Kamis, 31 Juli 2008

Bahasa yang Mencari Kata

Hudan Hidayat

Adalah roh yang membutuhkan ruang, yakni ruang tubuh dan ruang bahasa. Tanpa roh, ruang tubuh dan ruang bahasa hanyalah benda mati. Pada tubuh, benda mati itu mungkin berupa kaki atau tangan yang terpotong, atau tangan dan kaki yang lengkap, sebagai bagian dari tubuh. Pada bahasa, ia adalah bentuk grafis dari huruf.

‘Benda mati’ sebagai unit terkecil dari bahasa, seperti kaki atau tangan yang terpotong,adalah bagian dari kenyataan yang terserak. Maka sebagai benda mati,
mereka tidak bisa mengenali kenyataan, apalagi memainkan kenyataan. Mereka bisa mengolah kenyataan,apabila mereka hidup, memiliki tenaga, dan kekuatan. Seperti pusaran air yang mengisap.

Tenaga bahasa adalah kesadaran, yang seolah arus listrik dengan kabel-kabel yang menjuntai,di mana pikiran dan perasaan, gagasan dan harapan, berada di dalamnya. Kesadaran adalah pancaran roh yang tak mau lepas dari Tuhannya. Juga tak mau lepas dari semesta. Pada dunia, kesadaran itu seolah kasmaran— seakan pemuda yang tak mau lepas dari cintanya.Kesadaran sebagai tenaga bahasa, bertemu dengan misteri bahasa sebagai kemungkinan bahasa. Mereka bersama menyingkap dunia— dunia kenyataan.
Dengannya kenyataan ditimang, atau dicampakkan. Dengannya kenyataan diberi bentuk. Seolah jabang bayi dalam perut ibu.

Misteri bahasa tak akan menjadi tenaga bahasa, tanpa manusia yang menyadari. Secanggih apa pun permainan bahasa– bentuk dan cara menyusun huruf, ia akan tetap menjadi parade benda mati, tanpa kesadaran.
Kesadaranlah yang mengenali dan mengolah kenyataan. Ia seperti matahari yang menyiram bumi. Bumi yang terkena matahari itu, hidup dan berkembang, merangkai dirinya, menjelmakan makna dirinya. Dengan jalan begitulah manusia membangun dunia, dunia yang direngkuhnya dari kenyataan, yang mencengangkannya sebagai mahluk di bumi.Kenyataan semesta adalah rangkaian benda-benda yang terserak di alam. Seperti pecahan batu
yang jatuh dari tubuhnya. Atau sepotong ranting yang terenggut dari batangnya. Fragmentasi dua benda alam ini,hanyalah seonggok benda mati– keindahan dan fungsinya ada dalam kelengkapan tubuh batu dan tubuh batangnya. Atau seperti tangan dan kaki manusia yang terputus dari tubuhnya. Mereka tidak berjiwa, tidak hidup,karena jiwa dan kehidupannya ada di dalam tubuh induknya. Mereka cuma fragmen di alam, seperti kuku burung yang jatuh dan mengering. Keindahan kuku burung ini ada dalam keutuhan burung itu sendiri. Kuku itu akan menjadi hidup saat ia ada dalam tubuh burung.

Begitulah saya menghayati tampilan dari huruf-huruf. Huruf-huruf yang kita pandang. Huruf-huruf yang memandang.Grafis a, b, c, dan seterusnya, adalah benda mati seperti fragmen alam adalah benda mati. Mereka belum berjiwa, belum hidup, dan tak dapat mengenali, dan mengolah kenyataan. Mereka belum berkesadaran. Maka apakah bahasa? Bahasa adalah huruf-huruf yang dijatuhi, huruf-huruf yang merangkai kesadaran. Rangkaian huruf inilah yang menjelmakan misteri— misteri bahasa. Misteri bahasa datang dari kesadaran, dari rangkaian, dari permainan dan kemungkinan huruf-huruf.

Seperti roh yang terperangkap dalam tubuhnya, begitulah manusia terperangkap dalam semesta. Atau seperti kesadaran terperangkap dalam kata-kata. Mereka yang terperangkap ini ingin melepaskan diri, tapi bukan untuk melarikan diri. Mereka ingin menjangkau dan mengenali, siapakah gerangan yang membuat mereka terkurung— tak bisa lepas.
Murung, putus asa, sesekali harapan, adalah ciri dari mereka yang terperangkap. Tapi tidak menyerah dan kalah. Upaya ‘perlawanan’ dilakukan dengan membuat symbol— juga metafor, untuk menjangkau keluar dari dirinya, atau masuk ke dalam dirinya. Gerak dari roh yang gelisah ini, membutuhkan ruang, yaitu bahasa. Maka bahasa pun bergerak. Ia mengerahkan huruf-hurufnya, demi melayani gelisahnya kesadaran, atau hasrat kesadaran untuk mengangkat dirinya, merebut makna dunia yang tak dikenalinya, atau coba dikenalinya.

Karena itu tiang dan akhir, topang dan duka, belum membentuk makna apa-apa, belum memisteri apa-apa, saat ia kita baca sebagai fragmen. Apalagi kalau kumpulan kata-kata itu dipotong dan potongannya dipisahkan. Maka ia hanya grafis huruf. Belum dapat memancing kesadaran pembaca, karena memang belum diberi kesadaran oleh penulisnya. Tetapi saat penulisnya bergerak, merangkai kata-kata itu, ke dalam
penghayatannya akan kenyataan alam, maka menjelmalah semua kata-kata itu, membentuk dunia kenyataan.

Dalam puisi Sutardji (Colonnes Sans Fin), dunia kenyataan yang kita kenali seolah ‘tiang tanpa akhir’. Si aku-lirik berhadapan dengan keluasan semesta tanpa batas. Kepada siapa dia bertanya, makna keluasan semesta? Tak seorang pun yang dapat dijadikan rujukan. Sebab tak ada yang dapat menjelaskan misteri semesta.

Indera manusia, hanya dapat menjangkau sejauh indera itu sendiri. Tapi ‘mengapa dunia’, ‘kemanakah kau dan aku’, dalam keluasan semesta itu, tak seorang pun yang tahu. Karena itu, ‘tiang tanpa topang itu’, seolah telah menjadi ‘tanda duka luka’nya. Ia berduka, karena dalam keluasan semesta ia tak mengerti.

Menyadari itu, si aku-lirik pun bergumam, ‘betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku’.
Inilah dunia kenyataan yang bukan saja berhasil menguak misteri semesta, tapi juga memunculkan misteri bahasa. Sebab bahasa di sana telah memberi tenaga untuk merengkuh semesta, terpukau dengan semesta.Ia telah membuat kehidupannya sendiri, logikanya sendiri. Dari huruf-huruf ‘mati’, tiba-tiba ia bergerak, hidup, merangkai, dan akhirnya mengandung semesta dalam dirinya. Tiang, akhir, sebagai kata (kenyataan) yang kita kenal, adalah biasa, tak bertenaga, tak bermisteri. Tetapi begitu ‘tiang’ itu digabung dengan ‘akhir’, lalu ditambahkan kata ‘tanpa’, maka menjelmalah keluasan tanpa batas itu (tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya). (Oh indahnya!).

Maka misteri bahasa, datang dari bagaimana kata-kata itu saling merangkai, saling bermain. Sebaliknya, semesta itu akan buyar, dan membuyar, bila rangkaian huruf-huruf
tadi dipenggal, dan diceraikan dari tubuhnya— tubuh bahasa. Misterinya pun akan berantakan. Ia kembali menjadi benda mati— jejeran grafis dari huruf-huruf.
Bila puisi Sutardji itu diarahkan pada semesta dalam ke-luas-annya, maka puisi Amir Hamzah mencoba merengkuh Tuhan dalam ke-tiada-an-Nya. Bila Sutardji memakai metafor ‘tiang’ yang melambangkan keluasan alam, maka Amir Hamzah memakai metafor ‘makhluk yang bercakar’, yang dapat ‘cemburu dan ganas’, melambangkan Tuhannya. Tuhan yang telah ‘memangsanya’, yang membuat ‘segala cintanya hilang terbang’, kecuali pada Tuhan itu sendiri. Situasi aku-lirik dengan Tuhannya, dalam puisi Padamu Jua ini,
seolah sepasang kekasih di mana seorang mencinta sungguh, sedang lainnya seolah acuh. Karena itu si aku-lirik menjadi ‘nanar, gila sasar’. Tapi ia terus berusaha merengkuh Tuhannya. Ia terus ‘bertukar tangkap dengan lepas’ (Oh, misterinya!).

Demikianlah kesadaran mencari bahasa, dan misteri bahasa mencari kata-kata. Kesadaran yang ingin mengenali dan mengolah alam. Bahasa yang ingin mengenali dan mengolah makna. Mereka ingin menumpahkan diri. Diri yang tumpah itu, adalah diri yang terbuka di hadapanmu. Kau tinggal memetiknya. Memungutnya dengan kesadaran, serta misteri bahasa dalam dirimu.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae