup dan manusia pada satu keyakinan, agama, atau ideologi absolut. Saya teringat Dr Soedjatmoko yang menulis Dr Zhivago: Manusia di Tengah Revolusi, dengan sangat simpatik ia meneriakkan kembali suara Dokter Zhivago karya besar Boris Pasternak itu, dengarlah, ''Manusia dilahirkan buat hidup, bukan untuk bersiap-siap menghadapi hidup. Hidup itu sendiri, fenomena hidup, anugerah hidup, bukan main seriusnya...Membentuk kembali hidup! Orang yang bisa mengatakan itu tak pernah mengerti apa pun tentang hidup -mereka itu tak pernah bisa merasakan hembusan nafas, detakan jantungnya, betapa pun seringnya hal itu mereka lihat atau lakukan. Mereka hanya melihatnya sebagai segumpal bahan mentah yang perlu diolah, dibuat berharga dengan sentuhan mereka. Tetapi hidup bukanlah suatu bahan atau substansi untuk dibentuk... Hidup senantiasa memperbarui, menciptakan kembali, mengubah, dan meningkatkan dirinya sendiri...''

Begitulah hidup yang dipercayai HH dan para sahabatnya dalam Memo Indonesia (Marianna Amirudin, Rocky Gerung, dan Fadjroel Rachman). Kata Hudan, ''Kalau diumpakan sungai, maka sungai kehidupan yang memantulkan warna-warni nasib manusia dan takdir dunia, akan mengering diisap cara kerja Taufiq Ismail yang ingin memasung kreativitas, membelenggu kebebasan berpikir, serta menciutkan imajinasi. Akibatnya, kehidupan akan kehilangan terang dan gelapnya sendiri. Kehendaknya alih-alih membawa suara-suara moral dalam sastra, tapi justru akan membawa sastra menjauh dari Tuhannya.''

Mengatasi H.B. Jassin
Sikap simpati terhadap karya sastra yang dikaji, sehingga setiap pukulan tak terasa menyakitkan, setiap pujian tak terasa merusak kemajuan dan progresivitas penulisnya, itulah karakter yang dibutuhkan untuk merawat dan memajukan sastra Indonesia baru, Indonesia muda. Sastra yang merangkak menjadi bunga pengharum taman sastra dunia, taman harum kebebasan umat manusia di bumi manusia. HH memiliki kualitas itu, terang benderang terlihat dalam NTW.

Bersyukurlah sastra Indonesia baru, para penulis Indonesia muda, beriringan jalan dengan HH, perlahan mengatasi H.B. Jassin, tetap rendah hati karena tak berniat menjelma paus sastra Indonesia muda, apalagi menjelma polisi kritikus dengan segala kitab usang estetika, moral, dan teologis. Hudan bersuara nyaring sebagai kritikus sastra dan kebudayaan bahwa kebebasanlah nyawa kehidupan. Kreativitas dan kehidupan menciut dan menghilang tanpa kebebasan. Inilah jeritan Memo Indonesia, bahtera gagasan nir-organisasi yang melaju di tengah derasnya gelombang besar otoriterisme dan totaliterisme moral, teologi, dan parokialisme kebudayaan.

Memang kadang suara HH dalam NTW terekam sebagai suara paradoks, ia melihat kebebasan manusia sebagai motor kreativitas dan kehidupan, sebuah optimisme, tetapi juga memasukkan istilah takdir dunia dan Tuhan yang terasa pesimistik. Tetapi kondisi paradoks adalah medan pergulatan manusia, sama brutalnya dengan medan pertempuran dua jiwa dunia: jiwa zaman dan jiwa penulis. Paradoks membuat hidup maupun karya jadi bersinar seperti punggung Sysiphus yang berkilap peluh ketika turun dari bukit untuk mengulang pertempuran dunia batinnya, mendorong batu jiwa ke puncak bukit, terguling ke lembah lagi untuk menghadapi pertempuran batin berikutnya. Karena itu kita bisa, dan harus, membayangkan Sysiphus berbahagia.

HH dalam NTW tampak sama yakinnya dengan Arthur Rimbaud melihat cakrawala terjauh dari pertarungan spiritual para penulis Indonesia muda. Kata Rimbaud lagi, ''and at the dawn/armed with scorching patience/we shall enter the cities of splendour.'' Kota megah, hadiah kesabaran, dan keikhlasan manusia dalam isak-tangis dan gelak-tawa, sebuah kota bagi jiwa-jiwa bebas, yang beriman pada kemanusiaan, kebebasan dan kehidupan. Tentu keikhlasan dan kesabaran yang tak terpemaknai akan membentuk HH menjadi H.B. Jassin tanpa wahyu, sekarang dan di kemudian hari. HH adalah penghiburan agar para penulis baru tak takut memasuki dunia baru yang tak dikenal sama sekali. HH dengan NTW sekarang menjadi bahtera kokoh para Christoper Columbus sastra baru Indonesia untuk berlayar di samudera sastra baru dunia. (*)

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae